Summary:

NADA DOVISH FEDERAL RESERVE MEMBAWA SENTIMEN BULLISH PADA MARKET GLOBAL YANG SIBUK DENGAN KEBIJAKAN MONETER BANK SENTRAL PADA PEKAN LALU. Pasar saham global menguat pada minggu lalu diwarnai oleh rekor demi rekor kenaikan yang dipicu oleh serangkaian sinyal bank sentral yang dovish, sementara Dollar kesulitan untuk pertahankan kenaikan karena imbal hasil (yield) obligasi AS yang turun. Untuk minggu lalu S&P500, DJIA, dan Nasdaq masing-masing menguat sebesar 2,3%, 2,0%, dan 2,9%. Pada hari Rabu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga Fed Fund Rate di level 5,25% – 5,50% namun mengindikasikan bahwa pihaknya siap untuk menurunkan suku bunga sebesar 75 basis poin tahun ini dalam 3x kesempatan FOMC Meeting (yang mana Goldman Sachs perkirakan pivot terjadi di bulan Juni, September, dan Desember), di tengah peningkatan inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS yang cukup kuat, bahkan mungkin terlalu kuat untuk sebuah skenario soft landing. The Fed juga menjabarkan sejumlah proyeksi ekonomi seperti: Fed Fund Rate akan merosot ke level 4.6% di tahun ini, (tahun 2025 dan 2026: menjadi 3.9% dan 3.1%); Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index, yang merupakan acuan favorit Inflasi dari The Fed, akan berada di level 2.6% tahun 2024, naik dari perkiraan awal 2.4% (sedangkan untuk 2025 dan 2026: 2.2% dan 2%); pertumbuhan ekonomi AS tahun ini mampu menguat ke tingkat 2.1%, naik cukup tinggi dari 1.4% perkiraan sebelumnya (2025 dan 2026: melambat jadi 2%). Sementara itu, pasar tenaga kerja juga diperkirakan masih akan ketat, dengan Tingkat Pengangguran jatuh ke level 4% tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya 4.1%. Powell mengatakan, jika terdeteksi ada pelemahan data yang signifikan di pasar tenaga kerja akan menjadi alasan kuat bagi bank sentral untuk segera memulai proses pivot. Adapun Initial Jobless Claims mingguan yang terakhir dirilis secara tak terduga ternyata turun menjadi 210 ribu (vs forecast 212 ribu), sementara penjualan rumah second atau Existing Home Sales di bulan Februari meningkat terbesar dalam 1 tahun (nyatanya melonjak 9.5% jauh di atas perkiraan minus 1.3%), ini merupakan tanda bahwa perekonomian AS tetap punya pijakan yang kuat pada kuartal pertama. Dari sudut PMI, perkiraan awal S&P Global US Composite PMI untuk bulan Maret berada di level 52.2 (sesuai proyeksi), dengan sisi manufaktur yang semakin ekspansif dan sisi jasa yang sedikit terkontraksi. Data tersebut diamini oleh Philadelphia Fed Manufacturing index yang menunjukkan peningkatan di luar dugaan pada bulan Maret, menggarisbawahi perbaikan pada aktivitas manufaktur.

Highlight dari bank sentral lainnya, BANK OF JAPAN mengambil langkah historik dengan mengakhiri trend suku bunga negatif setelah 8 tahun, dan akhirnya menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 17 tahun, di mana sekarang suku bunga BOJ terapresiasi ke level 0.1% dari -0.1% sebelumnya. Bank sentral Jepang tersebut juga menghapuskan kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (yield curve). Tujuan tindakan ini adalah untuk meningkatkan likuiditas perbankan serta mendorong pihak bank untuk lebih bersemangat memberikan pinjaman, dalam rangka meningkatkan belanja masyarakat dan investasi, serta memerangi deflasi. Adapun kebijakan ini diambil setelah para perusahaan besar Jepang baru saja menyetujui kenaikan upah dalam nilai tertinggi selama 33 tahun.

