Last week review:
Pekan lalu dibuka oleh Indonesia Trade Balance (Apr.) yang sukses pertahankan surplus 36 bulan berturut-turut, di angka USD 3.94 miliar, lebih tinggi dari ekspektasi USD 3.38 miliar. Indonesia juga melaporkan tingkat utang luar negeri 1Q23 tetap terkendali di posisi USD 402.8 miliari setara dengan 30,1% GDP. AS mengumumkan data US Retail Sales (Apr.) dan Existing Home Sales (Apr.) yang menunjukkan melemahnya belanja konsumen. Di sisi lain, Industrial Production (Apr.) ternyata mampu bangkit ke tingkat 0.5% secara bulanan, jauh lebih baik dari prediksi -0.1%; berkebalikan dengan Zona Eropa yang melaporkan data Industrial Production (Mar) – 4.1% secara bulanan, drop lebih besar daripada perkiraan -2.5%. Ketidakpastian mengenai suku bunga AS dan proses negosiasi plafon utang pemerintah mereka yang mendekati deadline 1 Juni juga masih menggelayuti sentimen pasar. Dari sejumlah komentar pejabat The Fed, mereka menyatakan bahwa mereka masih cukup nyaman untuk membiarkan suku bunga acuan AS berada di tingkat tinggi, untuk sementara ini. Rilis data tenaga kerja yang sangat penting pengaruhnya menyatakan bahwa Initial Jobless Claims ternyata masih bisa turun ke angka 242,000 (lebih rendah dari ekspektasi maupun minggu sebelumnya), merupakan tanda bahwa pasar tenaga kerja masih ketat. Walau demikian, sekitar dua pertiga suara pelaku pasar mengharapkan Federal Reserve bisa mengerem laju kenaikan suku bunga pada FOMC Meeting bulan depan. Atmosfer perlambatan ekonomi juga terasa di benua Eropa, di mana Inggris melaporkan tingkat pengangguran atau Claimant Count Change (Apr.) serta Unemployment Rate yang meningkat. German ZEW Economic Condition & Sentiment (May) dan German PPI (Apr.) keluar di angka yang bervariasi namun belum sepenuhnya mengimplikasikan kondisi ekonomi yang solid; apalagi ZEW Economic Sentiment Zona Eropa (May) malah menunjukkan posisi yang sangat lemah di -9.4, jauh lebih rendah dari ekspektasi -1.0. GDP Zona Eropa untuk kuartal 1/2023 keluar in-line di angka 1.3% YoY, serta mereka mampu membukukan Trade Balance (Mar.) di angka EUR 25.6 miliar, lebih besar dari periode sebelumnya EUR 3.7 miliar. Sebelumnya Zona Eropa juga melaporkan CPI (Apr) yang masih in-line di tingkat 7% YoY. China sebagai negara terbesar di Asia belum mampu menggenjot ekonomi mereka sesuai ekspektasi,  terbukti dari data Industrial Production (Apr.) dan Retail Sales (Apr.) yang belum mampu bangkit sampai level yang diharapkan para ekonom/analis. Sebaliknya, Jepang mengukuhkan GDP 1Q23 nya di posisi 1.6% YoY, lebih tinggi dari perkiraan 0.7% dan berhasil membalikkan situasi dari negatif 0.1% di kuartal sebelumnya. Industrial Production (Mar.) juga naik, dan Trade Balance (Apr.) berhasil membukukan defisit yang lebih kecil. Tak pelak ini menempatkan National CPI & Core CPI (Apr.) Jepang masing-masing rilis di angka 3.5% & 3.4% YoY. Geliat ekonomi Jepang membuat para pelaku pasar berharap bank sentral Jepang segera mengakhiri kebijakan moneter super longgar mereka dan mulai menaikkan suku bunga acuan dari rate negatif.

This week’s outlook:
Awal pekan ini akan dimulai dengan prediksi China yang masih akan menjaga suku bunga mereka di level saat ini; seraya para investor mencerna pengaruh keputusan pertemuan G7 atas China dan membicarakan urgensi situasi terkait solusi pagu utang AS. Dilansir dari kabar terbaru, Presiden Joe Biden dan wakil kubu Republikan Kevin McCarthy akan bertemu segera setelah Biden kembali dari G7 Summit untuk mencapai kesepakatan yang melegakan sentimen pasar keuangan secara keseluruhan. Pekan ini juga akan diwarnai oleh pengumuman kebijakan moneter di New Zealand yang diprediksi akan naik 25 bps ke tingkat 5.5%; sementara Korea Selatan dan Indonesia diharapkan tetap tidak menggoyang suku bunga acuan masing-masing di level 3.5% dan 5.75% saat ini; serta tak lupa data pengangguran dan Retail Sales dari Jepang. Data PMI (May) untuk Jerman, Inggris, dan Zona Eropa akan akan menentukan apakah ekonomi berhasil sedikit ekspansif seperti yang diharapkan, atau malah sedikit terkontraksi akibat efek perlambatan ekonomi global yang mulai makin nyata terdeteksi pekan lalu. Sementara itu AS juga akan menimpali dengan laporan Building Permits, New Home Sales (Apr), Pending Home Sales (Apr.), dan S&P Global Composite PMI (May) yang mana hasilnya akan membantu The Fed meraih keputusan apakah memungkinkan untuk mengerem laju kenaikan suku bunga pada FOMC Meeting mendatang bulan Juni. Inggris berusaha sekuat tenaga menyeret turun Inflasi mereka yang saat ini masih kukuh bertahan di double digit, dari 10.1% pada bulan Mar. menjadi prediksi bulan April di 8.3% yang mana hasilnya akan rilis Rabu ini. German Ifo Business Climate Index (May) yang penting sebagai acuan diperkirakan akan merilis data yang masih agak pesimis untuk iklim usaha di Jerman selama 6 bulan ke depan.

Download full report HERE.