Summary:

Last week review:
DAMPAK HASIL FOMC MEETING DAN LAPORAN TENAGA KERJA AS PADA PROSPEK PEMOTONGAN SUKU BUNGA AS.

FOMC MEETING: Federal Reserve mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada level 5.25%-5.50% dan mengindikasikan pihaknya masih condong ke arah penurunan suku bunga setelah munculnya serangkaian data ekonomi AS; walau The Fed juga memberi tanda bahaya pada pembacaan PCE price index yang mengecewakan baru-baru ini. Di Wall Street, masing-masing indeks utama menutup bulan April dengan penurunan bulanan pertama sejak Oktober; sementara IHSG turun 1.58% sepanjang April ini, di mana asing mencatatkan penjualan bersih saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai IDR18,3 triliun (all market), walaupun secara YTD asing masih mencatatkan net buy saham yang tinggal tersisa IDR7,95 triliun.

DATA TENAGA KERJA AS: Pada awalnya, data dari ADP Employment Change menunjukkan lapangan kerja di sektor swasta AS meningkat lebih dari perkiraan pada bulan April, padahal data bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi. Sementara itu, laporan terpisah dari Biro Statistik Tenaga Kerja pada JOLTs (Job Openings and Labor Turnover Survey) menunjukkan lowongan pekerjaan di AS turun ke level terendah dalam tiga tahun pada bulan Maret, merupakan indikasi berkurangnya jumlah tenaga kerja yang berpotensi membantu The Fed dalam perjuangannya melawan Inflasi. Data lain dari Institute for Supply Management menunjukkan berlanjutnya kelesuan di sektor manufaktur AS, yang mengalami kontraksi pada bulan April di tengah penurunan pesanan setelah sempat mengalami ekspansi pada bulan sebelumnya. Initial Jobless Claims terakhir menjelaskan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran di pekan terbaru tetap stabil pada angka 208 ribu seperti juga minggu sebelumnya, adapun nyatanya lebih rendah dari perkiraan 212 ribu, sehingga pasar tenaga kerja dinilai masih cukup ketat. Pasar menyikapi keputusan FOMC Meeting dan indikator ekonomi di atas secara beragam: Bank of America mempertahankan view mereka bahwa pemotongan suku bunga pertama akan terjadi paling cepat bulan Desember atas dasar pemikiran bahwa Inflasi masih akan tinggi dan sulit turun. Mereka juga menilai kemungkinan suku bunga naik masih cukup tinggi, walaupun Powell sempat mengungkapkan bahwa kecil probabilitas itu terjadi. Goldman Sachs tetap berkeyakinan akan ada dua pemotongan suku bunga di tahun ini, sementara Macquarie tampaknya lebih pesimis mengenai hal tersebut walau mereka masih memperhitungkan kemungkinan pivot di tahun ini. Data Nonfarm Payroll hari Jumat-lah yang memberikan keyakinan bahwa pasar tenaga kerja semakin seimbang dan Morgan Stanley masih memperkirakan adanya 3 pemotongan suku bunga tahun ini. Ekonomi AS menambah lapangan kerja dengan laju yang lebih lambat di bulan April, hanya menambahkan175.000 lapangan kerja bulan lalu, dibandingkan dengan 315.000 yang direvisi pada Maret. Tingkat Pengangguran juga naik menjadi 3,9% pada bulan April, dari 3,8% bulan sebelumnya, tetapi masih merupakan bulan ke-27 berturut-turut di bawah 4%. Pertumbuhan Upah rata-rata per jam turun menjadi 0,2% pada bulan tersebut. Akhirnya untuk sepekan lalu, Wall Street terselamatkan di teritori positif dengan S&P 500 naik 0,55%, Nasdaq melonjak 1,43%, dan Dow menguat 1,14%. Yield US Treasury pun mundur sempat ke titik terendah dalam sebulan; sama halnya dengan Dollar index.

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN juga turut membantu sentimen market secara keseluruhan; dari 397 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan pendapatannya hingga Jumat pagi, 76,8% telah melampaui ekspektasi analis, dibandingkan dengan tingkat pencapaian 67% sejak 1997 dan 79% selama empat kuartal terakhir; demikian menurut data LSEG.

INDONESIA: mencatatkan IHK April di level 3.0% yoy, lebih rendah dari perkiraan 3.06% dan bulan sebelumnya 3.05%; walau secara bulanan agak lebih tinggi di atas prediksi karena mahalnya faktor biaya transportasi pada masa mudik Lebaran. Indonesia pun mencatatkan performa PMI yang menurun di sektor manufaktur walau masih bertahan di wilayah ekspansif. Untuk sepekan terakhir, IHSG harus tergelincir -0.29% akibat capital outflow dana asing sebesar IDR 5.73 triliun (all market), menyisakan posisi YTD menjadi tinggal IDR 5.35 triliun saja. Yield SBN tenor 10 tahun sempat menyentuh titik tertinggi 7.33%, suatu angka yang belum pernah terlihat sejak Oktober tahun lalu, walau akhirnya melunak ke bawah level psikologis 7.0% pada penutupan Jumat lalu berbarengan dengan “penguatan” nilai tukar Rupiah sebesar 1.34% ke area IDR16033/USD.

