Last week review:

Nasdaq mencatat penurunan mingguan terbesar dari ketiga indeks utama AS, sekitar 2,6%. Dalam tiga pekan terakhir, Nasdaq mengalami penurunan sekitar 7,2%. Ini merupakan penurunan tiga minggu terdalam sejak akhir Desember lalu. Sementara itu, S&P 500 anjlok tiga minggu sebesar 4,6%. Ini adalah penurunan terbesar sejak  tiga minggu yang berakhir pada 10 Maret lalu. Pekan lalu memang sarat dengan data ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS yang terlihat masih mampu memanas, di luar trend kenaikan suku bunga mereka yang telah berlangsung sejak 2022 demi memerangi inflasi. USD RETAIL SALES (juli) 3.17% yoy, ternyata keluar dua kali lebih kuat di atas ekspektasi dan juga jauh di atas bulan sebelumnya. Tanda-tanda kuatnya ekonomi AS lainnya didapat dari data US BUILDING PERMITS (Juli) & HOUSING STARTS (juli) bertumbuh positif dari posisi negatif di bulan sebelumnya, menandakan pasar perumahan AS mulai membaik. US INDUSTRIAL PRODUCTION (juli) membaik ke level 1% mom, jauh lebih tinggi dari perkiraan dan dari posisi negatif di bulan sebelumnya, walau secara tahunan masih di wilayah negatif dan masih melambat dari bulan sebelumnya. Tak heran US INITIAL JOBLESS CLAIMS hanya rilis di angka 239 ribu, sedikit lebih rendah dari forecast 240 ribu dan kembali turun dari last week 250 ribu. PHILADELPHIA FED MANUFACTURING INDEX (agustus) ada di angka 12.0, pembacaan ini jauh di atas ekspektasi dan previous period yang masih di wilayah negatif. Pembacaan data ekonomi AS di atas sejalan dengan FOMC MEETING MINUTES dari rapat THE FED terakhir, yang walau suara terbagi namun kebanyakan dari pejabat THE FED masih yakin suku bunga perlu lanjutkan kenaikannya (higher for longer). Tak heran pemikiran tersebut mendorong yield US Treasury meroket ke posisi tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sempat mencapai 4,328%.

Dari benua Eropa, gejala perlambatan ekonomi justru lebih terlihat, di mana Inggris laporkan pasar tenaga kerja yang mulai tunjukkan pertumbuhan angka pengangguran. GBP CLAIMANT COUNT CHANGE (juli) tercatat 29.000, jauh lebih tinggi dari forecast dan previous; menempatkan GBP UNEMPLOYMENT RATE (juni) meningkat ke level 4.2%. Mulai langkanya tenaga kerja di Inggris akibatkan pertumbuhan upah sebagaimana diwakilkan oleh data GBP AVERAGE EARNINGS INDEX+BONUS (juni) yang naik 8.2% di atas perkiraan dan bulan sebelumnya. Karena semakin banyak orang Inggris yang terpangkas pendapatannya, tak ayal membuat GBP RETAIL SALES (juli) bertumbuh negatif lebih besar dari estimasi maupun bulan sebelumnya. Intinya, meningkatnya pengangguran dan penurunan daya beli yang terjadi di Inggris sejalan dengan CPI (juli) mereka di level 6.8% yoy, berhasil melandai dari 7.9% di bulan Juni, walau CORE CPI masih sticky di 6.9% yoy. Jerman pun merasa masih pesimis dengan kondisi usaha 6 bulan ke depan sebagaimana tergambar pada data GERMAN ZEW CURRENT CONDITION & ECONOMIC SENTIMENT (agustus). Demikian pula dengan EUROZONE yang merilis ZEW ECONOMIC SENTIMENT (agustus) masih di angka negatif walau sudah mulai melambat dari trend sebelumnya. Adapun EUROZONE mengumumkan GDP Q2 di level 0.6% yoy sesuai ekspektasi tapi turun dari previous 1.1%. EUR INDUSTRIAL PRODUCTION (juni) masih negatif tapi sudah lebih baik dari perkiraan maupun bulan sebelumnya, akhirnya bertengger di level -1.2% yoy. Sebagai penutup, EUROZONE TRADE BALANCE (juni) surplus EUR 23 milyar, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya defisit EUR 0.3 milyar. Ini merupakan surplus ketiga dari rentang waktu sejak januari 2022. Adapun kabar baik ini juga diikuti oleh EUR CPI (juli) berhasil turun ke 5.3% dari 5.5% previous, walau CORE CPI masih sticky di 5.5%.