Update kebijakan moneter bank sentral lainnya: Bank sentral CHINA dan INDONESIA adalah dua dari sekian banyak bank sentral yang menetapkan suku bunga tidak berubah, sesuai ekspektasi; seperti juga halnya BANK OF ENGLAND menahan suku bunga tak bergeming di posisi 5.25% di tengah komentar Gubernur BOE Andrew Bailey mengatakan kepada Financial Times bahwa masuk akal jika ada ekspektasi penurunan suku bunga tahun ini. Sementara itu dari EUROPEAN CENTRAL BANK President Christine Lagarde menegaskan kembali bahwa keputusan bank sentral Eropa akan didasarkan pada data ekonomi yang dirilis dari waktu ke waktu, namun para pengamat pasar telah menaruh harapan pada bulan Juni sebagai bulan pertama terwujudnya pivot Eropa, di mana terdapat 4x pemotongan suku bunga tahun ini. Di sisi lain, terjadi pemotongan suku bunga yang mengejutkan oleh bank sentral SWISS pada hari Kamis, yang mana membantu mendorong pasar ke level tertinggi baru, setelah para investor menyadari bahwa bank sentral utama di seluruh dunia tidak perlu menunggu pivot Federal Reserve AS sebelum mereka lakukan penurunan suku bunga di negara mereka sendiri. Di belahan dunia lain, Bank Sentral Turki secara tak terduga mengerek suku bunga acuan menjadi 50% dari sebelumnya 45% karena merespons lonjakan inflasi inti yang menembus angka 70% jelang Pemilu.

MARKET EROPA: EUROZONE melaporkan Inflasi di bulan Februari berhasil melandai ke tingkat 2.6% yoy sesuai ekspektasi, dari 2.8% pada periode sebelumnya. Inflasi Inti juga terkendali ke level 3.1% yoy dari 3.3% pada bulan Januari. Indikator ZEW Economic Sentiment menunjukkan optimisme yang cukup signifikan dalam memandang situasi ekonomi 6 bulan ke depan di JERMAN dan Eurozone. INGGRIS umumkan CPI (Feb.) mereka berhasil melandai ke level 3.4% yoy (versus forecast 3.5% & previous period 4.0%).

MARKET ASIA: INFLASI JEPANG di bulan Februari tumbuh sesuai ekspektasi ke level 2.8% yoy dari 2.2% di bulan sebelumnya; naik ke atas level target tahunan Bank of Japan dan menjustifikasi langkah kebijakan moneter bank sentral Jepang yang terbaru menjadi lebih ketat. KABAR BAIK DARI CHINA, negara importir minyak terbesar di dunia; mereka melaporkan peningkatan output industri tahunan sebesar 7% pada Januari & Februari, bersamaan dengan peningkatan aset tetap sebesar 4.2% yoy (Feb.), di tengah kenaikan penjualan ritel sebesar 5,5% dibandingkan tahun sebelumnya (sesungguhnya meleset dari ekspektasi). Namun, kemelut pada sektor real estate masih menjadi ganjalan karena investasi properti mengalami penurunan sebesar 9% dibandingkan tahun lalu; apalagi setelah skandal penipuan USD 78 miliar atau IDR 1200 triliun yang dilakukan raksasa property Evergrande mulai menyeret nama salah satu kantor akuntan “Big Four” PricewaterhouseCoopers secara PwC ternyata turut mengaudit perusahaan properti besar Country Garden yang ditengarai berpotensi mengandung bahaya laten mirip dengan masalah Evergrande. Adapun produksi minyak mentah China naik 3% yoy pada Januari & Februari. Ditambah dengan proyeksi pemotongan suku bunga The Fed tahun ini diharapkan akan semakin menggenjot pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak dunia.

INDONESIA: Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo SubiantoGibran Rakabuming Raka menjadi pemenang Pilpres 2024, berdasarkan hasil rekapitulasi secara nasional dari perolehan suara di 38 provinsi dan 128 panitia pemilihan luar negeri (PPLN). Tak menunggu lama, keputusan yang diwarnai oleh beberapa demo pada hari-hari menjelang tanggal 20 Maret tersebut langsung disambut oleh langkah gugatan ke MK dari pasangan 01 dan 03. Pemilu legislatif yang diikuti 18 partai politik nasional juga menetapkan PDI Perjuangan sebagai partai yang mendapat suara tertinggi. Selama sepekan terakhir asing membukukan Foreign Net Buy sebesar IDR 2.14 triliun (all market), membuat posisi 1 bulan terakhir beli bersih mereka ke level IDR 5.88 triliun dan YTD bertambah menjadi IDR 28.26 triliun.

