Last week review:

LANGKAH DOVISH FEDERAL RESERVE MENAHAN SUKU BUNGA DI RANGE 5.25% – 5.50% UNTUK KETIGA KALINYA, mengirim Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup di level rekor tertinggi sejak Januari 2022. S&P 500 bahkan mencatatkan kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut dalam rentetan penguatan mingguan terpanjang sejak 2017. Federal Reserve Chairman Jerome Powell menyatakan bahwa The Fed sepertinya sudah tak perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut, dan bahwa The Fed “sangat berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan dengan mempertahankan suku bunga terlalu tinggi untuk waktu yang terlalu lama.” 17 dari 19 pejabat The Fed dengan suara bulat memproyeksikan bahwa suku bunga akan lebih rendah pada akhir 2024. Seperti diketahui, sejak Maret 2022 The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 525 basis poin sebagai upaya untuk menekan inflasi. Sekarang para anggota The Fed memperkirakan bahwa suku bunga acuan akan turun menjadi 4,6% di tahun depan, dengan demikian mengisyaratkan adanya tiga kali pemotongan suku bunga pada tahun 2024; dibanding dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,1%, atau dua kali pivot. Menyusul pernyataan The Fed, peluang pemotongan suku bunga terjadi di bulan Mei naik menjadi 90% dibandingkan 80% sebelum pengumuman, seperti dilansir dari Fedwatch LSEG. Di lain pihak, sekitar 60% trader memperkirakan Fed akan menurunkan suku bunga secepatnya di bulan Maret, juga naik dibandingkan dengan sekitar 40% sehari sebelumnya, seperti disurvei oleh Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Di sisi yang bersebrangan, Yield US Treasury tenor 10 tahun jatuh ke bawah level 4.0%; sementara Dollar Index jatuh ke titik terendah dalam 4 bulan.

Dari sudut data ekonomi lainnya, Initial Jobless Claims AS terlihat ringan, namun US Retail Sales menunjukkan peningkatan yang di luar dugaan. Klaim pengangguran AS turun 19.000 menjadi 202.000 untuk pekan yang berakhir 9 Desember. Meskipun angka tersebut di bawah perkiraan para ekonom, namun beberapa pihak masih melihat adanya potensi melemahnya dunia usaha di masa depan. Di sisi lain, penjualan ritel AS secara tak terduga naik 0,3% mom pada bulan November (lebih baik dari perkiraan dan bulan sebelumnya) dan secara tahunan naik 4.1% yoy; karena musim belanja liburan dimulai dengan cepat. Para analis menilai ketahanan konsumen memberikan kredibilitas bagi The Fed untuk mencapai soft landing, namun di satu sisi juga menjadi sinyal bagi pasar bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga secepat yang diperkirakan pasar saat ini. Tentu saja data ekonomi akan tetap mainkan peranan penting dalam penerapan kebijakan moneter Federal Reserve ke depannya. Pada hari Jumat, angka perkiraan awal US PMI (Des.) dirilis bervariasi, di mana S&P Global US Manufacturing PMI semakin terjerembab ke wilayah kontraksi, sementara sektor Jasa malah semakin kuat di area ekspansif.

MARKET EROPA: Mengikuti keputusan Federal Reserve, Bank of England dan European Central Bank pun turut mempertahankan suku bunga tak berubah di posisi masing-masing saat ini yaitu 5.25% dan 4.5%. Suasana bullish juga terasa di pasar saham Asia secara Indeks MSCI Asia ex-Jepang pada pekan lalu naik 3% yang merupakan minggu terbaiknya sejak Juli, mengungguli indeks MSCI World yang naik 2,6%. Meski begitu, MSCI World naik tujuh minggu berturut-turut, sebuah kemenangan beruntun yang belum pernah terlihat selama enam tahun.

KOMODITAS: Harga Minyak mencatat kenaikan mingguan pertama dalam 2 bulan didukung ekspektasi penurunan suku bunga AS tahun depan yang akan meningkatkan perekonomian dan permintaan atas Minyak mentah (terlebih didukung oleh US Dollar yang lebih murah untuk pembeli non-AS). Untuk tahun 2024, permintaan Minyak di China masih menjadi suatu misteri besar. Seorang analis komoditas mengatakan kepada Bloomberg dalam sebuah wawancara baru-baru ini, diperkirakan akan ada sekitar 600.000 barel per hari pertumbuhan permintaan Minyak dari China untuk tahun depan; namun tentunya sebagian besar bergantung pada bagaimana kinerja perekonomian. Di lain pihak, International Energy Association (IEA) dalam laporan bulanannya memperkirakan konsumsi Minyak dunia akan meningkat sebesar 1,1 juta barel per hari (bpd) pada tahun 2024, naik 130.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya; berkat perbaikan prospek ekonomi AS dan harga Minyak yang lebih rendah memicu permintaan yang lebih banyak. Adapun perkiraan tahun 2024 ini kurang dari setengah perkiraan OPEC+. Last but not least, survei Reuters terhadap 30 perkiraan ekonom dan analis menunjukkan minyak mentah Brent rata-rata akan berada di level USD84,43 per barel pada tahun
2024.