Dari belahan timur dunia, JPY GDP Q2: melonjak ke angka 6% yoy, hampir dua kali di atas ekspektasi, vs kuartal sebelumnya yang hanya di 3.7%. Japan INDUSTRIAL PRODUCTION juga terbit di level 4% yoy, above forecast & previous -2.2%. Namun di satu sisi, JPY EXPORTS & IMPORTS (juli) malah tumbuh negatif dibanding bulan sebelumnya, mengakibatkan TRADE BALANCE defisit JPY 78.7 milyar, prestasi jeblok dari bulan sebelumnya yang sempat surplus JPY 43.1 milyar. Situasi ekonomi kurang bersemangat lagi-lagi datang dari China yang laporkan CNY INDUSTRIAL PRODUCTION (juli) hanya bertumbuh 3.7%, di bawah estimasi & bulan sebelumnya di posisi 4.4%. Demikian pula dengan CNY RETAIL SALES (juli) yang drop 3 bulan berturut-trut kali ini ke level 2.5%. Di satu sisi, JPY NATIONAL CPI (jul) 3.3% yoy, masih belum beranjak dari posisi bulan Juni. Sementara itu dari Korea Selatan, TRADE BALANCE (juli) surplus KRW 1.65 milyar sedikit di atas previous KRW 1.63 milyar, dengan pertumbuhan ekspor dan impor masih di wilayah negatif yg sama. Pertumbuhan ekspor dan impor yang melambat juga dirasakan oleh Indonesia yang laporkan TRADE BALANCE bulan Juli di angka USD 1.31 milyar, di bawah angka bulan Juni yang masif di USD 3.46 milyar.

Banyak hal yang terjadi di pasar minyak mentah dunia pada saat bersamaan: Masalah ekonomi di China; produksi minyak mentah AS secara tak terduga ternyata lebih tinggi dari perkiraan; dan pemangkasan produksi oleh Saudi-Rusia yang menurut data pelacakan kargo dapat menghapus hampir 68 juta barel dari pasar selama 45 hari ke depan. Dinamika tersebut mendorong jatuh harga minyak dari singgasana harga tertinggi kemarin USD 84.89/barrel dan sempat mendarat di titik terendah USD 78.95/barrel.

This week’s outlook:

Tidak banyak hal yang dinantikan minggu ini oleh karena itu para investor akan memusatkan perhatiannya pada pidato Chairman Federal Reserve Jerome Powell pada pertemuan Jackson Hole hari Jumat, mengenai outlook ekonomi dan arah berikut pada trend pergerakan suku bunga; apakah The Fed masih percaya bahwa kebijakan moneter ketat masih akan berlaku ke depannya untuk memerangi Inflasi, ataukah dirasa sudah cukup ada perkembangan yang diharapkan untuk menahan suku bunga tetap di tempatnya. Para pelaku pasar juga akan memantau petunjuk apapun yang menyiratkan kemungkinan The Fed akan memotong suku bunga pada tahun 2024. Sejauh ini market telah perkirakan 89% probability bank sentral AS tersebut akan pertahankan suku bunga di posisi saat ini pada FOMC Meeting mendatang bulan September.

Sementara itu, China diharapkan masih akan bisa memotong suku bunga lebih rendah lagi, yang akan menekan tingkat bunga cicilan properti, di tengah menggunungnya krisis utang sektor proprerti mereka. Krisis yang semakin merebak ini dikhawatirkan akan mempunyai efek menular yang mengguncang ekonomi China secara keseluruhan sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, yang mana memang sudah alami pelemahan ekonomi akibat menurunnya permintaan domestik dan luar negeri, sehingga menurunkan produksi pabrikan & meningkatkan pengangguran.

Dari sudut data Manufaktur, selain au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI & Services PMI (Agustus), Perancis, Jerman, Eurozone dan Inggris serentak juga akan merilis data PMI hari Rabu, yang akan memberi gambaran bagaimana European Central Bank akan putuskan kebijakan suku bunga lagi di bulan September, dan apakah Bank of England harus menetapkan kenaikan suku bunga yang lebih besar. ECB President Christine Lagarde juga dijadwalkan berbicara pada simposium Jackson Hole hari Jumat nanti; sebelumnya beliau akan mendapat info mengenai GDP Jerman untuk kuartal 2/2023 di mana diprediksi secara tahunan pertumbuhan masih resesi pada negatif 0.2%. Tak mau ketinggalan, AS sekalian akan rilis data S&P Global Composite PMI (Agustus) hari Rabu malamnya, seraya mengumumkan Building Permits & New Home Sales yang akan menjelaskan kesehatan sektor perumahan.

Seperti diketahui, pekan lalu harga minyak mentah dunia membukukan kerugian mingguan pertama sejak Juni seiring meningkatnya kekhawatiran atas prospek  permintaan global yang melemah, menutupi kenyataan bahwa terjadi juga pengetatan persediaan akibat pemangkasan produksi oleh OPEC+. Selain itu, melonjaknya yield US Treasury & US Dollar Index juga membuat harga minyak terasa lebih mahal bagi para pembeli non-US.

Dari dalam negeri, pada hari Selasa Indonesia akan laporkan Balance of Payments kuartal 2/2023, disusul hari Kamis Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia akan umumkan suku bunga acuan dimana BI7DRR diharapkan tetap bertahan di level 5.75%.

Download full report HERE.