Summary:
Last Week Review
• HELLO SEPTEMBER! US PCE PRICE INDEX & US GDP : INFLASI AMAN TERKENDALI DI KALA EKONOMI BERTUMBUH. Saham global mencatatkan kenaikan 4 bulan berturut-turut meskipun ada aksi jual besar-besaran di awal Agustus, didukung oleh data ekonomi AS yang membantu Dollar mematahkan penurunan beruntun selama beberapa minggu. PERSONAL CONSUMPTION EXPENDITURE (PCE) PRICE INDEX – yang merupakan ukuran inflasi favorit Federal Reserve – naik 0,2% pada bulan Juli yang mana sesuai dengan ekspektasi, dan turun 0.1% secara tahunan ke level 2.6% yoy, demikian menurut data Departemen Perdagangan AS yang dirilis pada hari Jumat lalu.
• Laporan tersebut juga mengatakan : Pengeluaran Konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga dari aktivitas ekonomi AS, naik 0.5% bulan lalu. Data ini mempersiapkan The Fed ke tahapan selanjutnya untuk mulai melonggarkan kebijakan moneter mulai September. Sepanjang bulan August , Dow Jones Industrial Average menguat 1.8%, S&P 500 melesat 2.3%, dan Nasdaq naik 0.6%. Indeks saham dunia MSCI mencatatkan kenaikan bulanan sebesar 2.40%.
• Performa luar biasa ini adalah pemulihan yang mengejutkan dari aksi sell-off awal Agustus yang mengingatkan pada “Black Monday” Oktober 1987 terjadi ketika para pedagang memperhitungkan skenario yang disebut Goldilocks, di mana ekonomi AS terus tumbuh tetapi tidak cukup kuat untuk mencegah penurunan suku bunga. Pasar uang confident saat ini memperkirakan pemotongan suku bunga pertama The Fed sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan September, dengan kemungkinan 33% untuk pengurangan besar sebesar 50 basis poin.
• Ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan pada kuartal kedua tahun ini karena pengeluaran konsumen yang kuat, dan keuntungan perusahaan, menurut laporan pada hari Kamis. US GDP 2Q bertengger pada angka 3.0% qoq, lebih kuat dari perkiraan 2.8%, dan jauh lebih baik dari angka kuartal sebelumnya 1.4% yang mengecewakan dan membawa ancaman stagflasi.
• CURRENCY : US DOLLAR stabil di dekat level tertinggi 1 minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, di jalur untuk mematahkan penurunan beruntun 5 minggu meskipun masih mencatatkan kerugian bulanan sekitar 2.5%. Terhadap YEN, Dollar berada di 146.14, kehilangan lebih dari 2.5% sepanjang bulan lalu, karena tekanan pada mata uang Jepang mereda akibat prospek penyempitan perbedaan suku bunga.
• MARKET ASIA & EROPA : Indeks MSCI yang paling luas dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0.48% dan berakhir bulan ini dengan penguatan 2%. NIKKEI Jepang, setelah jatuh di awal Agustus, turun 1.16% untuk bulan ini. Inflasi inti di ibu kota Jepang, TOKYO, meningkat untuk bulan keempat berturut-turut pada bulan Agustus, menurut data yang dirilis pada hari Jumat, dengan kenaikan harga sebesar 2.4% yang mengindikasikan prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut dari BANK OF JAPAN di dalam waktu dekat.
• EURO turun 0.2% menjadi USD 1.105, menyusul data inflasi JERMAN yang lebih lemah dari yang diperkirakan, di kala CPI EUROZONE pun sesuai dengan ekspektasi 2.2% yoy (melandai dari bulan sebelumnya 2.6%) ; yang meningkatkan taruhan pada pemotongan suku bunga lebih lanjut dari EUROPEAN CENTRAL BANK (ECB). Rate cut ini memang diperlukan demi mendongkrak ekonomi Jerman secara angka GDP 2Q mereka mulai menguatirkan dengan terjerembab ke wilayah resesi – 0.1% qoq, dari posisi 0.2% pada kuartal sebelumnya.
• KOMODITAS : Harga MINYAK meleleh secara kontrak berjangka minyak mentah BRENT untuk pengiriman Oktober, ditutup turun 1.43% pada hari Jumat menjadi USD 78.80 / barel, terkontraksi 0.3% untuk minggu lalu dan drop 2,4% untuk bulan August. Sementara futures US WTI ditutup anjlok 3.11% menjadi USD 73.55, turun 1.7% dalam minggu lalu dan terdepresiasi 3.6% pada bulan Agustus. Harga minyak tak mampu merangkak naik walaupun di tengah berita penutupan ladang minyak Libya yang menyebabkan hilangnya 63% total produksi minyak negara ini (900 ribu sampai 1 juta bpd), secara para trader mempertimbangkan ekspektasi kenaikan pasokan OPEC+ yang sedianya dimulai pada bulan Oktober , di kala mereka mulai mengurangi pemangkasan produksi sukarela. Sebaliknya, Harga EMAS membukukan kenaikan bulanan sebesar 2.8% dan harga spot Emas menjadi USD 2,502.44 / ons.
