Summary:

Last Week Review

• US CPI TERAKHIR SEMAKIN MENGKONFIRMASI NADA DOVISH THE FED. Highlight utama yang ditunggu-tunggu para pelaku pasar pekan lalu tak lain dan tak bukan adalah US CPI untuk bulan Juni, yang terbukti semakin melandai ke level 3.0% yoy dari 3.3% di periode sebelumnya, pun lebih rendah dari perkiraan 3.1%. Secara bulanan, angka Inflasi AS BULAN Juni malah tercatat turun 0.1% mom, berkebalikan dengan ramalan naik 0.1%. US CORE CPI juga terdata hanya tumbuh 0.1% mom, lebih rendah dari ekspektasi 0.2% sesuai bulan sebelumnya.

• Dalam sepekan terakhir, S&P500 dan NASDAQ Composite telah mencapai titik rekor demi rekor dalam rangka euphoria market menyambut sikap The Fed yang semakin bernada dovish, diawali dari statement Fed Chairman JEROME POWELL yang mengakui bahwa Inflasi telah dalam trend turun dan lebih banyak data yang “Baik” dalam arti indikator ekonomi sesuai dengan yang diharapkan bank sentral, maka akan lebih membuat Federal Reserve semakin confident dalam menentukan pemotongan suku bunga.

• Terlepas dari data US PPI alias Inflasi di tingkat produsen yang ternyata ada tumbuh 0.2% mom bulan alu (Melebihi forecast para ekonom di 0.1%) dan mencatatkan angka tahunan 2.6% yoy, market telah memperhitungkan peluang pemotongan suku bunga 25 bps di bulan September loncat menjadi 94% , dari 78% sepekan sebelumnya ; dilansir dari CME FedWatch. Bursa saham kembali lanjutkan euphoria, untuk minggu lalu S&P 500 naik 0,9%, NASDAQ bertambah 0.2% dan Dow naik 1.6%.

• MORGAN STANLEY memprediksikan CORE PCE price index (Tolok ukur Inflasi favorit The Fed, yang mengecualikan komponen harga bahan makanan dan harga energy yang rentan berubah) akan naik 0.205% di bulan Juni, dari 0.08% pada May; serta bertumbuh 2.57% yoy menandakan level Inflasi terendah kedua sepanjang tahun. Namun demikian, laju Inflasi yang menjadi lebih cepat ini akan tertutupi oleh outlook dari UNIVERSITY OF MICHIGAN yang menyatakan ekspektasi konsumen AS atas Inflasi setahun dari sekarang akan mampu turun ke level 2.9% (Melunak dari 3% sebelumnya)

• MUSIM LAPORAN KEUANGAN : Wall Street telah memulai masa pelaporan laba perusahaan kuartal 2, yang mana dibuka oleh trio bank besar : JPMorgan Chase, Citigroup, dan Wells Fargo dengan hasil bervariasi. JPMorgan Chase, bank terbesar di AS, melaporkan kinerja kuartal 2 yang melebihi perkiraan analis, sementara Wells Fargo & Citigroup merupakan yang tergabung dalam zona negatif secara harga sahamnya anjlok 5% dan 1% setelah masing-masing memangkas outlook net interest income serta melaporkan kinerja yang kurang memuaskan. Para analis memperkirakan kinerja Q2 perusahaan S&P 500 akan melonjak 9.6%, dengan pertumbuhan yang kuat dari perusahaan Teknologi tetapi diimbangi oleh turunnya income di bidang Real Estate, Industri dan Material ; demikian menurut data LSEG.

