Last week review:
Komentar terbaru Federal Reserve Chairman Jerome Powell yang menyatakan kenaikan suku bunga masih akan berlanjut di musim panas ini seiring langkah mereka menekan Inflasi AS (yang masih jauh dari target mereka di 2%); mendominasi sentimen pekan lalu dan menyebabkan indeks utama Wall Street kehilangan minggu kemenangannya. Nasdaq akhirnya terhenti dari kenaikan 8 minggu berturut-turut, yang terpanjang sejak Maret 2019; sedangkan S&P500 juga tak lagi mampu teruskan rally 5 minggu berturut-turut, yang terpanjang sejak November 2021. Setali tiga uang, IHSG juga menutup pekan lalu di posisi terendah selama 2 minggu terakhir, kembali terjerembab ke bawah Support MA10 & MA20 diiringi oleh aksi jual bersih asing mingguan sebesar IDR 1 triliun; sejauh ini menjumlah total Foreign Net Sell 1 bulan di angka IDR 2 triliun. Keputusan The Fed tersebut berpotensi akan semakin menggiring ekonomi global menuju resesi yang merata; terutama diutarakan di kondisi market yang sudah Overbought, membuat para investor mengambil Langkah profit-taking. Pasar keuangan telah mem-price in 74.4% probabilitas kenaikan Fed Fund Rate sebesar 25 bps pada FOMC Meeting mendatang bulan Juli, seperti dilansir dari CME Group FedWatch Tool. US Initial Jobless Claims berada di titik tertinggi 20 bulan dan terus menguat selama 3 minggu berturut-turut; sedangkan Conference Board Leading Economic Index kembali turun di bulan ke-14, dengan demikian nyata bahwa usaha The Fed untuk menekan pertumbuhan ekonomi terbukti telah membuahkan hasil. Adapun revisi US S&P Global Composite PMI (Juni) kembali menyatakan sektor Manufacturing AS masih berjuang di jalur kontraksi, sedangkan sektor Services mulai menguat di atas ekspektasi pada area ekspansi. Bicara mengenai tren suku bunga negara-negara lainnya, Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneternya yang sangat longgar, di mana CPI & Core CPI (Mei) mereka dilaporkan masih relative di level 3.2%. Bank sentral China kembali memotong suku bunga acuan 10 bps ke tingkat 3.55% demi lebih  menggairahkan perekonomian mereka, namun di satu sisi juga semakin menegaskan bahwa China perlu stimulus lebih untuk mendongkrak lambatnya perbaikan ekonomi mereka pasca pandemi Covid. Sementara itu, European Central Bank memilih untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lebih lanjut. Surprise datang dari Bank of England yang mengimplementasikan kenaikan suku bunga lebih tinggi dari ekspektasi yaitu sebesar 50 bps ke tingkat 5% (dari prediksi 4.75%) demi menjinakkan Inflasi Inggris yang cukup alot selama dua bulan belakangan ini di level 8.7%. Dari dalam negeri sendiri, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kembali menahan BI7DRR di level 5.75%, dengan komposisi Deposit Rate (Juni) di tingkat 5% dan Lending Rate (Juni) di level 6.5%. Saham-saham Energi menjadi pemberat market secara keseluruhan, dipicu oleh rontoknya harga minyak dunia secara lemahnya permintaaan China sebagai importir minyak mentah terbesar dunia kembali muncul. CNPC Economics & Technology Research Institute memperkirakan permintaan Crude Oil dari China hanya akan tumbuh 3.5% atau 740 juta ton pada tahun 2023, turun dari perkiraan sebelumnya di 5.1%.

This week’s outlook:
Pekan ini akan kembali jadi minggu perdagangan yang singkat bagi para investor Indonesia secara pemerintah meresmikan libur & cuti bersama Idul Adha pada tanggal 28-30Juni, namun pelaku pasar global lainnya akan cukup sibuk memperhatikan sejumlah isu. Para investor akan mendapat update mengenai arah kebijakan moneter dari rilis data US Personal Consumption Expenditures price index pada hari Jumat, di mana indeks ini merupakan indikator terkait Inflasi yang paling disukai oleh Federal Reserve. Sejauh ini selama 12 bulan terakhir sampai April, PCE price index masih berjalan di atas target The Fed yaitu 2%. Namun sebelum itu, laporan Consumer Confidence juga dijadwalkan keluar hari Selasa esok. Hasil yang diharapkan untuk bulan Juni adalah indeks keyakinan konsumen AS ini mampu lebih tinggi dari posisi Mei yang berada di titik terendah 6 bulan. Zona Eropa dijadwalkan untuk merilis data Inflasi awal untuk bulan Juni pada hari Jumat depan. Presiden ECB Christine Lagarde sepertinya masih akan bertahan dengan nada hawkish selama tingkat Inflasi masih belum bisa dijinakkan ke level target 2%. Para pelaku pasar sekarang memperhitungkan kenaikan pada bulan Juli & Oktober yang akan membawa suku bunga acuan Eropa ke tingkat 4%. Para investor akan mendapatkan kesempatan mendengar komentar dari para pejabat utama bank sentral dunia yang akan berkumpul pada acara forum tahunan ECB di Portugal pada hari Rabu; di mana pembicaraan terkait Inflasi pastinya akan menjadi topik utama. Dari benua Asia, China dijadwalkan merilis laporan PMI (Juni) pada hari Jumat di tengah kekhawatiran dunia bahwa perbaikan ekonomi dari mereka kehilangan momentum. Bahkan beberapa bank investasi global telah memangkas proyeksi GDP 2023 untuk China setelah kinerjanya yang tak kunjung membaik. Faktor ketegangan geopolitik kembali terjadi di Rusia dan turut menambah dinamika dunia investor global, di mana mereka memantau imbas potensial ke aset safe-haven termasuk US Treasury dan harga komoditas. Terdeteksi gerakan tentara bayaran Rusia menuju Moscow setelah mereka mengambil alih kota Rostov dalam usaha yang diyakini untuk menggoyang kepemimpinan Presiden Vladimir Putin. Perkembangan lebih lanjut mengenai hal ini akan menjadi perhatian publik selama beberapa hari ke depan; mengenai apakah resiko kudeta yang lebih besar akan mampu diredam.

Download full report HERE.