Last week review:
Tanda-tanda resesi memang telah muncul lebih jelas, setidaknya terpancar pada data ekonomi AS pekan lalu dimulai oleh ISM Manufacturing PMI & Prices (Mar.) yang terkontraksi, lalu disusul oleh Factory Orders yang pertumbuhannya masih lebih lemah dari perkiraan. Demikian pula laporan ISM Non-Manufacturing PMI & Employment (Mar.) yang jelas terkontraksi dari periode sebelumnya, pun muncul lebih rendah dari perkiraan. Ciri-ciri melambatnya perekonomian AS juga terlihat dari laporan di sektor lapangan pekerjaan, manakala angka JOLTs Job Openings drop ke angka 9,931 juta, di bawah forecast 10,4 juta. Tingkat upah per jam (Mar.) terpantau tumbuh lebih rendah di level 4.2% yoy (di bawah forecast 4.3% & previous 4.6%). Alhasil sepanjang bulan lalu Nonfarm Payrolls (Mar.) sukses turun ke angka 236 ribu (dari previous 326 ribu). Sepanjang pekan lalu, Initial Jobless Claims justru tercatat meningkat ke angka 228 ribu dari forecast 200 ribu (walau masih lebih rendah dari minggu sebelumnya di 246 ribu). Walau demikian, Unemployment Rate (Mar.) malah sedikit turun dari bulan sebelumnya di level 3.5%. Tidak hanya AS saja yang bergulat dengan perlambatan ekonomi; Jepang & China terlihat mulai kesulitan menjaga ekonomi mereka tetap ekspansif, sementara Jerman, Zona Euro, dan Inggris masih belum mampu membawa Manufacturing PMI mereka keluar dari area kontraksi , alias masih di bawah level benchmark 50. Menimbang sederet gejala soft landing di atas, pelaku pasar saat ini agak terbelah dua dengan perhitungan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate; di mana separuh memperkirakan masih ada rate hike 25 bps pada FOMC Meeting mendatang bulan Mei, sementara separuh lagi mempertaruhkan tidak akan ada kenaikan. Di satu sisi, pejabat The Fed masih mempertahankan nada hawkish, apalagi ketika potensi naiknya harga minyak akibat pemotongan produksi OPEC dan turunnya cadangan minyak AS menambah kekuatiran akan tekanan inflasi yang belum usai. Dari dalam negeri, tampaknya outlook ekonomi Indonesia lebih menjanjikan dengan terkendalinya tingkat Inflasi (Mar.) turun ke 4.97% YoY dari 5.47% bulan sebelumnya; Inflasi Inti juga menjinak ke bawah 3% (on track dengan harapan bank sentral) di angka 2.94% yoy, sukses lebih rendah dari forecast maupun previous period. Asian Development Bank pun memprediksi perekonomian Indonesia bisa tumbuh 4.8% di tahun ini, dan meningkat jadi 5% di 2024. Nilai tukar Rupiah menjadi sorotan belakangan ini secara sempat mencapai level terkuat 2 bulan pada Low IDR 14,880/USD. Hal ini tak lepas dari dukungan beli bersih asing seminggu terakhir sebesar IDR 2.46triliun , menambah pundi-pundi Foreign Net Buy YTD menjadi IDR 8.72 triliun.

This week’s outlook:
Pada pekan ini, data Inflasi (Mar.) AS akan dimonitor ketat hari Rabu dengan perkiraan bisa lebih menjinak lagi dari 6% (Feb.) ke 5.2% yoy. Pada hari yang sama Federal Reserve akan merilis notulen rapat Maret lalu yang akan memberikan gambaran ke mana arah kebijakan moneter mereka ke depannya. Menimbang guncangan yang baru terjadi pada sektor perbankan, para investor memperkirakan akan ada pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini, namun The Fed mengatakan bahwa mereka masih akan pertahankan suku bunga tinggi selama diperlukan. Laporan kinerja kuartalan dari para emiten perbankan AS juga akan dipantau untuk menentukan tingkat kesehatan mereka; tepat waktu dengan adanya pertemuan Spring meeting yang diadakan World Bank & IMF di mana akan mengumpulkan para pejabat bank sentral & para menteri keuangan di Washington Senin ini. IMF akan mengumumkan prediksi pertumbuhan ekonomi global terbaru pada hari Selasa, di tengah masih adanya ancaman inflasi & instabilitas sektor keuangan. Menyusul pada hari Rabu, gantian menteri keuangan dari negara-negara G20 yang akan berkumpul. Dari Indonesia, tidak banyak data ekonomi yang akan dinantikan pada pekan ini selain: Cadangan Devisa (Mar.), Indeks Keyakinan Konsumen (Mar.), dan Penjualan Retail yoy. Sentimen dari luar negeri pasti akan lebih banyak pegang peranan termasuk dari benua Asia: data Inflasi & Trade Balance China (Mar.); dari benua Eropa: Retail Sales Zona Eropa (Feb.), GDP Inggris (Feb.), Inflasi Jerman (Mar.); serta dari benua Amerika: Initial Jobless Claims & PPI (Mar.) AS yang akan rilis di hari yang sama Kamis depan, ditutup oleh US Retail Sales (Mar.) & Michigan Consumer Sentiment & Expectation (Apr.) pada hari Jumat mendatang.

Download full report HERE.