Today’s Outlook:

MARKET AS: Lelang US TREASURY tenor 5 tahun sebesar USD 70 miliar mendorong yield obligasi lebih tinggi dan membebani pasar saham. US Treasury tenor 10 tahun juga naik 5 bps ke level yield 4.646%. Para pelaku pasar cukup nervous menunggu data ekonomi penting dalam 2 hari ini yaitu: GDP Q1 dan Personal Consumption Expenditures (PCE) price index untuk bulan Maret. Andaikata data pertumbuhan ekonomi dan acuan Inflasi ini ternyata keluar lebih kuat dari ekspektasi maka akan semakin menjauhkan harapan pemotongan suku bunga AS dalam waktu dekat.

INDIKATOR EKONOMI: US Durable Goods Orders (Mar.) dirilis in-line dengan ekspektasi pada level 2.6%, menandakan peningkatan demand yang signifikan dalam 4 bulan terakhir atas produk tahan lama dari AS (termasuk kendaraan), dari pertumbuhan sebelumnya yang hanya 0.7%.

KOMODITAS: AS melaporkan cadangan minyak mentah mingguan mereka turun 3.23 juta barrel, meleset dari perkiraan adanya penambahan 1.8 juta barrel, seperti dilansir dari American Petroleum Institute. Posisi minus inipun sejalan dengan laporan pemerintah AS terkait stok cadangan minyak mentah mereka yang memang menguap 6.368 juta barrel, di luar ekspektasi adanya penambahan 1.6 juta barrel. Meskipun demikian, harga MINYAK dunia tetap terdepresiasi pada penutupan perdagangan Rabu seiring meredanya ancaman perang Israel-Iran sehingga aliran pengiriman minyak global kembali terbuka, di mana US WTI turun 0.66% menjadi USD 82.81/barrel di New York Merchantile Exchange; sementara BRENT terkikis 0.45% menjadi USD 88.02/ barrel di London ICE Futures Exchange. Kedua harga acuan minyak global tersebut telah mencatatkan penguatan di tahun ini masing-masing sebesar 15% dan 14%. Para trader kini kembali fokus pada fundamental supply-demand seputar harga minyak global. Goldman Sachs bahkan telah memprediksi penurunan resiko geopolitik dalam beberapa bulan mendatang sehingga memproyeksikan harga minyak bisa turun sebesar USD 5 -10/barrel. Diketahui Presiden AS Joe Biden telah menandatangani paket bantuan luar negeri yang akan memperluas sanksi terhadap minyak Iran, walau Biden tetap memiliki kewenangan untuk menghapus sanksi tersebut atas alasan keamanan nasional; ataupun tidak akan memberlakukan sanksi secara ketat yang akan menimbulkan lonjakan harga minyak di tahun PEMILU AS.

INDONESIA: Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menetapkan kenaikan suku bunga acuan 25 bps ke level 6.25% di mana Deposit Rate dan Lending Rate pun disesuaikan masing-masing menjadi: 5.50% & 7.0%. Adapun langkah ini diambil dalam rangka stabilisasi nilai tukar RUPIAH dan mitigasi efek konflik global. USD/IDR tetap tak bergeming dari angka >16200 per USD, bertahan di atas Support pertama: pada range 16192-16140 per USD.

Corporate News
Bisnis Superior, Pefindo Pertegas Peringkat Telkom (TLKM) idAAA Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat Telkom Indonesia (TLKM) dengan idAAA. Rating tersebut juga berlaku Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2015. Outlook untuk peringkat perusahaan tersebut stabil. Peringkat perusahaan itu, mencerminkan kemungkinan sangat kuat akan dukungan dari pemerintah sebagai pemegang saham pengendali. Profil kredit berdiri sendiri Telkom merefleksikan posisi bisnis superior, bisnis terdiversifikasi, jaringan luas, dan profil keuangan sangat kuat. Peringkat dibatasi persaingan level industri sangat ketat. Peringkat dapat diturunkan kalau Pefindo menilai terjadi penurunan signifikan dalam hubungan dengan atau dukungan dari pemerintah. Dan, pada saat bersamaan, Telkom mengalami pelemahan profil bisnis, atau kalau Telkom menambah utang dengan jumlah lebih besar dari proyeksi tanpa dikompensasi dengan pertumbuhan pendapatan memadai sehingga melemahkan kondisi keuangan perusahaan. (Emiten News)

Domestic Issue
Rasio Utang Pemerintah Bakal Naik Jadi 40% di 2025, Ekonom Soroti Hal Ini Dokumen rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 menyebut, rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan naik ke level kisaran 39.77% hingga 40.14% di tahun 2025. Angka ini meningkat apabila dibandingkan dengan target 2024 sebesar 38.26% dari PDB dan dan lebih tinggi dari realisasi tahun lalu yang sebesar 38.98% dari PDB. Kenaikan rasio utang itu selaras dengan defisit anggaran yang ditarget meningkat. Defisit anggaran pada 2025 disasar meningkat menjadi 2.45% sampai 2.8% terhadap PDB, dari tahun ini sebesar 2.29% terhadap PDB. Peneliti ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, dokumen RKP yang menargetkan kisaran rasio utang berada di kisaran 39% hingga 40% dari PDB tentu belum sejalan dengan kerangka kerja kebijakan fiskal jangka menengah hingga panjang. Menurutnya, target rasio utang yang naik ini sebenarnya tidak terlepas juga dari kebijakan belanja yang berpotensi meningkat untuk mengakomodir beberapa kebutuhan belanja dari pemerintahan baru seperti yang sudah disampaikan dalam masa kampanye lalu. Ia memproyeksikan, kebijakan pemerintah di 2025 akan relatif ekspansif, karena pemerintah baru punya beberapa aturan kebijakan yang sifatnya baru dan belum pernah dijalankan di pemerintahan sebelumnya. Hal ini akan menambah pos anggaran belanja dan berdampak terhadap defisit anggaran serta utang yang berpotensi meningkat seiring dengan kebutuhan belanja. (Kontan)

Recommendation

US10YT juga masih sticky sekitar wilayah resistance pada yield 4.66% – 4.70%, setelah sukses menguji support MA10 / seputar 4.61%. Sepertinya data ekonomi penting AS hari ini & esok (PCE price index & GDP Q1) yang akan menentukan apakah support tsb masih bisa bertahan atau tidak. ADVISE : HOLD , set your TRAILING STOP. Next TARGET : yield 4.80%.

ID10YT sempat uji support yield pada level psikologis 7.0% dan berhasil ditutup masih within resistance 7.078%, di kala RSI showing negative divergence yg sejatinya mengindikasikan trend reversal bisa sewaktu2 terjadi, apalagi jika ID10YT jebol Support 6.90% (MA10). ADVISE : HOLD , set your TRAILING STOP.

Download full report HERE.