INDONESIA: merilis beberapa data ekonomi penting pekan lalu, seperti: Retail Sales yang menguat ke level 2.4% yoy, sementara Penjualan Sepeda Motor dan Mobil (Nov.) masih berjuang di pertumbuhan negatif walau laju penurunannya sudah melambat dari bulan Oktober. Data yang menjadi highlight utama pekan lalu adalah surplus Trade Balance (Nov.) USD 2.41 miliar yang lebih kecil dari perkiraan, akibat pertumbuhan Impor yang jauh lebih tinggi daripada Ekspor.

This week’s outlook:

Pasar keuangan memasuki minggu-minggu penutupan tahun 2023 setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan moneter ketat yang bersejarah kemungkinan besar akan berakhir dan peluang penurunan suku bunga akan mulai terlihat. Investor akan mendapatkan informasi terkini mengenai Inflasi AS untuk tahun ini, sementara Bank of Japan mungkin mulai bergerak menuju poros kebijakan yang telah lama ditunggu-tunggu.

Investor akan mendapatkan informasi terkini mengenai Inflasi tahun ini dengan dirilisnya laporan Personal Consumption Expenditures (PCE) pada hari Jumat, yang  merupakan ukuran Inflasi utama The Fed. Indeks harga PCE diperkirakan akan tetap datar untuk kedua kalinya di bulan November, sementara indeks Core PCE yang mengecualikan biaya pangan dan energi yang volatile, diperkirakan naik 0,2%. Selain itu juga akan ada data Consumer Confidence, Initial Jobless Claims mingguan, and Durable Goods Orders; ditambah update pada sektor perumahan mencakup laporan penjualan rumah baru dan lama (yang sudah ada).

Apakah market akan menyambut Santa Claus Rally tahun ini? Sejauh ini DJIA telah mencatatkan titik tertinggi pada pekan lalu, bahkan S&P500 telah membukukan kenaikan mingguan 7 kali berturut-turut yang merupakan rentetan bullish terpanjang sejak 2017. Secara teknikal, para analis mengatakan bahwa kenaikan pasar saham sejauh ini agak terlalu cepat dan sejumlah indikator telah berada di wilayah Overbought.

MARKET ASIA: Ekspektasi semakin meningkat bahwa Bank of Japan akan mengakhiri trend suku bunga negatif dalam beberapa bulan mendatang, yang akan menjadikannya bersebrangan dengan fokus Federal Reserve dan bank sentral utama lainnya di mana kebanyakan mulai beralih ke kapan harus mulai menurunkan suku bunga. Mungkin tidak akan ada keputusan perubahan yang drastis pada pertemuan BOJ hari Selasa mendatang, bahkan lebih dari 80% ekonom memperkirakan baru akhir tahun depan BOJ akan meninggalkan era suku bunga negatif; namun para investor akan mencermati pernyataan bank tersebut terkait suku bunga untuk mencari indikasi apakah akan ada perubahan atas kebijakan moneter longgarnya pada rapat berikutnya di bulan Januari. Ekspektasi atas hal ini ditambah sikap dovish The Fed, tak pelak telah mendorong Yen Jepang menguat pada JPY141/USD untuk pertama kalinya sejak bulan Juli. Soal kebijakan suku bunga ini, juga akan keluar keputusan dari bank sentral China serta Indonesia di pekan ini; sementara para pelaku pasar lain juga akan memantau Notulen Rapat Reserve Bank of Australia dan angka CPI Jepang.

MARKET EROPA: Dari benua Eropa, angka Inflasi Inggris saat ini lebih dari dua kali lipat target Bank of England sebesar 2%, dan data terbaru pada hari Rabu kemungkinan akan mengkonfirmasi bahwa tekanan harga tetap tinggi dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya. Namun sehari sebelumnya, angka CPI Eurozone (Nov.) yang akan dirilis lebih dahulu di mana baik Inflasi headline maupun inti diperkirakan tak banyak berubah secara tahunan. Inggris juga akan memantau angka GDP kuartal 3 yang diperkirakan akan rilis masih di sekitar 0.6% yoy sama dengan kuartal sebelumnya. Optimisme warga Jerman dalam memandang iklim usaha 6 bulan ke depan akan tergambar pada laporan German Ifo Business Climate Index (Des.) yang diperkirakan akan terlihat sedikit optimis.

Download full report HERE.