-GOVERNMENT BONDS-
Isu Resesi masih Menekan Pasar Obligasi Domestik. Menteri Keuangan yang memproyeksikan GDP Indonesia 3Q20 akan terkontraksi antara 1% hingga 2,9%, bahkan dapat berlanjut hingga periode 4Q20. Sementara, Menteri Keuangan memproyeksi GDP domestik menyusut 0,6%-1,7% secara tahunan. Sentimen ini kembali menekan pergerakan pasar obligasi kemarin. Adapun, sentimen eksternal kembali menekan rupiah. Data penjualan rumah AS periode Agustus lebih baik dari bulan sebelumnya. Penjualan rumah periode Agustus mencapai 6 juta, atau level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Selain itu, indeks PMI sektor manufaktur AS periode September mencapai 53,5. Angka ini lebih baik dari ekspektasi pasar yang hanya sebesar 52,5 dan juga lebih baik dari realisasi Agustus yang sebesar 53,1. Kemarin, kenaikan yield tertinggi tercatat di SUN tenor 1-tahun yang naik 9,1 bps, dan kenaikan yield terendah pada tenor 20-tahun.

-CORPORATE BONDS-
Tekanan Likuiditas Perusahaan Asia Membaik. Moody’s Investors Service menyebutkan Indikator Tekanan Likuiditas perusaahaan Asia (Asian Liquidity Stress Indicator /ALSI) membaik pada Agustus 2020 menjadi 37%. Sebelumnya, pada Juli 2020, tingkat ALSI mencapai 38,1 persen. Namun demikian, ALSI tetap tinggi karena lemahnya 54 dari 146 perusahaan di Asia yang diperingkat oleh Moody’s. Indikator ALSI bisa menurun ketika likuiditas spekulatif membaik. Skor likuiditas juga dihitung dari peringkat corporate family ratings (CFR). Peringkat ALSI paling besar terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara (Asean), walaupun menurun menjadi 43,9% pada Agustus 2020 dari 50% pada Juli 2020. Hal ini mencerminkan membaiknya likuiditas dua perusahaan di Indonesia. Adapun, di bagian utara Asia, tingkat ALSI meningkat menjadi 34,3% dari bulan sebelumnya 33,3%. Likuiditas masih terbilang lemah karena terpukulnya industri di China. Sementara itu, total penerbitan obligasi yang dihimpun Moody’s pada Agutus 2020 mencapai USD 3,4 miliar, turun dari USD 7 miliar pada Juli. Perusahaan properti di China menyumbang 48% total emisi Agustus 2020. Adapun, total penerbitan obligasi global sepanjang 2020 di Asia pun mencapai USD 28,4 miliar, melebihi tahun-tahun sebelumnya, kecuali 2019. (Bisnis Indonesia)

-MACROECONOMY-
Menkeu Targetkan Biaya Logistik 17% dari PDB. Menteri Keuangan menyebutkan masalah logistik nasional merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan daya saing perekonomian Indonesia. Sebagai catatan, biaya logistik Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga terdekat seperti Singapura, Malaysia dan lainnya masih dianggap lebih tinggi. Hal ini menyebabkan perekonomian Indonesia perlu terus diperbaiki daya kompetisinya. Biaya logistik Indonesia yang dikeluarkan mencapai 23,5% dari PDB Indonesia, dibandingkan Malaysia yang hanya 13% dari PDB. Di sisi lain, jika dilihat dari proses logistik belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Sehingga diharapkan dengan pembentukan national logistic economy (NLE) ini akan bisa menurunkan biaya logistik kita yang sekarang 23,5% dari PDB akan bisa ditekan menjadi 17% dari PDB. Penurunan biaya logistik 5%-6% dari PDB juga akan dikontribusikan dari seluruh proses hulu hingga hilir terutama menghubungkan sektor-sektor transportasi serta memudahkan bagi para pelaku usaha. (Kontan)

-RECOMMENDATION-
Minim sentimen positif domestik, warnai perdagangan akhir pekan. Sejumlah pelaku pasar cenderung mencermati sentimen eksternal. Investor mencermati tarik ulur kepastian pemberian stimulus, dan jelang pemilu AS. Sementara itu, kasus Covid-19 di Eropa membuat sebagian negara kembali melakukan lockdown. Kebijakan ini semakin memperparah PMI Eropa kontraksi ke level 47,6, atau lebih rendah dari AS yang catatkan ekspansi di level 54,6.Kemarin, rupiah ditutup melemah 0,51% ke level IDR 14.890/USD di pasar spot. Sedangkan, kurs tengah BI melemah 0,77% ke level IDR 14.949/USD. Dalam jangka pendek, investor dapat memanfaatkan momentum pergerakan FR0087 dan FR0083.