IHSG Bergerak Mixed
Pada pekan lalu, IHSG diwarnai berbagai sentimen. Sentimen global berupa memanasnya hubungan AS dan Iran setelah serangan atas dua kapal tanker minyak AS di Teluk Oman. Konflik tersebut melemahkan harga minyak global dunia, yang semakin anjlok setelah Arab Saudi menyalahkan Iran atas insiden tersebut. Selain itu, pada Senin (17/06) IHSG melemah 0,96% ditekan oleh sentimen global perang dagang AS dan India. India resmi menaikkan tarif impor atas produk asal AS sebagai balasan terhadap keputusan AS untuk menaikkan tarif atas produk baja dan aluminium India. Sengketa dagang tersebut memicu kekhawatiran investor atas kebijakan dagang AS terhadap rekan dagangnya yang memperparah kondisi ekonomi global. Dari sisi domestik, Indonesia mencatat pertumbuhan utang luar negeri (ULN) swasta pada April 2019 sebesar 8,7% y-y. Sementara itu, utang luar negeri (ULN) pemerintah melambat dan bertumbuh hanya 3,4% y-y, dibandingkan pertumbuhan 3,6% y-y pada Maret 2019. Hal ini mencerminkan bahwa pertumbuhan sektor swasta cukup ekspansif karena sektor ini lebih banyak melakukan capital spending. Pada pertengahan pekan lalu, IHSG berhasil rebound 1,08%, ditopang oleh penguatan rupiah. Selain itu, Indonesia mendapat berkah anjloknya harga minyak global yang menekan defisit transaksi berjalan. Kepastian pertemuan Trump dan Xi di KTT G-20 meningkatkan optimisme pelaku pasar akan tercapainya kesepakatan dagang. Keputusan the Fed untuk mempertahankan FFR di kisaran 2,25% – 2,5% senada dengan keputusan Bank Indonesia yang tetap mempertahankan BI 7-DRRR di level 6% . Pada akhir pekan lalu, IHSG ditutup melemah setelah Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 per Mei sebesar Rp127,45 triliun lebih tinggi dari Rp93,51 triliun pada periode yang sama 2018.
Download laporan lengkapnya di SINI.