Today’s Outlook:

MARKET AS: Dari sudut indikator ekonomi, yield US Treasury tergelincir dari level tertinggi belakangan ini seiring data ekonomi AS menunjukkan aktifitas manufaktur & jasa secara tak terduga melemah di bulan April ke level terendah 4 bulan akibat demand yang lesu. S&P Global US Composite PMI ada di angka 50.9 untuk bulan April, turun dari 52.1 di bulan sebelumnya. Namun di sisi lain, sektor properti di sana terlihat masih kuat di mana Building Permits bertambah 1.467 juta unit, ini di atas forecast; sementara New Home Sales (Mar.) juga mencatatkan pertumbuhan 8.8% mom, jelas recover jauh lebih tinggi dari posisi minus 5.1% di bulan sebelumnya. Hari ini para pelaku pasar AS akan menunggu data Durable Goods Orders (Mar.) yang juga diprediksi masih akan bertumbuh, serta Crude Oil Inventories yang diproyeksikan bertambah 1,7 juta barrel lagi, berkurang dari 2,735 juta barrel sebelumnya.

Bicara mengenai PMI, kebanyakan negara EROPA seperti JERMAN, EUROZONE, & INGGRIS mampu menggerakkan dan mempertahankan Composite PMI ke teritori ekspansif, kebanyakan terbantu oleh lebih agresifnya sektor jasa ketimbang manufaktur. Hari ini di Jerman akan ada penilaian German Ifo Business Climate  Index (Apr.) yang akan menentukan optimisme para pelaku usaha dalam 6 bulan ke depan.

KOMODITAS: Harga MINYAK naik lebih dari USD1/barrel pada hari Selasa seiring jatuhnnya US Dollar index ke level terendah mereka dalam seminggu, seraya para investor mengalihkan fokus mereka dari konflik Timur – Tengah ke indikator ekonomi global. BRENT alami penguatan 1.6% ke level USD 88.42 bpd, sementara US WTI terapresiasi 1.8% ke level USD 83.36 BPD. Adapun peningkatan aktifitas usaha yang ekspansif di benua Eropa dan jurus-jurus dari OPEC bisa jadi penopang harga Minyak, sementara di sisi lain performa ekonomi China masih kurang meyakinkan.

MARKET INDONESIA: Sepertinya yang menjadi highlight hari ini lebih kepada SENTIMEN DALAM NEGERI, di mana RDG BI akan menelurkan keputusan terkait suku bunga. Para pelaku pasar harap-harap cemas di tengah adanya pemikiran bahwa BI mungkin perlu naikkan suku bunga demi usaha menstabilkan RUPIAH, di tengah proyeksi pemotongan suku bunga AS yang semakin buyar. Sejauh ini USD/IDR tampak pullback sejenak ke level 16,136 dari titik High 16,256 kemarin, didukung oleh data surplus Trade Balance Indonesia bulan Maret yang menggelembung menjadi USD 4.47 miliar.

Corporate News
Adhi Karya (ADHI) Akan Rilis Obligasi IDR 5 Triliun dalam Tiga Tahap Rencana PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menerbitkan surat utang atau obligasi senilai IDR 5 triliun mendapat restu dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 19 April 2024. Melansir keterbukaan informasi pada Senin (22/4), ADHI akan menerbitkan obligasi melalui Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) mulai 2024 sampai dengan jangka waktu maksimal dua tahun. Adapun PUB senilai IDR 5 triliun ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, ADHI akan menerbitkan tiga seri obligasi dengan tenor tiga tahun, lima tahun dan tujuh tahun. Kemudian untuk rencana penerbitan PUB tahap kedua, ADHI akan menerbitkan dua seri dengan tenor tiga tahun dan lima tahun. Untuk tingkat bunga obligasi dalam pertama dan kedua akan mengacu pada rating kredit ADHI. Terakhir, dalam penerbitan PUB obligasi tahap ketiga, ADHI hanya akan menerbitkan satu seri dengan tenor lima tahun dengan tingkat suku bunga maksimal mengacu pada rating kredit Adhi Karya. Manajemen ADHI menyampaikan rencana penerbitan obligasi atau penerbitan surat utang ini dilakukan dengan mempertimbangan ketepatan waktu dan besaran nilai yang sesuai dengan kebutuhan. (Kontan)

Domestic Issue
Lelang Sukuk Negara Serap Dana IDR 5.07 Triliun, Jauh dari Target Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah melaksanakan lelang tujuh seri Surat Berharga Syariah Negara(SBSN) atau Sukuk Negara pada hari ini (23/4). Hasilnya, hanya meraup dana IDR 5.07 triliun. “Total penawaran yang masuk sebesar IDR 16.26 triliun, total nominal yang dimenangkan dari tujuh seri yag ditawarkan IDR 5.07 triliun,” kata Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu dalam keterangan resminya, Jakarta, sore ini. Total nominal yang dimenangkan tersebut kurang dari target indikatif lelang SBSN yang dipasang pemerintah, yakni sebesar IDR 11 triliun. Adapun rincian seri Sukuk yang dilelang dan jumlah nominal yang dimenangkan, yaitu seri SPNS22102024 (new issuance) sebesar IDR 20 miliar, seri SPNS20012025 (new issuance) sebesar IDR 1.69 triliun, dan seri PBS032 (reopening) IDR 1.05 triliun. Sementara seri PBS030 (reopening) sebesar IDR 80 miliar, seri PBS004 (reopening) jumlah nominal yang dimenangkan IDR 50 miliar, PBS039 (reopening) sebesar IDR 1.47 triliun, dan PBS038 (reopening) sebesar IDR 715 miliar. (IDX Channel)

Recommendation

US10YT mulai terlihat breaching support MA10 ke bawah yield 4.60%. Penurunan lebih lanjut yang diakibatkan rilis data ekonomi AS yang lebih rendah dari ekspektasi, akan mampu mengirim YIELD US Treasury pullback lebih lanjut, dan eventually ini sejalan dengan munculnya kembali harapan pemotongan suku bunga AS.

ID10YT tertantang untuk mempertahankan level yield di atas 7,0%, di tengah indicator RSI yang negative divergence, suggesting ada potensi trend reversal di depan mata. Sejatinya pergerakan yield ID Treasury akan berkiblat pada kebijakan moneter AS ke depannya. ADVISE : HOLD, WAIT & SEE.

Download full report HERE.