Summary:

Last Week Review

PERLAMBATAN EKONOMI YANG NYATA TERLIHAT DI AS, mampu mengirim ketiga indeks utama AS membukukan kenaikan kuat sepanjang bulan May : S&P500 melonjak 4.8%, NASDAQ meroket 6.9%, serta DJIA naik 2.4%. Namun untuk sepekan kemarin, S&P500 tergelincir turun 0.5%, NASDAQ melemah 1.1%, dan DJIA terdepresiasi 0.9%. Kondisi sebaliknya justru dialami oleh IHSG: Sepanjang bulan May kita turun hampir 2.6% dan sepekan terakhir malah negatif terbesar besar 2.87%. Lesunya kondisi IHSG dipicu akibat dana asing konsisten kabur dari Indonesia : Foreign Net Sell 1W = IDR 4,81 triliun, 1M = IDR 13,85 triliun. Di tengah komentar para pejabat bank sentral AS yang masih kental narasi hawkish, market AS berusaha optimis bahwa setidaknya kenaikan suku bunga di tahun ini bisa dikesampingkan. Adapun data pendukung berupa revisi US GDP 1Q yang malah lebih rendah dari perkiraan awal 1.6%, ternyata dirillis 1.3% qoq. Perlambatan ekonomi yang nampak nyata dari GDP kuartal sebelumnya 3.4% sedikit banyak mendukung view bahwa penurunan suku bunga bisa terfaktor di bulan September dan  ada kemungkinan pivot kedua di bulan Desember. Data acuan Inflasi favorit The Fed, yaitu indikator PCE price index menyatakan bahwa Inflasi AS in-line dengan ekspektasi, namun masih stagnan di level 2.7% yoy pada bulan April. Demikian pula dengan ukuran Inflasi Inti = Core PCE Price Index (Apr) dirilis sesuai prediksi pada 2.8% yoy, kondisi yang sama dengan periode sebelumnya. Federal Reserve sempat menyatakan bahwa mereka perlu melihat kelesuan yang berarti di sektor  tenaga kerja ; Initial Jobless Claims untuk pekan terbaru naik 3ribu menjadi 219ribu. Walau Keyakinan Konsumen optimis mampu menguat, Personal Spending yang mendasari pertumbuhan ekonomi nampaknya terlihat mulai melemah ke titik terendah 3bulan pada April ; demikian pula penjualan rumah yang tengah dilaksanakan drop ke titik terendah dalam 20bulan. Sebagai pelengkap, Indikator PMI yang cukup penting yaitu CHICAGO PMI jatuh dengan mengejutkan ke level terendah sejak era-Covid June 2020.

MARKET EROPA & ASIA :
Indeks Eropa STOXX600 melaju naik 2.6% di bulan May walau turun tipis 0.5% sepekan lalu dalam rangkaian pelemahan 2 minggu berturut-turut. EUROPEAN CENTRAL BANK tampaknya lebih optimis dari bank sentral AS dalam hal prospek pemotongan suku bunga di bulan Juni . Inflasi Jerman (May) terlihat stagnan namun cukup terkendali di angka 2.4% dan Inflasi EUROZONE di level 2.6% yoy (May); outlook iklim konsumen & usaha juga diperkirakan masih belum stabil dalam  6 bulan ke depan. Unemployment Rate menunjukkan sedikit perbaikan ke level 6.4% di bulan April dari 6.5% .Di benua Asia, Chinese Composite PMI (May) tampaknya belum berhasil menunjukkan penguatan secara indeks ini berusaha bertahan di wilayah ekspansif sekuat tenaga dengan bantuan dari sektor jasa, sementara sisi manufaktur sudah mulai tergelincir ke area kontraksi. IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi CHINA tahun ini menjadi 5.0%, dari 4.6% sebelumnya ; dengan harapan akan lebih banyak paket stimulus yang diluncurkan pemerintah China.

