Tanda-tanda resesi yang semakin jelas di negara-negara barat mulai muncul satu persatu terlebih karena data ekonomi AS, UK, & Zona Eropa keluar lebih rendah dari perkiraan, menunjukkan ekonomi mulai terkontraksi; sementara tingkat inflasi juga masih bercokol di level yang tinggi. Negara-negara Asia pun menyumbangkan sentimen yang tak kalah suram, dengan GDP 4Q 2022 China yang berada di level 2.9%, tidak berhasil mencapai target 5%. BOJ sendiri sempat menghadapi tantangan untuk mengetatkan kebijakan moneternya, satu suara dengan para petinggi bank sentral AS & Eropa yang semakin yakin bahwa kebijakan suku bunga tinggi masih diperlukan di tahun 2023 ini (seperti diungkapkan mereka pada Forum Ekonomi Dunia di Davos – Swiss). Laporan keuangan 2022 AS mulai keluar, memberikan insight atas survey laba perusahaan S&P500 akan turun 2.4% pada 1Q23. Di sisi lain, dari dalam negeri masih ada kabar baik dari surplus Trade Balance di angka USD 3.89 miliar (surplus 32 bulan berturut-turut), lebih kecil baik dari konsensus & periode sebelumnya USD 5.16 miliar. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI7DRR sesuai ekspektasi pasar sebesar 25 bps ke level 5.75%. BI memangkas pertumbuhan ekonomi global 2023 menjadi 2.3% dari sebelumnya 2.6%, walau masih cukup optimis bahwa ekonomi Indonesia mampu tumbuh di level 4.5%-5.3%.

Download full report HERE.