Last week review:

Pada pekan perdagangan lalu yang dipersingkat libur Hari Buruh AS pada hari Senin, ketiga indeks utama Wall Street rata-rata mencatat penurunan mingguan di mana S&P500 turun 1,3% sedangkan Nasdaq merosot 1.9%; dengan demikian menghentikan rally yang telah terjadi selama dua minggu. Sementara itu Dow drop 0.8% pada pekan lalu karena investor cukup nervous menunggu pembacaan Inflasi AS untuk bulan Agustus, yang sedianya dirilis 13 September; di mana akan sangat mempengaruhi keputusan mengenai suku bunga acuan oleh Federal Reserve pada FOMC Meeting tanggal 20 September. Pasar keuangan didominasi oleh sentimen kenaikan harga minyak mentah selama 3 bulan berturut-turut dan mencatatkan pergerakan bullish di awal bulan September (sepertinya mengarah ke target OPEC+ pada USD100/barel); sementara data ekonomi AS pekan lalu juga memicu kekhawatiran Inflasi. Data aktivitas sektor jasa di AS muncul lebih kuat dari perkiraan; sementara klaim pengangguran mingguan ternyata turun di bawah estimasi. Otomatis Yield US Treasury ditutup menguat untuk pekan lalu setelah data ekonomi menunjukkan resilien dan pejabat The Fed kembali bernada hawkish bagi bank sentral AS, mengisyaratkan trend suku bunga tinggi masih akan bertahan untuk beberapa waktu lamanya seraya memperhatikan rilis data ekonomi satu per satu. Apalagi dengan rally harga minyak dunia belakangan ini, dapat menghalangi jalan Inflasi AS menuju target 2%. Walau demikian, para trader masih tetap perhitungkan 93% peluang bahwa Fed Fund Rate akan diputuskan tetap 5.25% – 5.50% pada FOMC Meeting bulan September ini, sementara peluang suku bunga kembali ditahan flat pada bulan November berada pada angka 54%, seperti dilansir dari CME Group FedWatch. Goldman Sachs melihat 15% probabilitas AS akan jatuh ke resesi dalam 12 bulan, turun dari perkiraan terdahulu di 20%.

Sektor Energy membukukan performa terbaik pada pekan lalu. Adapun Crude Oil terus menanjak naik 2 minggu berturut-turut karena para trader melakukan lindung nilai terhadap prospek kelangkaan pasokan, yang dipicu oleh rencana Arab Saudi dan Rusia yang akan mengurangi produksi dengan total sebanyak 1.3 juta barel per hari hingga akhir tahun; di tengah musim gugur yang akan segera dimulai. Cadangan stok minyak AS sendiri beberapa kali dirilis anjlok lebih besar dari ekspektasi. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencapai harga tertinggi dalam 10 bulan pada USD88.09/barel pada hari Rabu lalu. WTI naik 2.2% pada minggu ini, menyusul penguatan 7.2% pada minggu sebelumnya. Sementara Brent, untuk minggu lalu menanjak 2.4%, melanjutkan lonjakan 4.8% pada minggu sebelumnya. Baik harga Brent maupun WTI telah menanjak 20% sejak akhir Juni. Di sisi lain, Dollar Index (DXY) naik ke level High 105.00, di atas titik tertinggi 6 bulan. Posisi US Dollar yang menguat diperkirakan akan membuat harga minyak terasa lebih mahal lagi bagi konsumen non-AS, sehingga akan mempengaruhi permintaan. Ditambah lagi penyulingan minyak AS biasanya akan masuki masa maintenance pada bulan September-Oktober. Tambahan produksi dari Iran, Venezuela, dan Libya juga diperkirakan akan menyeimbangkan supply-demand global. Caixin Services PMI & Chinese Composite PMI (Agus.) yang juga jadi fokus perhatian para pelaku pasar pekan lalu ternyata dirilis masih melemah dibanding bulan sebelumnya. Hal tersebut juga jadi pertimbangan bahwa permintaan bahan bakar dari China mungkin tidak akan sebesar yang diharapkan karena perekonomian mereka masih berjuang untuk recovery.