BANK INDONESIA mencatat modal asing mengalir masuk pasar keuangan Indonesia dalam sepekan ini. Berdasarkan data transaksi 27-30 Mei 2024, non-resident mencatatkan pembelian neto IDR 4.75 triliun. Aliran modal asing pada minggu kelima Mei 2024, berdasarkan data transaksi 27-30 Mei 2024, non-resident di pasar keuangan domestik tercatat melakukan pembelian neto IDR 4.75 triliun. Ini terdiri dari beli neto IDR 3.31 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto IDR 6.19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan jual neto IDR 4.75 triliun di pasar saham. Adapun selama tahun 2024, berdasarkan data settlement sampai dengan 30 Mei 2024, asing tercatat beli neto sebesar IDR 42.72 triliun di pasar keuangan domestik. Non-resident tercatat jual neto IDR 34.72 triliun di pasar SBN, jual neto IDR 4.26 triliun di pasar saham, dan beli neto IDR 86.07 triliun di SRBI.

This Week’s Ooutlook

Laporan NONFARM PAYROLLS yang dipantau ketat pada hari Jumat diperkirakan akan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat lagi pada bulan Mei. Para ekonom memperkirakan bahwa terjadi penambahan 185.000 pekerjaan, sedikit naik dari bulan sebelumnya pada 175.000. Para investor agak khawatir bahwa ekonomi yang terlalu kuat dapat mencegah Federal Reserve AS untuk menurunkan suku bunga tahun ini, atau bahkan mengharuskan kenaikan suku bunga. Laporan ketenagakerjaan dapat membuktikan bahwa perekonomian telah melambat.

EUROPEAN CENTRAL BANK hampir pasti akan menjadi bank sentral utama pertama yang memangkas suku bunga pada tahun ini di hari Kamis (setelah Bank of Canada yang juga punya potensi laksanakan pivot 25bps di hari Rabu). Dengan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin yang telah dijanjikan oleh para pembuat kebijakan, para pengamat pasar akan berfokus pada apa yang akan dikatakan oleh Presiden ECB Christine Lagarde tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Inflasi di sektor jasa yang dominan di blok ini tetap tinggi dan ekonominya pulih lebih cepat dari yang diharapkan, sementara angka pertumbuhan upah yang diawasi ketat meningkat pada kuartal terakhir, membuat prospek setelah bulan Juni menjadi kurang pasti. Pasar masih memperkirakan ECB akan menurunkan suku bunga beberapa kali tahun ini dibandingkan dengan The Fed dan Bank of England. Market sekarang memperkirakan 2 kali pemangkasan dan kurang dari 50% peluang pemangkasan ketiga – dibandingkan dengan proyeksi awal 3 kali saat rapat ECB terakhir kali dan setidaknya perkiraan 5 kali di awal tahun.

ARAH PASAR SAHAM : Meskipun ketiga indeks saham utama AS membukukan kerugian minggu lalu, mereka masih mengakhiri bulan ini lebih tinggi, dengan S&P 500 naik sekitar 4,8%, Nasdaq melonjak 6,9%, dan DJIA menguat 2,4%. Walaupun ini adalah tahun yang baik untuk indeks-indeks saham utama AS, harap diingat bahwa Dow Jones Transportation Average telah turun sekitar 5% sepanjang tahun ini dan beberapa pelaku pasar mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi indeks transportasi 20 saham – yang meliputi operator kereta api, maskapai penerbangan, perusahaan pengiriman paket, dan perusahaan angkutan truk – dapat menandakan pelemahan ekonomi atau mengandung potensi penguatan terbatas market. Seperti diketahui, indeks Transportasi Dow adalah barometer untuk aktivitas ekonomi di masa depan , yang dipandang para analis mungkin mengindikasikan bahwa meskipun resesi tidak akan segera terjadi, namun mungkin ada perlambatan ekonomi yang tengah terjadi di AS.

INDIKATOR EKONOMI : Sejumlah data PMI dari Asia & Eropa akan menyita perhatian para pelaku pasar, tak terkecuali data INFLASI dari INDONESIA & KOREA SELATAN. Beberapa data GDP 1Q juga akan dipublikasikan oleh Korea Selatan & EUROZONE. Serta yang tak kalah penting adalah data TRADE BALANCE CHINA yang menyoroti pertumbuhan Ekspor & Impor mereka.

Download full report HERE.