Today’s Outlook:
• Ketiga indeks utama Wall Street ditutup menguat pada perdagangan terakhir bulan Oktober, namun sayangnya tak mampu terhindarkan dari penurunan selama 3 bulan berturut-turut. S&P 500 turun 2,2% pada bulan Oktober, sementara Dow yang melemah 1,4% merupakan penurunan bulanan terpanjang sejak pandemi mengguncang pasar pada awal tahun 2020. Nasdaq yang anjlok 2,8% pada Oktober, mengulang pattern pelemahan selama tiga bulan berturut-turut seperti terakhir terjadi pada Juni 2022. Adapun S&P500 memimpin penguatan dengan naik 0.6% pada perdagangan Selasa (31/10/23) seiring para investor mencerna laporan keuangan para emiten. Data ekonomi AS menyebutkan Keyakinan Konsumen jatuh pula untuk tiga bulan berturut-turut pada bulan Oktober, walau angka aktual 102.6 mampu lebih tinggi dari forecast 100. Sebelumnya data biaya tenaga kerja AS pada kuartal ketiga menunjukkan peningkatan solid, sehingga memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama. Data ini dirilis hanya beberapa jam sebelum Federal Reserve memulai rapat dua harinya, yang mana para pelaku pasar sudah perkirakan akan berakhir dengan keputusan menahan suku bunga tetap di posisi saat ini. Sementara itu, imbal hasil US Treasury bergerak lebih tinggi menjelang pengumuman refinancing. Yield US Treasury meningkat dari hari sebelumnya karena investor menantikan rencana pembiayaan Departemen Keuangan (DepKeu) AS yang akan dirilis pada hari Rabu, setelah DepKeu AS pada hari Senin memangkas estimasi pinjaman triwulanan untuk Q4 menjadi USD776 triliun dari sebelumnya USD852 triliun. Para analis mengatakan pemerintah kemungkinan akan meningkatkan jumlah surat utang/obligasi pada kuartal keempat untuk mendanai defisit anggaran yang semakin besar. Hal ini akan menyebabkan suku bunga naik lebih lanjut dan menekan sentimen pasar saham.
• Malam ini AS akan merilis sejumlah data ekonomi penting yang akan sumbangkan masukan penting bagi rapat The Fed yang tengah berlangsung yaitu: dari sisi ketenagakerjaan ada ADP Nonfarm Employment Change dan JOLTs Job Openings (Sept.); serta Manufacturing PMI & Employment yang juga turut melengkapi bahan pertimbangan.
• MARKET EROPA: Pasar saham Eropa mencatat kinerja bulanan terburuk sejak September 2022 di bulan Oktober, meskipun membukukan kenaikan di hari terakhir bulan itu, karena investor memusatkan perhatian pada data ekonomi dan laporan keuangan para emiten. Inflasi Eurozone turun ke level terendah dalam dua tahun terakhir yaitu di 2,9% yoy di bulan Oktober. GDP 3Q23 Zona Euro semakin drop ke level 0.1% yoy, lebih rendah dari forecast maupun kuartal sebelumnya. Suasana perlambatan ekonomi ini juga terasa di Jerman di mana tercermin pada angka Retail Sales (Sept.) yang juga dirilis lebih lemah dari perkiraan.
• MARKET ASIA: Bursa Asia-Pasifik turun karena aktivitas manufaktur secara tidak terduga mengalami masuk wilayah kontraksi di China, sehingga menyebabkan Composite PMI (Okt.) turun menghampiri batas area ekspansi 50. Namun, saham-saham Jepang mengakhiri sesi lebih tinggi setelah keputusan kebijakan moneter Bank of Japan. Bank of Japan mempertahankan suku bunga pinjaman jangka pendeknya tidak berubah dan mengatakan bahwa mereka telah membuat kebijakan kontrol kurva imbal hasilnya lebih fleksibel. Di sisi lain, Jepang pun melaporkan Industrial Production yang meningkat di bulan September, walau kenaikannya jauh lebih kecil dari forecast. Pagi ini Korea Selatan telah umumkan surplus Trade Balance bulan Oktober di angka KRW 1.64 miliar, memang turun dari bulan sebelumnya pada KRW 3.7 miliar, namun di luar dugaan jauh lebih baik dari forecast defisit KRW 2 miliar. Di satu sisi, Manufacturing PMI Korea Selatan samasama masih berjuang dengan Jepang untuk keluar dari wilayah kontraksi (<50). INDONESIA awali hari ini dengan data Manufacturing PMI (Okt.) yang ternyata turun ke 51.5 dari 52.3 di bulan September. Siangnya para investor/trader akan perhatikan baik-baik angka Inflasi (Okt.) yang diperkirakan menguat ke level 2.6% yoy, dari 2.28% di bulan September.
• KOMODITAS: Harga minyak mentah turun tajam untuk hari kedua berturut-turut dan mengakhiri bulan Oktober dengan penurunan dua digit, karena para trader/spekulan Minyak yang terburu-buru melakukan lindung nilai (hedging) terhadap perang Israel-Hamas menemukan kenyataan yang mengecewakan manakala mereka menetapkan premi risiko perang pada perdagangan yang sebenarnya tidak terpengaruh oleh konflik. Aktivitas pabrikan yang lebih lemah dari perkiraan di negara importir minyak mentah utama China menambah suramnya pasar. Minyak mentah West Texas Intermediate, atau WTI, yang diperdagangkan di New York untuk pengiriman Desember, ditutup pada USD81.02 per barel, turun USD1.29, atau 1,6% hari ini, menambah kemerosotan 3.8% pada hari Senin. Selain penurunannya lebih dari 5% pada minggu ini, patokan minyak mentah AS tampaknya akan mengakhiri bulan ini dengan penurunan sekitar 11%. Ini akan menjadi kinerja terburuknya sejak bulan Mei, tepat sebelum pengumuman pemangkasan produksi Saudi-Rusia yang menyebabkan kenaikan harga minyak selama empat bulan berturut-turut.
• IHSG berbalik menghijau dengan candle serupa long-leg Hammer menutup perdagangan Oktober walau secara bulanan IHSG terluka – 2.94% dan asing meninggalkan pasar saham Indonesia dengan posisi Net Sell (all market) sebesar IDR 7.23 triliun (satu bulan) dan minus IDR 11.95 triliun (YTD). Proyeksi teknikal menyebutkan bahwa sejatinya potensi pelemahan sudah terbatas, secara buying momentum terdeteksi sudah mulai meningkat. NHKSI RESEARCH cukup optimis IHSG punya chance untuk lanjutkan technical rebound setidaknya menuju Resistance terdekat yaitu MA10 sekitar 6800 sebagai langkah pertama bangkit dari trend turun jangka pendek ini.  

Company News
• ANTM : Membukukan Laba Bersih IDR2,84 T
• MAPI : Laba Bersih 9M23 Tercatat Rp1,49 T
• DSNG : Catatkan Pendapatan sebesar IDR6,6 Triliun

Domestic & Global News
• Resmi! Harga BBM Non Subsidi Pertamina Turun 1 November 2023
• Waspada! Manufaktur China Kontraksi Lagi, Ekonomi Belum Pulih Sepenuhnya

Download full report HERE.