Last week review:

INFLASI AS & bagaimana informasi tersebut mempengaruhi keputusan bank sentral AS mengenai kelanjutan kebijakan moneter mereka, menjadi sorotan pekan lalu setelah data ketenagakerjaan yang bervariasi pada pekan sebelumnya masih menimbulkan perdebatan mengenai apakah Federal Reserve akan lanjutkan rencana satu kali lagi kenaikan suku bunga sebelum tahun ini berakhir. Inflasi AS keluar di level 3.7% yoy pada bulan September, lebih tinggi dari forecast 3.6%; sementara InflasiĀ  Inti sesuai ekspektasi 4.1% yoy. US PPI dirilis 2.2% yoy, naik lebih tinggi dari ekspektasi 1.6% akibat naiknya harga energi. Di sisi lain, Initial Jobless Claims lebih rendah dari prediksi (actual: 209 ribu, forecast 210 ribu). Walau data ekonomi AS terbukti masih resilien, namun peluang The Fed menaikkan suku bunga bulan depan terdeteksi tetap rendah di 12%, menurut Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Yield US Treasury tenor 10 tahun sempat naik lagi setinggi-tingginya 4.887% dan tenor 2 tahun terdongkrak ke atas level 5% pada pekan lalu sebelum beberapa Para pejabat The Fed bernada dovish dengan pertimbangan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS jangka panjang baru-baru ini, yang secara langsung mempengaruhi kredit pembiayaan rumah tangga dan bisnis, dapat mengarahkan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga lebih lanjut. Pada FOMC Meeting Minutes rapat The Fed bulan September lalu, kebanyakan para pembuat kebijakan masih berkeyakinan bahwa masih diperlukan satu lagi kenaikan suku bunga sebelum tahun ini berakhir, namun akhirnya belakangan ini mereka mengurangi nada hawkish tersebut bahwa AS berhasil terhindar dari resesi dan ekonominya menuju soft landing, walau perjuangan menjinakkan Inflasi ini belum bisa dikatakan usai.

KONFLIK TIMUR TENGAH pastinya juga menjadi perhatian global ketika tak butuh waktu lama bagi Israel untuk membalas serangan mematikan Hamas dan semakin menambah korban jiwa di kedua pihak. Market global mengkhawatirkan apabila ada negara-negara lain bermain peran di tengah konflik ini dan apa akibat ekonominya jika eskalasi perang meluas. Adapun AS telah mengirimkan kapal induk terbesarnya, USS Gerald R. Ford Carrier Strike Group, bergerak ke arah pantai Israel untuk mendukung pasukan pertahanan Israel. Sejauh ini Perang Israel-Hamas telah menggerakkan Harga Minyak mentah dunia melonjak 7 persen dan Emas selaku aset safe-haven naik 5 persen pada pekan lalu; namun di lain pihak merontokkan pasar saham & mata uang Israel Shekel, serta Exchange-traded funds (ETF) yang memiliki eksposur ke Israel.

MARKET EROPA: Jerman melaporkan CPI (Sept.) di tingkat 4.5% yoy, sesuai dengan ekspektasi dan sukses melandai dari bulan sebelumnya 6.1%. Adapun pencapaian tersebut harus dibayar dengan anjloknya German Industrial Production (Agus.) di posisi -1.75% yoy, yang mencerminkan perlambatan ekonomi jelas terjadi di negara ekonomi terbesar Eropa ini. Sementara itu, GDP Inggris untuk bulan Agustus naik sesuai ekspektasi ke level 0.5% yoy dari 0.3% di bulan Juli, secara bulanan pun mereka terhindar dari deflasi -0.6% di bulan sebelumnya menjadi 0.2% mom. Namun sayangnya, Industrial & Manufacturing Production Inggris masih terbenam di wilayah pertumbuhan negatif, lebih buruk dari perkiraan; walau penurunannya sudah mulai melambat dari bulan sebelumnya. Di sisi lain, Industrial Production Eurozone (Agus.) di luar dugaan mampu menguat signifikan ke level 0.6% mom. Adapun salah satu pejabat European Central Bank (ECB) berpidato pada pertemuan IMF di Morocco bahwa agak terlalu awal untuk mendeklarasikan kemenangan atas penanganan Inflasi, berhubung adanya perubahan kondisi ekonomi di wilayah Euro-zone. Pejabat ECB menggarisbawahi perlunya kesabaran untuk memantau keadaan dunia lebih lanjut, dan pentingnya memperhatikan data Pertumbuhan Upah pada awal tahun depan untuk lebih memahami ke mana arah Inflasi di benua Eropa.

