Last week review:

STRONG NOVEMBER, WELCOME DECEMBER!
Ketiga indeks saham utama AS memulai Desember dengan catatan optimis secara mereka membukukan persentase kenaikan mingguan kelima berturut-turut, bahkan S&P500 berhasil mencapai titik tertinggi di tahun ini. Pada hari Kamis, mereka menutup bulan November dengan ciamik di mana S&P 500 dan Nasdaq mencatat persentase kenaikan satu bulan terbesar sejak Juli 2022, dan Dow Jones Industrial Average ditutup pada level tertinggi sejak Januari 2022. DJIA naik 8% selama bulan November, yang merupakan bulan terbaiknya sejak Oktober 2022. Performa bullish ini diikuti oleh S&P500 yang melonjak 9% selama bulan November, sementara Nasdaq meroket 10.7%; di mana kedua indeks tersebut membukukan kinerja terbaik sejak Juli 2022. Sentimen positif yang mendominasi adalah harapan yang semakin jelas bahwa bank sentral AS telah mencapai akhir dari trend naik suku bunganya, terbukti dari data acuan Inflasi PCE price index yang mampu melandai sesuai ekspektasi baik secara bulanan maupun tahunan, sementara US GDP kuartal 3 naik sebesar 5,2%, direvisi dari 4,9% yang dilaporkan sebelumnya; merupakan laju ekspansi tercepat sejak kuartal 4 tahun 2021. Pertumbuhan yang lebih kuat ini memacu optimisme bahwa ekonomi AS akan mampu terhindar dari resesi. Pemikiran bahwa ekonomi AS telah mencapai kondisi soft-landing terbukti dari laju Inflasi yang melambat tersebut terjadi bahkan ketika pasar tenaga kerja terlihat lebih kuat dari yang diharapkan karena Initial Jobless Claims mingguan terakhir ternyata berada di bawah ekspektasi, dirilis di angka 218 ribu, lebih kecil dari estimasi 220 ribu walaupun berhasil membesar dari pekan sebelumnya 211 ribu. Walaupun terdapat komentar yang berbeda dari beberapa pejabat Federal Reserve mengenai urgensi menaikkan suku bunga lagi, nyatanya yield US Treasury telah menukik tajam dan mendukung perhitungan para pelaku pasar keuangan atas hampir 100% peluang FOMC Meeting selanjutnya di bulan Desember akan membiarkan Fed Fund Rate tetap di kisaran 5.25%-5.50%, seperti dilansir dari survey CME FedWatch. Bahkan probability akan adanya pemotongan 25 bps terjadi secepat-cepatnya di bulan Maret 2024 mulai terdeteksi naik; walau lebih banyak mayoritas pelaku pasar berharap pivot akan lebih mampu terealisasi di bulan Mei 2024. Di sisi lain, musim belanja liburan telah tiba dengan lebih bersemangat, di mana survey dari National Retail Federation memprediksi konsumen akan belanjakan uangnya 5% lebih banyak di tahun ini. Pemikiran ini akur dengan data Conference Board Consumer Confidence bulan November yang dirilis lebih optimis dari perkiraan, setelah 3 bulan sebelumnya turun berturut-turut.

MARKET EROPA: Dari Benua Eropa, Presiden European Central Bank Christine Lagarde mengatakan bahwa perjuangan ECB untuk menahan Inflasi belum selesai karena pertumbuhan upah masih kuat dan prospeknya masih tidak pasti, namun ia menunjukkan adanya pelonggaran tekanan inflasi di Euro Zone. Sejumlah data ekonomi ramai mewarnai pekan lalu: GfK German Consumer Climate (Des.) dirilis lebih baik dari perkiraan walau masih berada di teritori pesimis. Jerman juga merilis perkiraan awal Inflasi November di level 3.2% yoy, berhasil turun dari bulan sebelumnya 3.8%; serta melaporkan Retail Sales yang membaik di bulan Oktober, walau Unemployment Rate di bulan November malah bertambah menjadi 5.9%. Wilayah Eurozone juga keluarkan perkiraan awal Inflasi November yang melandai ke level 2.4% yoy, dan Core CPI diperkirakan mampu mendingin ke angka 3.6% yoy. PMI Manufaktur HCOB Zona Euro naik menjadi 44,2 pada November 2023, tertinggi sejak Mei; dengan PMI Jerman naik menjadi 42,6, yang mana terbaik dalam enam bulan; sementara PMI Italia turun menjadi 44,4, terendah sejak Juni, dibandingkan perkiraan 45,3.

