Summary:

KOMBINASI DATA PAYROLL AS YANG MASIH KUAT & STATEMENT THE FED AKAN ADANYA PROSPEK PEMOTONGAN SUKU BUNGA DI TAHUN INI. Minggu lalu pasar saham AS berakhir dengan catatan yang lebih rendah untuk ketiga indeks utama, di mana S&P 500 turun sebesar 0,26%, dan Dow Jones Industrial Average dan NASDAQ Composite masing-masing tergerus sebesar 0,93% dan 1,17%; setelah S&P500 dan NASDAQ sesungguhnya sempat menyentuh titik rekor tertinggi intraday sebelum akhirnya berbalik turun. Pelemahan ini merupakan minggu terburuk DJIA sejak Oktober, sedangkan S&P500 mematahkan kemenangan 2 minggu berturut-turutnya, akibat rally sektor Teknologi yang dipimpin Nvidia menjumpai akhirnya serta reaksi para pelaku pasar atas bervariasinya data tenaga kerja AS yang keluar sepekan kemarin. Setelah ADP Nonfarm Employment Change bulan Februari merilis trend naik pada angkatan kerja sektor swasta, sektor publik pun mengamini trend yang sama sebagaimana dilaporkan oleh pertumbuhan Nonfarm Payroll (Feb.). Walau Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTs) menunjukkan lowongan pekerjaan mulai turun di bulan Januari, pertumbuhan Upah yang melambat, dan Tingkat Pengangguran AS (US Unemployment Rate) yang meningkat secara tak terduga (ke level 3.9% dari 3.7% sebelumnya) namun secara keseluruhan pasar tenaga kerja AS dinilai masih cukup sehat & kuat. Indikator ekonomi di atas muncul di tengah statement dari Federal Reserve Chairman Jerome Powell yang mendukung ekspektasi bahwa bank sentral AS akan mewujudkan pemotongan suku bunga di tahun ini. Powell menjelaskan bahwa rencana pivot ada di depan mata dan ekonomi AS tampak jauh dari resesi, walau beliau belumĀ  menjelaskan waktu yang spesifik mengenai kapan suku bunga bisa mulai diturunkan secara gejolak Inflasi masih belum bisa dipastikan. Inflasi AS memang sudah bisa dijinakkan dengan signifikan sejak menyentuh titik tertinggi di 2022, namun para pembuat kebijakan merasa masih perlu untuk melihat trend turun yang lebih meyakinkan sebelum mereka benar-benar confident for a rate cut. Keraguan bank sentral AS bukannya tanpa alasan; US S&P Global Services PMI mencatat performance yang lebih kuat dari estimasi pada aktivitas jasa di bulan Februari. Federal Reserve sendiri dalam Beige Book mereka menjabarkan bahwa outlook ekonomi AS akan berlanjut di trend yang positif seiring ekspektasi pemotongan suku bunga bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi, ditambah lagi melonggarnya pasar tenaga kerja yang ketat dan tekanan Inflasi. The Fed juga melihat aktivitas ekonomi telah mulai meningkat sejak awal Januari, dan pandangan untuk pertumbuhan ekonomi 6-12 bulan ke depan akan diwarnai oleh permintaan yang semakin menguat dan kebijakan moneter yang lebih lunak. Berdasarkan optimisme tersebut, maka tak heran pekan lalu Fed Rate Monitor Tool dari Investing.com sempat mendata peluang pivot 25 bps di bulan Juni tergelincir ke level 51.6%.