Bicara mengenai komoditas energi lainnya, harga Batubara juga melesat ditopang sejumlah sentimen, mulai dari keputusan pemerintah India yang meminta produsen listrik untuk mengimpor 4% kebutuhan batubara, meningkatnya penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara di Eropa, harga gas yang kembali merangkak naik hingga penutupan tambang dan pengurangan produksi di Tiongkok. Bukti bahwa China pegang peranan penting dalam perekonomian dunia, adalah ketika bursa saham AS terseret pelemahan saham Apple dan aksi jual besar-besaran pada saham-saham teknologi berbasis chip, dipicu oleh kekhawatiran larangan produk iPhone di China. Bloomberg melaporkan bahwa China berencana untuk memperluas larangan produk iPhone di seluruh perusahaan negara, setelah menetapkan larangan pemakaian pada pegawai pemerintah. Adapun pasar iPhone di China merupakan seperlima dari total pangsa pasar Apple di seluruh dunia. Lebih lanjut, China juga umumkan data pertumbuhan negatif Ekspor & Impor mereka di bulan Agustus, walau penurunannya sudah mulai melambat dari bulan sebelumnya. Alhasil, karena Ekspor China jatuh 8.8% dan Impor-nya juga merosot 7.3%, China hanya mampu bukukan Trade Balance USD 68.36 miliar, tak mampu penuhi ekspektasi & juga lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Market Eropa: data PMI sejumlah negara besar di Eropa masih berkutat di wilayah kontraksi. Pasar perumahan Inggris masih bertumbuh negatif; sementara German Industrial Production minus di atas estimasi, menandakan nilai output yang diproduksi oleh pabrikan, tambang, maupun utilities dari negara ekonomi terbesar di Eropa ini belum mampu juga bangkit di bulan ketiganya. Kenyataan tersebut sejalan dengan Inflasi (Agus.) di Jerman yang melandai tipis ke angka 6.1% yoy, dari 6.2% bulan sebelumnya. Eurozone merilis revisi GDP kuartal 2/2023 yang semakin turun ke pertumbuhan 0.5% yoy, di bawah estimasi & kuartal sebelumnya. Market Asia lainnya: Jepang telah laporkan GDP 2Q23 yang tumbuh 4.8% yoy, di bawah perkiraan 6.0%, namun jelas lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 3.2%. Cadangan Devisa Indonesia bulan Agustus turun sedikit ke angka USD 137.1 miliar (setara dengan pembiayaan impor selama 6 bulanan & di atas standar internasional), dari USD 137.7 miliar bulan sebelumnya; disebabkan adanya pembayaran utang luar negeri pemerintah dan terpakai dalam usaha untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Sementara Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia muncul di level 125.2 untuk bulan August, menguat dari bulan Juli di 123.5.

G20 Summit yang diadakan di New Delhi, India telah berakhir hari Minggu kemarin seiring India menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Brazil, sementara AS & Russia memuji konsensus yang tidak mengutuk Russia mengenai keputusannya menginvasi Ukraine, namun tetap tidak mendukung pemakaian kekerasan di wilayah perang tersebut demi alasan kemanusiaaan. Perdana Menteri India Narendra Modi meminta para pemimpin negara G20 untuk mengadakan rapat virtual di bulan November untuk me-review saran-saran kebijakan dan perkembangan ke arah target yang telah diumumkan pada akhir pekan lalu.

This week’s outlook:

Data ekonomi dunia yang menyita perhatian para pelaku pasar pekan ini adalah pengumuman Inflasi AS bulan Agustus di mana diperkirakan kembali memanas ke level 3.6% yoy, yang tadinya sudah berada di level 3.2% pada bulan Juli. Di pekan yang sama, AS juga akan umumkan Inflasi di tingkat produsen yang mana PPI (Agus.) diperkirakan juga naik ke level 1.2% yoy, dari 0.8% di bulan Juli. US Retail Sales (Agus.) dan klaim pengangguran mingguan juga akan ketat dipantau oleh para investor, melengkapi Industrial & Manufacturing Production (Agus.) serta market outlook yang dipandang signifikan dari Univ. of Michigan seperti: Consumer Sentiment, Current Conditions, dan Inflation Expectation untuk bulan September.

Namun sebelum itu, hari Senin ini China akan membuka kalender ekonomi penting dengan umumkan tingkat penyebaran kredit terbaru yang diperkirakan New Loans mereka tumbuh signifikan sebesar CNY 1150 miliar, dibanding CNY 345.9 miliar pada periode sebelumnya. Di akhir pekan, China akan umumkan Industrial Production, Retail Sales, dan Unemployment Rate yang mana semuanya untuk bulan Agustus.

Hari Selasa, Indonesia yang akan laporkan penjualan sepeda motor terkini, apakah mampu tumbuh dari posisi August di 45.6%; disusul hari Kamis merilis data penjualan mobil yang semoga bisa lebih baik dari pertubuhan negatif -6.7% yoy pada periode sebelumnya. Trade Balance (Agus.) terjadwal dipublikasikan hari Jumat, di mana surplus diharap bisa menyaingi angka terakhir USD 1.31 miliar dan adanya perbaikan pada pertumbuhan Ekspor & Impor.

Benua Eropa tak mau kalah dengan Inggris dijadwalkan merilis data ketenagakerjaan mereka melalui indeks upah rata-rata dan tingkat pengangguran maupun penerimaan pegawai baru untuk bulan Juli & Agustus; sebelum mereka publikasikan Construction Output, GDP, Industrial & Manufacturing Production, Trade Balance untuk bulan Juli. Jerman akan memberikan pandangan iklim dunia usaha 6 bulan ke depan melalui pembacaan German ZEW Current Conditions & Economic Sentiment (Sept.). Hari Kamis tanggal 14 September, ECB akan mengumumkan keputusan suku bunga yang diramal stay di level 4.25%.

Download full report HERE.