Summary:
Last Week Review
• GELOMBANG PELEMAHAN TENAGA KERJA AS ADALAH POLA KLASIK SEBELUM RESESI. Kekuatiran bahwa gejala ketatnya tenaga kerja AS ketika muncul pada laporan July lalu (yang menyebabkan sell-off di awal Aug) merupakan awal dari gelombang pelemahan berikutnya, terbukti memang diikuti oleh angka US Payroll bulan August. JOLTS JOB OPENINGS (Jul ), ADP NONFARM EMPLOYMENT CHANGE (Aug) & NONFARM PAYROLLS (Aug) ketiganya menelurkan angka yang lebih kecil dari perkiraan.
• Di satu sisi, data PMI (Aug) Manufaktur maupun Services yang dirilis baik oleh S&P Global maupun Institute of Supply Management (ISM) keduanya sama-sama menyiratkan hal yang sama ; bahwa sektor Manufaktur terseok2 dalam wilayah kontraksi, sementara sektor Jasa lebih sehat di area ekspansif. Satu data tenaga kerja yang agak melegakan menjelaskan bahwa Tingkat Pengangguran cukup stabil di level 4.2% pada bulan Aug, turun dari 4.3% dari bulan sebelumnya ; mainly because Initial Jobless Claims mingguan yang menyebutkan bahwa lebih sedikit orang yang mengajukan klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 31 Aug. Tampak pula pertumbuhan Upah per jam di bulan August yang naik drastis 0.4% mom, dibanding minus 0.1% pada bulan sebelumnya.
• Ketidakpastian mengenai kesehatan ekonomi AS ini mau tak mau merambat ke pasar, menambah ketegangan pada periode yang sudah tidak stabil, di mana para investor tengah bergulat dengan perubahan KEBIJAKAN MONETER Federal Reserve, PILPRES AS yang ketat, dan kekhawatiran terhadap VALUASI SAHAM yang sudah terlalu tinggi. Bukti menurunnya selera risiko terlihat di seluruh pasar. S&P 500 turun 1.7% pada hari Jumat dan telah kehilangan hampir 4.3% selama seminggu terakhir, penurunan mingguan terburuk sejak Maret 2023.
• Saham Nvidia, yang menjadi simbol euphoria terkait kecerdasan buatan tahun ini, turun lebih dari 4% dan berada di level terendah dalam sekitar sebulan, jatuh bersama saham sektor Teknologi lainnya. Sementara itu, CBOE Market Volatility Index, yang juga disebut “Ukuran ketakutan” Wall Street, mencapai level tertinggi dalam hampir sebulan pada hari Jumat.
• MARKET SENTIMENT : THE FED diperkirakan memang akan memangkas suku bunga pada pertemuan 17-18 September, namun data tersebut di atas memicu kekhawatiran bahwa biaya pinjaman yang tinggi selama berbulan-bulan telah mulai memberi tekanan pada ekonomi, walau harus diakui saat ini AS masih berada pada jalur soft-landing. Hal ini membuat para analis sedikit mendesak terwujudnya Fed rate cut dengan besaran yang lebih tinggi yaitu 50 bps, dimana persentase peluang saat ini telah berkisar 50-50 dengan proyeksi pemotongan 25 bps.
• Kekhawatiran tentang VALUASI SAHAM juga muncul kembali. S&P 500, yang naik lebih dari 13% tahun ini, diperdagangkan pada P/E ratio hampir 21 kali, jauh di atas rata-rata historisnya sebesar 15.7, menurut LSEG Datastream. Meskipun telah dilanda sell-off baru-baru ini, sektor Teknologi S&P 500 diperdagangkan pada P/E ratio lebih dari 28 kali, dibandingkan dengan rata-rata jangka panjangnya sebesar 21.2. Investor juga mengawasi PILPRES AS yang ketat yang mulai memasuki tahap akhir. Pertarungan antara kubu Demokrat Kamala Harris dan kubu Republik Donald Trump berjalan cukup imbang, bahkan Harris sempat unggul tipis atas Trump.
• KOMODITAS : Lemahnya data tenaga kerja AS mengirim harga MINYAK jatuh tajam. Sepanjang pekan lalu, BRENT merosot 10%, sementara US WTI anjlok sekitar 8%. Data pemerintah AS menunjukkan lapangan kerja meningkat lebih sedikit dari yang diharapkan pada bulan Agustus, tetapi penurunan tingkat pengangguran menjadi 4.2% menunjukkan perlambatan pasar tenaga kerja yang teratur mungkin tidak memerlukan pemotongan suku bunga yang terlalu agresif dari FOMC MEETING bulan ini. Kekhawatiran seputar DEMAND LESU dari CHINA juga terus menekan harga minyak. Pada hari Kamis, Brent ditutup pada level terendah sejak Juni 2023 meskipun persediaan minyak AS berkurang jauh lebih banyak dari perkiraan serta ada keputusan OPEC+ untuk menunda rencana peningkatan produksi minyak.
• Stok minyak mentah AS turun 6.9 juta barel menjadi 418.3 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan proyeksi penurunan 993.000 barel dalam jajak pendapat analis Reuters. Sinyal bahwa faksi-faksi yang bertikai di LIBYA semakin mengusahakan kesepakatan untuk mengakhiri perselisihan yang telah mengganggu kegiatan ekspor minyak mentah negara itu juga menekan harga minyak minggu lalu. Sebagian besar ekspor memang masih ditutup tetapi beberapa muatan telah masuk ke storage.
This Week’s Outlook
• Dari kawasan ASIA, JEPANG telah awali pekan ini dengan rilis data GDP 2Q yang ternyata di bawah ekspektasi, terkontraksi 0.1% dari kuartal sebelumnya dan keluar di angka 0.7% qoq. Lebih banyak angka CPI & GDP dari JERMAN & INGGRIS akan mewarnai bursa EROPA di pekan ini, sambil menyongsong keputusan European Central Bank mengenai suku bunga yang diperkirakan akan alami pemotongan 25bps lagi di hari Kamis , menjadikannya turun ke level 4.00%.
• Sementara itu di daratan AS, angka CPI lah yang akan menjadi pembentuk final keputusan Federal Reserve (mengenai besaran rate cut yang akan dikenakan) sebelum FOMC Meeting minggu depan. CPI & CORE CPI (Aug) diperkirakan dalam laju mendingin menuju Target The Fed 2%,, tak terkecuali PPI yang juga akan menyusul di hari Kamisnya.
• INDONESIA : Rakyat menantikan rilis Consumer Confidence (Aug) di awal pekan, disusul Retail Sales (Jul) di hari Selasa, serta angka Penjualan Motor & Mobil (Aug) pada hari Rabunya.
• PILPRES AS dapat menarik lebih banyak perhatian investor pada hari Selasa, ketika kedua kandidat berdebat untuk pertama kalinya menjelang pemungutan suara pada 5 November.
• Sejauh ini, gejolak pasar telah memperkuat reputasi September sebagai waktu yang sulit bagi investor, dan bukannya tak mungkin akan lebih banyak volatilitas pasar ke depannya.
Download full report HERE.