This week’s outlook:

Pelaku pasar akan fokus pada beberapa PIDATO PEJABAT THE FED yang dijadwalkan pekan ini setelah bank sentral AS minggu lalu mengakui kurangnya kemajuan baru-baru ini dalam penanganan inflasi mereka, meskipun Chairman Jerome Powell mengatakan ia masih percaya bahwa suku bunga akan bisa turun tahun ini. Presiden Federal Reserve New York, John Williams, dan Presiden Federal Reserve Richmond, Thomas Barkin, dijadwalkan berpidato pada hari Senin, diikuti oleh Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, satu hari kemudian. Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, dan Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman akan tampil lebih lanjut dalam minggu ini. Adapun data Keyakinan Konsumen pada hari Jumat akan memberikan wawasan baru tentang harapan inflasi dan prospek ekonomi. Laporan mingguan Initial Jobless Claims dijadwalkan pada hari Kamis seperti biasa.

MUSIM LAPORAN KEUANGAN kuartal pertama mendekati tahap akhir dan masih ada beberapa perusahaan besar yang dijadwalkan melaporkan kinerja mereka dalam minggu ini termasuk Walt Disney, Wynn Resorts, dan Akamai Technologies. Saham kapitalisasi kecil agak laggard dari kenaikan pasar secara keseluruhan tahun ini karena prospek The Fed mempertahankan tingkat suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama telah mengaburkan prospek bagi para perusahaan kecil ini, yang bergantung lebih banyak pada pembiayaan utang dan pengeluaran konsumen. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan prospek untuk saham small-caps akan membaik setelah laporan Nonfarm Payroll Jumat lalu mengurangi kekhawatiran bahwa tingkat suku bunga akan tetap tinggi sepanjang tahun ini.

Investor akan memperhatikan pernyataan suku bunga BANK OF ENGLAND pada hari Kamis untuk tanda-tanda baru bahwa bank tersebut berniat memangkas suku  bunga dalam beberapa bulan mendatang seperti yang telah diindikasi pejabat Bank of England sebelumnya. Data ekonomi terbaru telah memberikan berbagai view tentang tekanan harga dalam ekonomi Inggris, mendorong pelaku pasar untuk menunda ekspektasi pemangkasan suku bunga pertama ke September, dari Juni pada perkiraan awalnya. Bank of England juga akan meng-update proyeksi ekonomi kuartalan; sementara GDP Q1 mereka diramalkan akan berada membaik ke level 0.4% qoq, dari posisi resesi -0.3% pada kuartal sebelumnya.

KOMODITAS: Harga MINYAK mengalami kerugian mingguan terbesar dalam 3 bulan terakhir pada pekan lalu, dengan BRENT turun lebih dari 7%, sementara US WTI turun 6,8%. Para trader khawatir bahwa suku bunga higher for longer akan meredam pertumbuhan ekonomi di AS, konsumen minyak nomor satu di dunia. Premi risiko geopolitik akibat perang Israel-Hamas pun telah memudar karena kedua belah pihak mempertimbangkan gencatan senjata sementara dan melakukan pembicaraan dengan mediator internasional. Para trader juga memantau apakah penurunan harga minyak yang sebagian besar disebabkan oleh lonjakan cadangan stok minyak AS, masih belum akan menghentikan pemerintah AS untuk mengisi kembali cadangan strategisnya.

CHINA: Data Trade Balance dan posisi Ekspor-Impor China jadi fokus para pelaku pasar yang mana diharapkan ekonomi mereka mulai membaik dengan adanya pertumbuhan positif pada Ekspor-Impor mereka. Akhir pekan ini juga akan dinantikan angka Inflasi China yang diperkirakan bisa beranjak menjauh dari potensi deflasi.

INDONESIA: akan menggebrak awal pekan ini dengan laporan GDP Q1 yang diprediksi berada pada level 5.0% yoy, agak turun sedikit dari 5.04% pada kuartal sebelumnya. Secara kuartalan, justru pertumbuhan Q1 disangka agak menurun -0.89% qoq dibanding pertumbuhan kuartal lalu sebesar 0.45%. Menyusul hari Rabu, data Cadangan Devisa (Apr.) lah yang akan mendominasi perhatian pelaku pasar sebelum memasuki libur long weekend Kenaikan Isa Almasih.

Download full report HERE.