Last week review:
Pasar saham AS berhasil menutup pergerakan pekan lalu di teritori positif secara mingguan didukung sentimen positif utama mereka yaitu rilis data Inflasi (Mar.) yang mampu mendingin ke level 5% yoy, lebih rendah dari perkiraan 5.2% dan bulan sebelumnya 6%. Core CPI juga mampu melandai secara bulanan ke level 0.4% mom (dari 0.5% previous). US PPI (Mar.) alias inflasi di tingkat produsen juga melandai dengan cepat ke tingkat 2.7%; klaim pengangguran atau Initial Jobless Claims juga bertambah menjadi 239 ribu yang mana lebih tinggi dari forecast & previous. Di satu sisi, berita terkendalinya Inflasi diimbangi oleh ancaman resesi yang semakin mendekat. IMF memangkas pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 menjadi 2.8% untuk 2023 dan naik ke 3% pada 2024 dengan pertimbangan tingkat suku bunga tinggi bisa mengendurkan aktifitas usaha, seraya memberi peringatan ancaman resesi sejak munculnya guncangan pada sistem keuangan. US Dollar index sempat menyentuh titik terendah dalam 2,5 bulan terakhir; berkebalikan dengan harga Emas yang malah sempat kembali ke singgasana USD2048/ounce. Pandangan resesi global ini pun diperparah dengan rilis data Inflasi China yang jatuh ke titik terendah 18 bulan ke level 0.7% yoy (vs previous 1%) seiring lemahnya permintaan, bahkan PPI (Mar.) mereka malah menunjukkan disinflasi ke tingkat -2.5% (dari -1.4% bulan sebelumnya). Dengan meningkatnya gejala resesi ringan ini, pelaku pasar keuangan sekarang memperhitungkan 33% kemungkinan bahwa bank sentral AS akan mengerem laju kenaikan suku bunga dan menetapkan FFR tetap di range 4.75%-5% pada FOMC Meeting bulan Mei mendatang, seperti dilansir CME Fedwatch.Di sisi lain, outlook ekonomi Indonesia justru tampak lebih cerah dengan naiknya Indeks Keyakinan Konsumen ke tingkat 123.3 pada bulan Maret, dari 122.4 di bulan sebelumnya. Cadangan devisa Indonesia pada bulan Maret terdata semakin menggemuk di angka USD 145.20 milyar (vs USD 140 milyar di bulan sebelumnya). Nilai tukar Rupiah menikmati keuntungan dengan kembali ke level terkuat 8 bulan di IDR14700/USD. Hal ini juga didukung oleh minat beli asing yang konsisten masuk ke pasar equity selama seminggu terakhir sebesar IDR 3.1 triliun, menambah pundi-pundi portfolio saham Indonesia mereka menjadi IDR 12.47 triliun secara YTD. Maka tak heran IMF malah mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5%, meningkat dari 4.8% sebelumnya.

This week’s outlook:
Laporan kinerja keuangan bank AS untuk periode kuartal 1/2023 akan menjadi pertimbangan terakhir bagi para pembuat kebijakan Federal Reserve menjelang FOMC Meeting bulan depan. Sejauh ini, JP Morgan, Citigroup, dan Wells Fargo mampu bukukan kinerja di atas ekspektasi, berkat naiknya tingkat suku bunga dan memudarnya kekhawatiran akan guncangan sistem perbankan AS. Para analis memperkirakan laba perusahaan S&P500 akan anjlok 4.8% yoy, dibanding 5.2% tahun lalu (sumber: Refinitiv). Sejumlah komentar dari para pejabat bank sentral AS akan dipantau pekan ini, sebelum mereka memasuki masa tenang menjelang rapat mendatang tanggal 3 Mei. Kebanyakan pelaku pasar memperkirakan The Fed masih akan perlu naikkan suku bunga 25 bps, walaupun Fed Meeting Minutes bulan Maret lalu menyatakan bahwa ancaman resesi tahun ini mulai meningkat sejak munculnya guncangan pada sektor perbankan belum lama ini. Sederet data ekonomi dijadwalkan rilis pekan ini: US Existing Home Sales dan weekly Initial Jobless Claims; PMI data dari Zona Eropa, AS, & Inggris di mana pelaku pasar akan semakin memperhatikan tanda-tanda perlambatan ekonomi. Dari benua Eropa, Inggris akan merilis data ketenagakerjaan (Feb.) disusul Inflasi (Mar.) yang diharapkan bisa turun ke single digit. Pasar memperkirakan Bank of England akan kembali naikkan suku bunga 25 bps untuk ke-12 kalinya pada pertemuan mereka bulan depan,  membawa tingkat suku bunga acuan mereka ke level 4.5%. Dari benua Asia, China akan melaporkan angka GDP kuartal pertama 2023, Retail Sales (Mar.) dan Industrial Production (Mar.), yang mana bisa menjelaskan alasan di balik perbaikan ekonomi mereka yang terkesan lambat, di tengah perjuangan untuk bangkit kembali setelah terpukul pandemi Covid-19. Sementara bagi para investor Indonesia, minggu ini akan berlangsung pendek secara libur Hari Raya Idul Fitri akan segera dimulai tanggal 19 April mendatang. Namun sebelum itu, data Trade Balance Indonesia (Mar.) akan menjadi perhatian pelaku pasar hari ini; disusul keputusan suku bunga oleh Rapat Dewan Gubernur BI sehari sebelum libur, di mana diperkirakan BI7DRR masih akan dijaga tetap di level 5.75%.

Download full report HERE.