KOMODITAS: Harga MINYAK bergerak datar pada minggu lalu, di tengah kombinasi adanya peluang gencatan senjata di Gaza berpotensi melemahkan harga minyak mentah, sementara meletupnya kembali perang di Eropa dan menyusutnya jumlah rig AS berfungsi menopang harga. Kedua harga acuan minyak, US WTI & Brent hanya bergerak kurang dari 1 persenan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Kamis bahwa dia optimis diskusi perdamaian di Qatar dapat mencapai kesepakatan gencatan senjata Perang Gaza antara Israel dan Hamas selama 6 minggu. Di sisi lain, Irak dan Arab Saudi berencana mengurangi ekspor minyak mentah mereka, berpotensi menjaga kelangkaan crude oil di pasar. Konflik di Eropa Timur juga menyediakan dukungan bagi harga minyak. Rusia melancarkan serangan balasan rudal dan drone terbesar terhadap infrastruktur energi Ukraina, menghantam bendungan terbesar di negara itu dan menyebabkan pemadaman listrik di beberapa wilayah, seperti dilansir dari Kyiv. Pada komoditas lain, harga EMAS sempat meroket ke level rekor USD 2222.90/ounce didukung sentimen nada dovish FOMC Meeting pekan lalu. Analis ANZ memproyeksikan harga emas bisa melemah ke level USD 2100/ounce dalam waktu dekat, namun mereka juga meng-upgrade target akhir tahun menjadi USD 2300/ounce, mengantisipasi terwujudnya pivot dan melemahnya kondisi ekonomi secara keseluruhan masih akan mendukung harga emas sebagai aset safe-haven. Dari metal industri, harga TEMBAGA sedikit melemah setelah menyentuh titik tertinggi 11 bulan pekan lalu, setelah China dilaporkan akan memangkas produksi smelter tembaga terbesar mereka. Rally itu kini terhenti menyusul data ekonomi China yang bervariasi di atas, ditambah lagi tingkat pengangguran mereka saat ini menyentuh titik tertinggi 5 bulan.

This week’s outlook:

Para investor akan menantikan sejumlah data ekonomi yang dirilis ketika pasar libur pada hari raya Jumat Agung (Good Friday) untuk mengetahui pembacaan terbaru mengenai inflasi AS dari Personal Consumption Expenditures (PCE) price index. Beberapa pejabat Federal Reserve, termasuk Ketua Jerome Powell, dijadwalkan untuk berbicara dan komentar mereka akan diawasi dengan ketat setelah pernyataan dovish dari kepala Fed minggu lalu. Core PCE price index, yang mengecualikan harga bahan makanan dan energy, diprediksi naik 0.3% pada bulan Februari, setelah membukukan kenaikan bulanan terbesar dalam setahun di bulan sebelumnya. Kalender ekonomi penting lainnya pekan ini meliputi angka New Home Sales, Durable Goods Orders, CB Consumer Confidence (Mar.), Revisi GDP, dan update mingguan Initial Jobless Claims. Beberapa pejabat The Fed juga diharapkan akan meluncurkan beberapa statement pada kemunculan mereka di pekan ini. Sejauh ini, The Fed telah merilis update proyeksi ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, Inflasi yang lebih tinggi, dan prediksi tingkat suku bunga jangka panjang yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan awal; memberikan kesan keseluruhan yang tidak se-dovish seperti yang dikemukakan Jerome Powell sebelumnya.

Beberapa pengamat market mengingatkan potensi pullback pada pasar saham yang telah menguat tajam sejak bulan Oktober – November, contohnya S&P500 yang telah terapresiasi 27% sejak bottom itu. Kuartal 1 yang segera berakhir juga akan membuat para pelaku pasar memasang mata kepada performance para perusahaan di awal tahun 2024 ini.

Sejumlah sentimen yang berpotensi mempengaruhi harga MINYAK global: kemungkinan gencatan senjata Perang Gaza dapat tercapai, yang akan membuat militan Houthi (Yemen) mengizinkan para kapal tanker komersial kembali melintasi Laut Merah dengan damai. Langkah Swiss National Bank yang secara di luar dugaan memotong suku bunga membuat US Dollar menguat, membebani penguatan harga minyak secara komoditas itu akan jadi lebih mahal bagi para pembeli non-AS.

MARKET ASIA PASIFIK menantikan data Inflasi dari Australia dan Jepang. Sementara MARKET EROPA menunggu indikator ekonomi seperti: GfK German Consumer Climate (Apr.), GDP Inggris 4Q23, German Retail Sales (Feb.) & Unemployment Rate (Mar.).

Download full report HERE.