MARKET EROPA: PMI EUROZONE di bulan Februari terlihat menguat bahkan masuki wilayah ekspansif pada industri jasa. Hebatnya lagi, JERMAN selaku negara dengan ekonomi nomer satu di Eropa laporkan surplus Trade Balance di angka EUR 27.5 miliar, merupakan rekor surplus tertinggi sepanjang sejarah, melampaui angka terbesar sebelumnya di tahun 2016 yaitu EUR 24.1 miliar, didukung oleh peningkatan Ekspor dan Impor yang cukup masif, masing-masing berhasil berbalik positf menjadi 6.3% mom dan 3.6% mom di bulan Januari dari kondisi minus di bulan Desember, serta jauh di atas estimasi yang Cuma sekitar 1 persenan. EUROPEAN CENTRAL BANK (ECB) masih pertahankan suku bunga di tingkat rekor tertinggi 4.5%; ECB President Christine Lagarde menyatakan bahwa Inflasi mendingin lebih cepat dari yang diantisipasi beberapa bulan lalu, namun mereka perlu memantau lebih lama lagi agar lebih yakin trajectory Inflasi ini stabil menuju target. Statement yang senada dengan bank sentral AS tersebut sempat mengirim indeks Eropa ke level rekor tertinggi. MARKET ASIA: CHINA menetapkan economic forecast 2024 di mana pertumbuhan ekonomi 5%, namun belum menjabarkan paket-paket stimulus apa saja untuk mewujudkannya. Surplus Trade Balance CHINA meningkat pesat menjadi USD 125,16 miliar pada Februari 2024 jika dibanding dengan USD 75.34 miliar pada bulan sebelumnya, melampaui perkiraan pasar sebesar USD 110.3 miliar, didukung oleh Ekspor dan Impor yang tumbuh signifikan masing-masing sebesar 7,1% dan 3.5% yoy, mengalahkan ekspektasi pertumbuhan 1,9% dan 1,5%.

KOMODITAS: Harga EMAS mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada hari Jumat di harga USD 2195.20/ounce didukung komentar Powell penurunan suku bunga AS bisa diharapkan terjadi tahun ini, yang akan membuat aset safe-haven lebih menarik bagi investor. Sentimen di sekitar harga MINYAK masih bervariasi, di tengah proyeksi pemotongan suku bunga AS dan Eropa kemungkinan di bulan Juni, serta optimisme perbaikan demand dari CHINA secara terakhir pertumbuhan Impor minyak mereka terdata naik 5.1% untuk dua bulan pertama 2024, ke level 10.74 juta barrel/day, seiring pembelian minyak memuncak menjelang liburan Lunar New Year. OPEC+ sepakat untuk lanjutkan pemotongan produksi 2.2 juta barrel/hari sampai akhir Juni. Pembicaraan damai dan pertukaran sandera dari Perang Gaza antara Israel-Hamas masih menemui jalan buntu, pun masih berlanjutnya gangguan supply akibat serangan militan Houthi yang semakin fatal di Laut Merah. Kenaikan logam berharga lainnya seperti PLATINUM & PERAK juga diikuti oleh logam industri NICKEL dan TEMBAGA secara proyeksi pemotongan suku bunga di tahun ini semakin feasible dan secara teori akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi global; apalagi setelah para analis memperkirakan bahwa lesunya demand dari China sepertinya bisa di-offset oleh India secara mereka adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesat di tahun 2023, di mana anggaran belanja infrastruktur mereka diprediksi akan mampu mengangkat permintaan komoditas-komoditas di atas.

INDONESIA: Pada minggu lalu, asing keluar dari pasar saham Indonesia sebesar IDR 959.12 miliar, membuat posisi YTD kempis menjadi IDR 17.48 triliun, namun nilai tukar RUPIAH sempat menguat sampai USD/IDR berada pada Low IDR 15438.5/USD, melorot dari puncak Maret IDR 15777.5/USD, didukung oleh trend turun Dollar Index sepekan terakhir yang mana sempat menyentuh Low 102.36. Bank Indonesia (BI) melaporkan Cadangan Devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 mencapai USD 144,0 miliar, menurun dibandingkan posisi Januari 2024 sebesar USD 145,1 miliar; disebabkan oleh pelunasan utang luar negeri pemerintah namun masih mampu mencukupi pembiayaan impor 6 bulan dan aman di atas standar internasional 3 bulan.

