Last week review:
Minggu lalu didominasi oleh sejumlah rapat bank sentral, di mana Federal Reserve dan European Central Bank menaikkan suku bunga AS & Zona Eropa masing masing 25 bps ke level 5.25-5.50% dan 4.25%, dengan para pelaku pasar mengharapkan mereka mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga; sementara Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia mempertahankan tingkat suku bunga BI7DRR tetap di level 5.75%. Bank of Japan pada hari Jumat menyesuaikan skema kontrol kurva imbal hasil, menawarkan untuk membeli obligasi pemerintah Jepang 10 tahun di luar tingkat target 0,5% sebelumnya sambil mempertahankan suku bunga = acuan jangka pendek tidak berubah di -0,1% dan yield obligasi jangka panjang di level nol. Langkah tersebut membuat BOJ lebih sejalan dengan bank sentral utama lainnya, yang telah menaikkan suku bunga secara agresif untuk mengurangi inflasi.
Untuk minggu lalu, Nasdaq melonjak 2,02%, S&P500 menanjak 1,01%, dan Dow Jones naik 0,66%. Kenaikan tersebut menempatkan S&P500 pada penutupan tertinggi sejak 4 April 2022. Pada hari Rabu, Federal Reserve Chairman Jerome Powell mengatakan The Fed perkirakan perekonomian AS tidak akan jatuh pada resesi namun tidak mengesampingkan kemungkinan adanya kenaikan suku bunga lanjutan, di mana keputusan tersebut akan diambil berdasarkan hasil data-data ekonomi di masa depan. Beliau juga menegaskan bahwa pemotongan suku bunga sangatlah tidak mungkin dilakukan segera pada tahun ini secara tingkat Inflasi (inti) AS masih jauh dari Target The Fed di level 2%. Keyakinan akan AS mampu terbebas dari resesi didukung dari laporan GDP AS untuk kuartal 2/2023 yang ternyata dirilis lebih kuat dari ekspektasi (tumbuh 2.4% yoy) walaupun di tengah terpaan trend naik suku bunga oleh Federal Reserve dan European Central Bank. Sedangkan Departemen Tenaga Kerja mengumumkan Initial Jobless Claims mingguan yang juga lebih baik dari estimasi (actual: 221 ribu vs forecast: 235 ribu, previous: 228 ribu) secara lebih sedikit orang yang mengajukan klaim pengangguran. Satu lagi data dari sektor properti yaitu Pending Home Sales (Juni) yang juga ternyata mampu bertumbuh ke teritori positif dari posisi minus di bulan Mei. Alhasil US Consumer Confidence untuk bulan Juli mampu bertengger di tingkat tertinggi dalam 11 bulan.
Menambah sentimen positif bursa AS seminggu terakhir, lebih dari separuh perusahaan yang terdaftar di S&P500 telah melaporkan pendapatan kuartal kedua 2023 pada hari Jumat, di mana 78,7% di antaranya telah melampaui ekspektasi analis, menurut data Refinitiv. Laporan keuangan perusahaan menyita perhatian para trader sehinga mengabaikan survei S&P Global Composite PMI (Juli) yang menunjukkan aktivitas bisnis AS bulan Juli masih di level kontraksi terendah lima bulan, terseret oleh perlambatan pertumbuhan sektor jasa. Bicara mengenai PMI Global, baik dari Jepang, maupun Jerman, Perancis, Euro Zone, dan Inggris; seluruhnya tidak ada yang menunjukkan aktivitas bisnis masing-masing negara yang ekspansif di bulan Juli, baik dari sektor manufaktur maupun jasa, semuanya menunjukkan pelemahan dari bulan sebelumnya yang memang sudah berada di wilayah kontraksi. Namun dari laporan US Consumer Confidence (Juli) ternyata melonjak ke level 117 (merupakan level tertinggi dalam 2 tahun), di tengah optimisme terkait ketatnya pasar tenaga kerja selama ini mengalahkan kekhawatiran akan datangnya resesi. Sayangnya pandangan optimis tersebut tidak dirasakan oleh Jerman yang menggambarkan iklim usaha serta pandangan ekonomi 6 bulan ke depan masih muram secara German IFO Business Climate Index (Juli) dirilis lebih rendah dari ekspektasi & tak mampu lebihi tingkat pembacaan di bulan Juni.