• IHSG bukukan performa bulanan yang ciamik dengan penguatan hampir 5% didukung oleh Foreign Net Buy yang terbilang massive IDR 11.49 triliun (RG market) sepanjang bulan August kemarin, membuat posisi jual asing YTD semakin mengecil ke angka IDR 2.89 triliun. Jika dibandingkan dengan posisi Net Sell tertinggi bulan Juni lalu yang sebesar IDR 36 triliun, maka bisa disimpulkan selama 3 bulan terakhir asing telah belanja saham-saham Indonesia sekitar IDR 33 triliun dan membawa IHSG melesat 7.43%. Tentunya ini sedikit banyak membawa pengaruh kepada posisi nilai tukar RUPIAH yang menguat 4.51% selama sebulan terakhir (di mana posisi terendah sempat menyentuh IDR 15295 / USD) serta 4.78% selama 3 bulan terakhir.
This Week’s Outlook
Pekan ini giliran laporan ketenagakerjaan bulan Agustus yang akan menjadi fokus utama dalam minggu ini seiring pasar bersiap untuk US Federal Reserve yang akan mulai menurunkan suku bunga setelah tengah bulan ini. Sementara itu, Bank of Canada akan kembali memangkas suku bunga, harga minyak tampaknya akan tetap berada di bawah tekanan dan China akan merilis lebih banyak data manufaktur.
Berikut pandangan mengenai apa yang akan terjadi di pasar selama seminggu ke depan.
• LAPORAN TENAGA KERJA seperti biasa dimulai dengan JOLTs Job Openings (Rabu), kemudian ADP Nonfarm Employment Change (Kamis), dan highlight terakhir adalah NONFARM PAYROLL & Unemployment Rate (Jumat). Pelaku pasar percaya bahwa di kala The Fed bersiap-siap untuk memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, laporan tenaga kerja bulan Agustus ini penting pengaruhnya untuk menunjukkan seberapa agresif bank sentral akan menggerakkan suku bunga. Angka yang terlalu rendah, dapat kembali menimbulkan kekuatiran resesi. Angka yang tinggi melampaui ekspektasi, berpotensi mengacaukan rencana pivot The Fed.
• Jerome Powell, The Fed Chairman, telah mengisyaratkan bahwa inilah saatnya untuk mulai menurunkan suku bunga, dan pasar telah memperhitungkan at least pemotongan 25 basis poin pada FOMC Meeting 17-18 September. Di satu sisi, ada ganjalan seputar ekspektasi mulusnya pelaksanaan pivot ini karena terbebani data belanja konsumen yang kuat dirilis pada hari Jumat lalu.
• BANK OF CANADA diperkirakan akan memangkas suku bunga lagi sebagai yang ketiga kalinya berturut-turut pada pertemuan mereka hari Rabu nanti. Bank ini telah memangkas suku bunga acuan 2 kali sejak Juni untuk menurunkannya menjadi 4.5% dan pasar saat ini memperkirakan akan ada dua kali lagi penurunan suku bunga tahun ini setelah September.
• HARGA MINYAK mencatat kerugian bulanan yang cukup besar karena adanya ekspektasi untuk peningkatan pasokan OPEC+ yang dimulai pada bulan Oktober ketika mereka mulai kurangi pemangkasan produksi sukarela yang bertotal 2.2 juta barrel / day. Reuters melaporkan pada hari Jumat bahwa OPEC+ tetap berpegang pada rencana untuk meningkatkan produksi mulai bulan depan , apalagi karena adanya penutupan ladang-ladang minyak di Libya . Sementara itu, dirasa masih ada faktor ketidakpastian seputar pemotongan suku bunga The Fed di tengah demand global yang juga masih lesu. Seperti diketahui, suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak secara keseluruhan.
• CHINA : akan merilis data PMI MANUFAKTUR CAIXIN bulan Agustus pada hari Senin yang diperkirakan akan kembali ke wilayah ekspansi setelah mengalami kontraksi di bulan Juli. Data pemerintah pada hari Sabtu menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur China merosot ke level terendah 6 bulan di bulan Agustus karena harga-harga di tingkat pabrik jatuh dan para pemilik pabrik kesulitan mendapatkan pesanan, sehingga terus menekan pemerintah China untuk menerbitkan lebih banyak langkah stimulus ekonomi untuk meningkatkan permintaan rumah tangga.
• Menyusul kinerja yang lemah di kuartal kedua, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini terus kehilangan momentum di bulan Juli. Para pembuat kebijakan telah mengindikasikan pergeseran dari strategi tradisional mereka untuk berinvestasi besar-besaran pada proyek-proyek infrastruktur, dan lebih memfokuskan upaya-upaya stimulus secara langsung pada rumah tangga.
Download full report HERE.