MARKET ASIA: Sementara itu dari belahan timur dunia, Manufacturing PMI China menjadi sorotan karena mengecewakan para investor dengan dirilis melemah di bawah ekspektasi, belum mampu keluar dari wilayah kontraksi: walau untungnya secara Composite PMI mampu bertahan di level 50.4 dalam area ekspansi. Pekan kemarin juga sarat dengan PMI dari negara lain seperti PMI Manufaktur au Jibun Bank of Japan direvisi naik menjadi 48,3 pada bulan November, menandakan kontraksi aktivitas pabrik selama enam bulan berturut-turut dan penurunan paling tajam sejak bulan Februari, didorong oleh penurunan output yang lebih cepat, pesanan baru, dan penurunan pesanan ekspor baru yang paling tajam sejak bulan Juni. Di tempat lain, PMI Manufaktur S&P Global Korea Selatan naik sedikit menjadi 50 di bulan November dari 49,8 di bulan Oktober, menandakan kondisi operasional yang tidak berubah di sektor manufaktur negara tersebut dan mengakhiri serangkaian penurunan selama 16 bulan. Negara Ginseng ini juga menetapkan suku bunga acuan tak berubah di level 3.5% pada kebijakan moneter mereka yang telah dipertahankan selama 8 bulan.

INDONESIA mencatat pertumbuhan uang beredar 3.4% YoY pada bulan Oktober, dibanding 6% pada bulan sebelumnya. Tingkat inflasi tahunan Indonesia meningkat menjadi 2,86% pada bulan November 2023 dari 2,56% pada bulan sebelumnya, tak sesuai ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan hanya sebesar 2,7%. Walau tingkat Inflasi ini tertinggi sejak Agustus, level tersebut tetap berada dalam target bank sentral sebesar 2-4% selama 7 bulan berturut-turut. Adapun Inflasi inti melambat ke level terendah dalam 22 bulan sebesar 1,87% di bulan November, dibandingkan dengan ekspektasi sebesar 1,9%. Secara bulanan, harga konsumen naik 0,38% di bulan November, terbesar dalam 11 bulan, setelah naik 0,17% di bulan Oktober, melebihi perkiraan pertumbuhan 0,22%. PMI Manufaktur S&P Global Indonesia naik tipis menjadi 51,7 pada November 2023 dari level terendah dalam 8 bulan di bulan Oktober. Ini adalah peningkatan aktivitas pabrik selama 27 bulan berturut-turut, seiring dengan kenaikan output terbesar sejak bulan Agustus dan lapangan kerja kembali tumbuh.

KOMODITAS: Harga MINYAK mentah global tidak mendapat sambutan positif dari para trader dan merosot selama 6 minggu berturut-turut, setelah anggota OPEC+ setuju untuk menambah pengurangan produksi sukarela yang mana jumlahnya tidak sesuai dengan ekspektasi. Anggota OPEC+ di luar Saudi Arabia dan Russia berencana untuk melakukan pemangkasan produksi sukarela tambahan, dengan total sekitar 684.000 barel per hari, yang tidak sesuai dengan ekspektasi sekitar 1 juta barel. Langkah yang tidak biasa ini menunjukkan tanda-tanda potensi perpecahan di dalam grup, di mana rencana pemangkasan sukarela ini diumumkan oleh masing-masing anggota OPEC+, bukan oleh sekretariat. Arab Saudi berjanji untuk memperpanjang pemangkasan sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir kuartal pertama, sementara Rusia mengatakan akan memperdalam pembatasan ekspor minyak mentahnya menjadi 500.000 barel per hari dari 300.000 barel per hari sebelumnya. Sejatinya pemotongan produksi lanjutan ini dimaksudkan untuk mendukung harga; walaupun terdapat ancaman gangguan produksi akibat badai di wilayah Kazakhstan dan Laut Hitam namun potensi supply disruption hingga 2 juta barrel/hari ini ter-cover oleh lonjakan stok persediaan minyak AS yang secara mengejutkan cukup jauh di atas perkiraan. Di lain pihak, harga EMAS bersinar cemerlang tiga minggu berturut-turut bahkan menyentuh titik All-Time-High, karena data Inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan mendukung spekulasi bahwa Federal Reserve telah selesai dengan siklus kebijakan moneter ketatnya dan mungkin dapat mulai memotong suku bunga tahun depan.

This week’s outlook:

Laporan Nonfarm Payrolls bulan November yang dirilis pada hari Jumat akan menjadi fokus minggu ini karena investor mencoba menilai apakah perekonomian AS tetap tangguh dalam menghadapi suku bunga yang lebih tinggi. Harga Minyak tampaknya akan tetap fluktuatif dan pertemuan bank sentral di Australia dan Kanada dapat menggarisbawahi pandangan bahwa suku bunga telah mencapai puncaknya. Pasar akan menantikan laporan ketenagakerjaan bulan November pada hari Jumat untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi terus melambat.