Dari benua Eropa, dalam konferensi pers-nya ECB President Christine Lagarde menyatakan bahwa ke depannya, ECB akan mengambil keputusan terkait trend suku bunga dengan memantau laporan data ekonomi; serta menentukan apakah harus mengerem (pause) atau menaikkan (hike) secara bertahap (meeting by meeting), alias pada satu rapat setiap waktunya. Setali tiga uang dengan The Fed, beliau juga menegaskan bahwa pemotongan (rate cut) tidak mungkin dilakukan untuk saat ini. Pada hari Minggu, Lagarde mengatakan bahwa data terbaru tentang GDP 2Q23 di Perancis, Jerman dan Spanyol cukup menggembirakan dan menegaskan harapan Bank Sentral Eropa bahwa mereka mampu mendukung skenario pertumbuhan PDB sebesar 0,9% di kawasan Euro Zone. Tak heran Gfk German Consumer Climate (Aug) menjelaskan keyakinan konsumen yang sedikit lebih optimis atas aktifitas ekonomi di bulan Agustus nanti. Finally IMF merilis proyeksi ekonomi global terbaru di mana mereka memangkas pertumbuhan ekonomi global dari 3.5% sebelumnya menjadi 3% tahun ini dan pada tahun depan. IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara maju akan turun ke level 1.5% tahun 2023 ini dari 2.7% tahun 2022, dan masih akan turun ke 1.4% tahun 2024; kalah dari pencapaian negara berkembang yang diprediksi tahun 2023 ini mampu bertahan di tingkat 4% sama seperti tahun lalu dan bahkan meningkat ke 4.1% di tahun 2024.
Minyak mentah New York West Texas Intermediate atau WTI, bersama dengan minyak Brent yang berbasis di London, keduanya berakhir naik untuk minggu kelima berturut-turut, di bawah katalis pasokan yang semakin ketat versus rencana pemangkasan produksi OPEC+; plus kuncinya pada rencana implementasi stimulus lanjutan China demi lebih menggairahkan roda perekonomiannya. Pada hari Jumat, WTI untuk pengiriman September berada di level di $80,58, naik 49 sen, atau 0,6%. Patokan minyak mentah AS mencapai tertinggi 3 bulan di angka $80,69. Untuk minggu lalu, harga WTI naik 4,6% setelah kenaikan kumulatif 11,4% selama empat minggu sebelumnya. Dengan hanya satu sesi tersisa untuk bulan Juli, WTI telah menanjak 14% pada bulan ini. Brent untuk pengiriman Oktober ditutup di sesi Jumat pada harga $84,99 – naik 75 sen, atau 0,9%. Brent berprestasi naik 4,8% pada minggu lalu, menambah peningkatan harga empat minggu sebelumnya sebesar 9,8%. Untuk bulan Juli, Brent sudah melonjak lebih dari 12%.
This week’s outlook:
Laporan kinerja perusahaan Teknologi besar dan data ketenagakerjaan AS untuk bulan Juli akan menjadi sorotan utama di pekan ini. Investor juga akan fokus pada keputusan suku bunga terbaru Bank of England dan sejumlah data ekonomi dari Zona Euro dan China. US Nonfarm Payrolls hari Jumat diharapkan menunjukkan bahwa ekonomi menambahkan 184.000 pekerjaan pada bulan Juli, sementara tingkat pengangguran tetap pada level terendah historis 3,6% dan Upah rata-rata per jam menurun. Kuatnya pasar tenaga kerja telah menjadi faktor kunci dalam membentuk pandangan bahwa ekonomi sedang menuju apa yang disebut soft landing di mana inflasi mampu mendingin di tengah pertumbuhan ekonomi yang cukup solid.
