IHSG Menguat Tipis Pekan Lalu
Pada awal pekan lalu, IHSG diwarnai berbagai sentimen terutama sentimen global. Dari sisi global, Presiden AS Trump kembali menambahkan 5 perusahaan teknologi Tiongkok ke dalam blacklist AS. Keputusan ini dibuat jelang pertemuan antara Trump dan Xi di KTTG20. Sikap AS meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar yang sudah mengharapkan terwujudnya kesepakatan dagang. Beberapa sentimen domestik mewarnai pergerakan IHSG pekan ini. BPS merilis data neraca perdagangan Mei yang mencatatkan surplus US$ 210 juta. Nilai ekspor Mei sebesar US$ 14,74 miliar meningkat sebesar 12,42% dari ekspor pada April 2019, sedangkan nilai impor Mei menurun 5,62% menjadi Rp14,53miliar. Ketidakpastian global, seperti perang dagang berkepanjangan memperlemah harga komoditas merugikan Indonesia sebagai pengekspor utama komoditas bijih tembaga, minyak kelapa sawit, batu bara dan nikel. Namun, sentimen positif domestik tidak cukup mampu untuk menguatkan IHSG, alhasil IHSG ditutup melemah 0,43%. Keesokan harinya, IHSG melanjutkan pelemahan hingga 0,51% karena pelaku pasar mengambil aksi wait and see hasil pertemuan Trump dan Xi. Di sisi global, walaupun Presiden Trump berharap FFR dapat dipangkas hingga 50bps, the Fed memastikan hanya akan memangkas FFR hingga 25bps pada 2019 jika situasi global tidak kondusif. Pada pertengahan pekan lalu, AS bersedia menunda kenaikan bea masuk senilai US$ 300 miliar atas produk Tiongkok. Ini merupakan langkah awal untuk memulai negosiasi dagang damai. AS juga menyatakan keberatan kebijakan India yang mengatur pengenaan tarif 28 produk asal AS. Pada akhir pekan lalu, IHSG ditutup menguat lantaran putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak seluruh gugatan permohonan Prabowo sehingga sudah dipastikan Jokowi akan kembali menduduki jabatan presiden. Dengan demikian, pelaku pasar dapat menilai arah kebijakan Presiden Jokowi untuk 5 tahun kedepan.

Download laporan lengkapnya di SINI.