MARKET ASIA: Korea Selatan telah rilis data Unemployment Rate (Sept.) yang meningkat ke level 2.6%. Sementara itu, investasi asing pada saham Jepang ditengarai alami peningkatan signifikan pada JPY1436.1 miliar, naik 20x lipat dari periode sebelumnya. China masih bergumul dengan masalah perbaikan ekonominya secara Inflasi China kembali kehilangan pegangan dan turun ke level 0.0% yoy serta 0.2% mom, yang mana lebih rendah dari perkiraan; sementara PPI China pun belum mampu keluar dari wilayah deflasi -2.5%. New Loans yang terjadi di China memang mampu meningkat signifikan dibanding periode sebelumnya namun angka aktual CNY2310 miliar memang masih lebih rendah dari estimasi CNY2500 miliar. Ekspor & Impor China yang didapuk menjadi penggerak ekonomi global susah payah berusaha bangkit dari pertumbuhan negatif namun sejauh ini hanya Ekspor-nya saja yang berhasil mengurangi penurunan; berimbas Trade Balance China berhasil surplus USD77.71 miliar (lebih tinggi dari perkiraan & bulan Agustus).

INDONESIA: umumkan tingkat Keyakinan Konsumen (Sept.) di angka 121.7, turun dari bulan sebelumnya 125.2 dan merupakan angka terendah dari sejak awal tahun. Nilai tukar USD/IDR ditutup di posisi IDR15703/USD setelah sempat meroket hampir IDR15800. Indonesia melaporkan pertumbuhan Retail Sales (Sept.) yang melambat ke level 1.1% yoy; sementara penjualan Sepeda Motor (Sept.) turun -0.9% yoy, penjualan Mobil anjlok – 20.1% (Sept.) merupakan pelemahan 4 bulan berturut-turut dan hampir menyamai level terendah di tahun ini pada bulan Mei yang merosot -28.8%. FOREIGN NET BUY/SELL INDONESIA: Asing mulai akumulasi saham indonesia secara NET SELL jauh mengecil menjadi hanya tinggal IDR12.28 miliar di penghujung pekan lalu, posisi YTD masih relatif tak banyak bergerak di IDR 8.94 triliun.

This week’s outlook:

MARKET ASIA: Korea Selatan telah rilis data Unemployment Rate (Sept.) yang meningkat ke level 2.6%. Sementara itu, investasi asing pada saham Jepang ditengarai alami peningkatan signifikan pada JPY1436.1 miliar, naik 20x lipat dari periode sebelumnya. China masih bergumul dengan masalah perbaikan ekonominya secara Inflasi China kembali kehilangan pegangan dan turun ke level 0.0% yoy serta 0.2% mom, yang mana lebih rendah dari perkiraan; sementara PPI China pun belum mampu keluar dari wilayah deflasi -2.5%. New Loans yang terjadi di China memang mampu meningkat signifikan dibanding periode sebelumnya namun angka aktual CNY2310 miliar memang masih lebih rendah dari estimasi CNY2500 miliar. Ekspor & Impor China yang didapuk menjadi penggerak ekonomi global susah payah berusaha bangkit dari pertumbuhan negatif namun sejauh ini hanya Ekspor-nya saja yang berhasil mengurangi penurunan; berimbas Trade Balance China berhasil surplus USD77.71 miliar (lebih tinggi dari perkiraan & bulan Agustus).