Sentimen laporan keuangan perusahaan AS masih tetap akan mengambil perhatian para pelaku pasar, namun beberapa investor waspada bahwa reli saham Teknologi, yang sebagian didorong oleh optimisme atas perkembangan artificial intelligence (AI), mungkin segera goyah secara indeks Nasdaq 100 yang padat teknologi naik hampir 44% tahun ini, sementara sektor teknologi informasi S&P 500 telah naik hampir 46%.
Bank of England akan mengadakan rapat untuk menetapkan suku bunga terbaru pada hari Kamis dan pelaku pasar terpecah tentang apakah pembuat kebijakan akan kembali ke kenaikan suku bunga 25 basis poin setelah kenaikan 50 bps pada bulan Juni. Inflasi Inggris memang belum meningkat sejak Februari dan ada tanda-tanda bahwa tekanan harga mulai mereda. Tetapi inflasi bulan Juni berada pada tingkat 7,9% adalah yang tertinggi di antara ekonomi para negara major Eropa dan tetap jauh di atas target 2% BOE, sehingga pasar tidak boleh mengesampingkan kemungkinan kenaikan 50-bps, terutama jika pembuat kebijakan berpikir mereka mungkin perlu menaikkan lagi di bulan September. Adapun BOE telah dikritik karena berada di belakang kurva (pendinginan inflasi) setelah inflasi terus naik lebih tinggi dari yang diharapkan, meskipun ada 13 kenaikan suku bunga berturut-turut sejak Desember 2021 yang meningkatkan kemungkinan resesi.
Zona Euro akan merilis perkiraan awal inflasi Juli dan PDB kuartal kedua pada hari Senin yang akan diawasi dengan ketat di tengah perdebatan mengenai apakah Bank Sentral Eropa dapat menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan berikutnya di bulan September. Data PDB diharapkan menunjukkan bahwa ekonomi blok tersebut kembali tumbuh pada kuartal kedua, sementara inflasi diperkirakan sedikit moderat. Adapun Inflasi di Zona Euro telah berkurang setengahnya sejak mencapai puncaknya di Oktober lalu, tetapi level 5,5% masih jauh di atas target ECB sebesar 2%.
Data PMI dari China pada awal pekan ini kemungkinan akan menunjukkan kontraksi dalam aktivitas manufaktur selama 4 bulan berturut-turut di bulan Juli, menggarisbawahi perlunya langkah-langkah stimulus untuk mendukung pemulihan pascapandemi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu. PMI manufaktur yang sebagian besar berfokus pada perusahaan besar dan milik negara, serta survei untuk sektor jasa, akan dirilis pada hari Senin. PMI Manufaktur Caixin, yang berfokus pada usaha kecil dan menengah, akan dirilis pada hari Selasa. Adapun perekonomian China tumbuh dengan lambat pada kuartal kedua karena permintaan melemah di dalam dan luar negeri, tetapi sebagian besar analis mengatakan pemerintah China tidak mungkin memberikan stimulus agresif di tengah meningkatnya kekhawatiran atas membesarnya risiko utang.
Pada hari Selasa, para investor/trader Indonesia akan memperhatikan laporan Inflasi (Juli) yang diharapkan mampu semakin melandai ke tingkat 3.11% yoy (dari 3.52% di bulan Juni), sementara Core Inflation akan kembali mendingin ke tingkat 2.5% yoy (dari 2.58% bulan Juni). Sehari sesudahnya, Korea Selatan akan merilis data CPI bulan Juli di mana posisi tahunan dan bulanan diprediksi berada pada tingkat 2.4% yoy dan 0.2% mom. Setelah itu, menyusul Indonesia & Korea Selatan merilis data Cadangan Devisa (bulan Juli) pada hari Kamis dan Jumat.
Download full report HERE.