This week’s outlook:

Para investor fokus pada data INFLASI AS yang telah rilis di hari Selasa malam kemarin sementara Indonesia jalani libur awal bulan puasa/Ramadhan, di mana CPI Februari masih terbukti dalam trend memanas pada level 3.2% yoy, lebih tinggi dari forecast & previous period di angka 3.1%. US Core CPI (Feb.) juga tak bergeming dari level 0.4% mom, sama seperti bulan Januari. Lebih lanjut di pekan ini, US PPI (Feb.) akan menyusul dengan prediksi 0.3% mom, masih di posisi yang sama dengan bulan sebelumnya. Para pelaku pasar juga akan akan perhatikan angka US Retail Sales untuk bulan Februari, yang diramal akan rebound ke ranah positif 0.8% mom setelah terjerembab ke wilayah negatif 0.8% sebulan sebelumnya. Kalender ekonomi AS lainnya juga akan menampilkan Retail Sales (Feb.), Industrial Production, Consumer Sentiment, serta data mingguan Initial Jobless Claims; sementara para pejabat The Fed akan masuki masa tenang menjelang FOMC Meeting mereka pekan depan.

KOMODITAS: Harga MINYAK diprediksi masih akan dalam trend konsolidasi di pekan ini secara market masih belum yakin dengan perbaikan demand dari China walaupun OPEC+ telah berkomitmen untuk perpanjang periode pemotongan produksi. Terbukti dari harga minyak kedua benchmark turun pada minggu lalu, di mana Brent drop 1,8% dan futures US WTI Berjangka anjlok 2,5%. Impor minyak mentah Tiongkok memang meningkat dalam dua bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023, namun lebih lemah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya sehingga mengkonfirmasi trend turun dalam pembeliannya.

MARKET EROPA: JERMAN telah umumkan tingkat Inflasi mereka di bulan Februari yang melandai ke level tahunan 2.5% yoy, dibanding 2.9% pada bulan sebelumnya, namun menunjukkan pertumbuhan secara bulanan 0.4% mom, versus posisi Januari pada 0.2%. INGGRIS akan merilis laporan pekerjaan terbaru pada hari Selasa, di mana para investor dan Bank of England sama-sama fokus pada pertumbuhan Upah di tengah spekulasi mengenai kapan waktu penurunan suku bunga pertama. Pertumbuhan gaji rata-rata per jam memang turun menjadi 6,2% pada bulan Desember, ini merupakan laju pertumbuhan paling lambat dalam satu tahun terakhir, namun tidak cukup lambat untuk meyakinkan para pejabat BoE bahwa suku bunga perlu diturunkan secepatnya dari puncaknya dalam 16 tahun. Sementara itu, EUROZONE akan merilis data Industrial Production untuk bulan Januari. Laporan bulan Desember menunjukkan peningkatan besar dalam produksi yang menghapus penurunan setahun penuh. Pembacaan yang kuat berikutnya akan menjadi tanda yang menggembirakan bagi pertumbuhan PDB kuartal pertama tahun ini.

MARKET ASIA: Tak begitu banyak data ekonomi ditunggu dari benua Asia selain GDP 4Q23 JEPANG yang telah keluar hari Senin lalu ketika Indonesia jalani libur Hari Raya Nyepi, di mana pertumbuhan ekonomi kuartal 4 Jepang berada pada level 0.4% yoy, berhasil beranjak dari zona resesi, bahkan di atas ekspektasi -0.4%. INDONESIA laporkan penjualan sepeda motor yang masih sangat drop di bulan Februari, walau laju penurunan -18.8% yoy ini sudah mulai melambat dari -26.1% di bulan sebelumnya. Pekan ini sudah terjadwal rilis laporan Consumer Confidence (Feb.), Retail Sales (Jan.), serta Trade Balance (Feb.) yang diprediksi masih akan catatkan surplus kali ini sebesar USD 2.48 miliar, serta yang terpenting mendata pertumbuhan Ekspor – Impor di bulan Februari.

Download full report HERE.