INDONESIA: umumkan tingkat Keyakinan Konsumen (Sept.) di angka 121.7, turun dari bulan sebelumnya 125.2 dan merupakan angka terendah dari sejak awal tahun. Nilai tukar USD/IDR ditutup di posisi IDR15703/USD setelah sempat meroket hampir IDR15800. Indonesia melaporkan pertumbuhan Retail Sales (Sept.) yang melambat ke level 1.1% yoy; sementara penjualan Sepeda Motor (Sept.) turun -0.9% yoy, penjualan Mobil anjlok – 20.1% (Sept.) merupakan pelemahan 4 bulan berturut-turut dan hampir menyamai level terendah di tahun ini pada bulan Mei yang merosot -28.8%. FOREIGN NET BUY/SELL INDONESIA: Asing mulaiĀ  akumulasi saham indonesia secara NET SELL jauh mengecil menjadi hanya tinggal IDR12.28 miliar di penghujung pekan lalu, posisi YTD masih relatif tak banyak bergerak di IDR 8.94 triliun.

MARKET ASIA: Korea Selatan telah rilis data Unemployment Rate (Sept.) yang meningkat ke level 2.6%. Sementara itu, investasi asing pada saham Jepang ditengarai alami peningkatan signifikan pada JPY1436.1 miliar, naik 20x lipat dari periode sebelumnya. China masih bergumul dengan masalah perbaikan ekonominya secara Inflasi China kembali kehilangan pegangan dan turun ke level 0.0% yoy serta 0.2% mom, yang mana lebih rendah dari perkiraan; sementara PPI China pun belum mampu keluar dari wilayah deflasi -2.5%. New Loans yang terjadi di China memang mampu meningkat signifikan dibanding periode sebelumnya namun angka aktual CNY2310 miliar memang masih lebih rendah dari estimasi CNY2500 miliar. Ekspor & Impor China yang didapuk menjadi penggerak ekonomi global susah payah berusaha bangkit dari pertumbuhan negatif namun sejauh ini hanya Ekspor-nya saja yang berhasil mengurangi penurunan; berimbas Trade Balance China berhasil surplus USD77.71 miliar (lebih tinggi dari perkiraan & bulan Agustus).

INDONESIA: umumkan tingkat Keyakinan Konsumen (Sept.) di angka 121.7, turun dari bulan sebelumnya 125.2 dan merupakan angka terendah dari sejak awal tahun. Nilai tukar USD/IDR ditutup di posisi IDR15703/USD setelah sempat meroket hampir IDR15800. Indonesia melaporkan pertumbuhan Retail Sales (Sept.) yang melambat ke level 1.1% yoy; sementara penjualan Sepeda Motor (Sept.) turun -0.9% yoy, penjualan Mobil anjlok – 20.1% (Sept.) merupakan pelemahan 4 bulan berturut-turut dan hampir menyamai level terendah di tahun ini pada bulan Mei yang merosot -28.8%. FOREIGN NET BUY/SELL INDONESIA: Asing mulai akumulasi saham indonesia secara NET SELL jauh mengecil menjadi hanya tinggal IDR12.28 miliar di penghujung pekan lalu, posisi YTD masih relatif tak banyak bergerak di IDR 8.94 triliun.

INDONESIA: berikut segelintir data ekonomi yang layak dipantau para investor/trader Indonesia, yaitu: Trade Balance (Sept.) dan pertumbuhan Ekspor & Impor. Namun yang menjadi highlight pekan ini adalah keputusan Bank Indonesia pada hari Kamis terkait suku bunga pinjaman & deposito dengan mempertimbangkan tingkat Inflasi saat ini dan dalam rangka usaha stabilisasi nilai tukar Rupiah.

Download full report HERE.