• POLITIK AS : Presiden AS JOE BIDEN menghadapi seruan yang semakin lantang untuk mundur dari pencalonan Presiden AS dengan pertimbangan calon yang berusia lebih muda akan lebih cocok untuk mengemban tugas negara seberat itu. Terlebih karena terakhir kali Presiden Biden sempat salah menyebutkan nama presiden Ukraina menjadi Presiden Putin yang seharusnya Presiden Zelensky, dan juga bingung antara VP Kamala Harris dengan Donald Trump ; menimbulkan kritik publik dan mempertanyakan kecakapannya sehubungan dengan usia tua ; apalagi ketika dokter pribadinya sempat mengutarakan kecurigaan gejala awal penyakit Parkinson. Sementara itu, calon presiden DONALD TRUMP mengalami percobaan pembunuhan pada saat rally kampanye di Pennsylvania. Diperkirakan kejadian ini akan menambah popularitas Trump menuju tangga kemenangan, walau para ekonom kuatir ekspektasi pasar akan hancur seiring rencana Trump yang sepertinya kali ini akan menaikkan pajak (Bukan mengurangi pajak seperti periode terdahulunya) demi mengamankan fiskal untuk menutup budget deficit 7% dari GDP dan utang pemerintah yang tak berujung.

This Week’s Outlook

Berikut beberapa fokus yang perlu dipantau oleh pasar investor di pekan ini :
• Mantan Presiden DONALD TRUMP akan menerima nominasi resmi dari partainya untuk pemilihan presiden AS minggu ini pada Konvensi Nasional Partai Republik yang berlangsung selama empat hari di Milwaukee. Pidatonya bisa jadi merupakan penampilan publik pertamanya sejak percobaan pembunuhan yang terjadi di tengah rally kampanye di hadapan pendukungnya di wilayah Pennsylvania.

• Para pelaku pasar juga akan mencermati komentar FED CHAIRMAN JEROME POWELL yang akan diwawancarai oleh David Rubenstein di Economic Club of Washington DC. Dalam kesaksiannya barubaru ini di Capitol Hill, Powell menyoroti upaya bank sentral yang sedang berlangsung untuk mengatasi Inflasi, dengan mencatat beberapa keyakinan bahwa Inflasi akan turun menuju target 2%. Tak lupa, Federal Reserve akan mempublikasikan laporan Beige Book, yang merupakan kumpulan informasi anekdot mengenai kondisi ekonomi saat ini dari masing-masing dari dua belas Distrik Federal Reserve. Klaim pengangguran dan data penjualan ritel juga akan dirilis pada minggu depan.

• MUSIM LAPORAN KEUANGAN KUARTAL 2 telah dimulai minggu lalu, dan akan berlanjut secepatnya pada hari Senin ini ketika Goldman Sachs dan BlackRock dijadwalkan untuk melaporkan kinerja keuangan mereka. Di akhir minggu, menyusul Bank of America, Morgan Stanley, dan Netflix juga akan melaporkan hasil-kinerja keuangan mereka.

• EUROPEAN CENTRAL BANK (ECB) secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya di level 4.25% saat ini setelah menurunkan suku bunga di bulan Juni. Sebelum itu, data INFLASI dari Inggris & Eurozone akan turut menambah warna di bursa Eropa. Para pelaku pasar juga antusias memantau perkembangan Pemilu di Inggris dan Perancis, demikian menurut catatan Morgan Stanley.

• MARKET ASIA : Dari CHINA sejumlah indikator ekonomi penting akan jadi fokus perhatian global : GDP 2Q, Industrial Production, Retail Sales. Dari INDONESIA, selain Trade Balance hari Senin ini, keputusan suku bunga BI RATE yang akan mendominasi di hari Rabu di mana diperkirakan masih ditahan di level saat ini 6.25%.

• KOMODITAS : HSBC telah menaikkan prospek harga rata-rata EMAS didukung penguatan jangka pendek akibat meningkatnya harapan pemotongan suku bunga AS, namun juga memperkirakan adanya potensi penurunan harga pada Q4 tahun ini atau hingga tahun 2025. Para analis telah menaikkan prospek harga rata-rata emas untuk tahun 2024 dari USD 2,160/oz menjadi USD 2,305/oz. Namun, perkiraan mereka pada tahun 2025 kini turun dari USD 2,105/oz menjadi USD 1,980/oz, yang berarti ada potensi penurunan sebesar 12% dari level saat ini. Analis memperkirakan harga emas akan pulih pada tahun 2026, mengerek proyeksi harga rata-rata untuk tahun tersebut dari USD 1,880/oz menjadi USD 2,025/oz.

Download full report HERE.