Para ekonom memperkirakan perekonomian AS akan menambah 180.000 lapangan kerja di sektor publik pada bulan November, setelah 150.000 lapangan kerja tercipta di bulan Oktober. Angka ini akan jadi masukan bagi pertemuan berikut bank sentral AS, di mana angka yang terlalu kuat akan memupuskan harapan bahwa The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan moneter ketatnya lebih awal dari perkiraan, sehingga memberikan hambatan terhadap kenaikan saham dan obligasi di kuartal keempat. Sebaliknya , angka yang terlalu lemah pun dapat memicu kekhawatiran bahwa perekonomian melambat menuju resesi setelah kenaikan suku bunga sebesar 525 basis poin, sehingga berpotensi mengurangi minat beli para investor. Secara terpisah, data pada hari Selasa diperkirakan menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan dari laporan JOLTs Job Opening yang moderat di bulan November, sementara laporan Initial Jobless Claims pada hari Kamis akan dipantau ketat untuk melihat tanda-tanda peningkatan jumlah klaim pengangguran.

Saham-saham AS menguat dan S&P 500 ditutup pada level tertinggi tahun ini pada hari Jumat, dimulai pada bulan Desember dengan catatan optimis karena investor semakin yakin bahwa Federal Reserve telah selesai menaikkan suku bunga menyusul komentar dari Chairman Federal Reserve Jerome Powell. Tidak akan ada kabar terbaru dari pejabat The Fed selama minggu ini karena bank sentral memasuki masa tenang menjelang FOMC meeting tanggal 12 – 13 Desember. Para pelaku pasar bisa bergantung kepada hawa bullish yang telah ada di market saat ini untuk mengharapkan adanya Santa Claus Rally dan potensi window dressing akhir tahun.

KOMODITAS: Harga Minyak anjlok lebih dari 2% pada hari Jumat di tengah skeptisisme investor terhadap besarnya pengurangan pasokan OPEC+ dan kekhawatiran terhadap lesunya aktivitas manufaktur global. Untuk minggu lalu, harga Minyak acuan Eropa, Brent mencatat penurunan sekitar 2,1%, sementara harga WTI AS drop lebih dari 1,9%. Seperti diketahui, negara-negara produsen OPEC+ pada hari Kamis sepakat untuk menghapus sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) Minyak dari pasar global pada kuartal pertama tahun depan, dengan jumlah total tersebut termasuk perpanjangan pemotongan sukarela yang dilakukan Arab Saudi dan Rusia sebesar 1,3 juta bph. OPEC+, yang memproduksi lebih dari 40% minyak dunia, mengurangi produksi setelah harga turun dari sekitar $98 per barel pada akhir September di tengah kekhawatiran mengenai dampak lesunya pertumbuhan ekonomi terhadap permintaan bahan bakar. Pemotongan tersebut bersifat sukarela, sehingga tidak ada revisi kolektif terhadap target produksi OPEC+. Sifat sukarela dari pemotongan tersebut menimbulkan keraguan mengenai apakah produsen akan sepenuhnya menerapkan pemotongan tersebut, dan atas dasar apa pemotongan tersebut akan diukur.

Sejumlah keputusan bank sentral dari sejumlah negara lain akan menjadi sorotan pekan ini salah satunya adalah dari Australia dan Canada, yang mana mereka pun sepertinya sama-sama sudah mendekat akhir siklus naik suku bunga secara mereka mulai menahan suku bunga tetap di tempat. Para investor juga dapat memperoleh wawasan baru mengenai kapan Bank of Japan akan memulai kebijakan moneter ketatnya berdasarkan laporan CPI Tokyo yang terjadwal pada hari Senin ini. Apakah dunia usaha dan perekonomian Jepang dapat menghadapi kembalinya suku bunga yang lebih tinggi juga akan lebih jelas dari survei sentimen korporasi Tankan dan data PDB Jepang pada hari Kamis. Di wilayah Eropa, pidato ECB President Christine Lagarde pada hari Senin akan dipantau ketat untuk mendapatkan wawasan baru mengenai kebijakan moneter menjelang pertemuan bank tersebut pada 14 Desember mendatang. Masa tenang pra-keputusan ECB akan dimulai pada hari Kamis. Eurozone akan merilis angka Industrial Production bulan Oktober untuk Perancis dan Spanyol pada hari Selasa, diikuti keesokan harinya oleh Jerman dan Italia. Sementara itu, data German Factory Order pada hari Rabu akan memberikan indikasi apakah sektor manufaktur di negara dengan perekonomian terbesar di Eropa tersebut masih mengalami penurunan.

Sentimen dalam negeri akan disuguhkan oleh data Cadangan Devisa (Nov.) pada hari Kamis, disusul keesokan harinya laporan Kayakinan Konsumen dan Retaril Sales keduanya untuk bulan November.

Download full report HERE.