Today’s Outlook:
• Pasar saham AS kembali catatkan kenaikan pada perdagangan Selasa (07/11/23), menambah panjang periode bullish dalam dua tahun terakhir ini, dipicu oleh mundurnya yield US Treasury maka mendongkrak saham-saham megacap Nasdaq dengan kenaikan 0.9%; sementara itu para investor juga mencari kejelasan dalam trend suku bunga dari Federal Reserve. S&P 500 7 hari berturut-turut di zona hijau, sementara Nasdaq mencatat kenaikan delapan sesi berturut-turut; keduanya merupakan rekor capaian bullish terpanjang mereka dalam dua tahun. Dow menguat selama tujuh sesi berturut-turut, merupakan yang terpanjang sejak 13 sesi hijau pada bulan Juli. Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan turun kelima kalinya dalam enam sesi, di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan mengakhiri siklus naik suku bunganya. Yield kembali melandai setelah lelang obligasi 3 tahun senilai USD48 miliar berakhir sukses, sedangkan lelang obligasi 10 tahun dan 30 tahun akan dilaksanakan akhir pekan ini. Ekspektasi bahwa siklus kenaikan suku bunga The Fed akan segera berakhir telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, namun sejatinya belum tertutup kemungkinan akan adanya satu kenaikan suku bunga lagi di tahun ini apalagi mengingat rilis GDP 3Q23 AS terakhir berada pada tingkat 4.9% yoy membuktikan suatu kinerja ekonomi yang kuat. Dengan demikian, pejabat bank sentral pun berhati-hati dalam memberikan komentar mengenai jalur suku bunga di masa depan. Walau begitu, para pelaku pasar telah memperhitungkan 90.2% peluang bahwa The Fed akan kembali menahan suku bunga tetap di tempat pada FOMC Meeting bulan Desember nanti, di mana peluang ini meningkat dari 68.9% pada pekan lalu (seperti didata oleh CME FedWatch Tool).
• KOMODITAS: Sektor Energi mencatatkan kinerja terburuk pada sesi perdagangan Selasa, turun 2,2% karena harga Minyak mentah turun lebih dari 4% ke titik terendah sejak akhir Juli, di tengah kekhawatiran permintaan dan penguatan Dollar. Data ekonomi China yang bervariasi turut menjadi pertimbangan akan permintaan global, sementara meningkatnya Ekspor dari negara-negara produsen OPEC sebesar 1 juta barrel/hari turut menghapus kekhawatiran mengenai defisit persediaan. Minyak Brent (London) ditutup di bawah USD84/barrel atau turun 4.2% untuk pertama kalinya sejak Hamas menyerang Israel tanggal 7 Oktober.
• Dari sisi permintaan, impor minyak China di bulan Oktober menunjukkan peningkatan tinggi namun total ekspor dari barang & jasa terkontraksi lebih dalam dari perkiraan, menjadikan surplus Trade Balance China meleset agak jauh dari perkiraan. Hal ini menjelaskan bahwa outlook ekonomi China masih akan terus melemah karena tergerusnya permintaan dari negara tujuan ekspor mereka, yaitu negara-negara Barat. Bicara mengenai Ekspor – Impor, pada malam hari kemarin AS pun menyusul laporkan Trade Balance (Sept.) mereka yang hasilkan defisit USD61.5 miliar, lebih besar dari forecast dan periode sebelumnya yang sekitar di bawah USD60 miliar. Walau demikian, nilai Ekspor – Impor berhasil mengalami peningkatan.
• MARKET EROPA: Zona Euro mencatat PPI (Sept.) di level deflasi -12.4% yoy, kurang lebih cukup sesuai dengan perkiraan di -12.5%, deflasi kian dalam dari -11.5% di bulan sebelumnya. Tampaknya hal ini dijelaskan oleh data German Industrial Production (Sept.) yang kian anjlok secara bulanan maupun tahunan, demikian pula indeks Germany Construction PMI (Okt.) yang angkanya semakin merosot di area kontraksi. Siang hari nanti akan dipantau German CPI (Okt.) yang diharapkan mampu semakin mendingin ke level 3.8% yoy, dari 4.5% di bulan September.
• MARKET ASIA: Indonesia laporkan Cadangan Devisa (Okt.) di angka USD133.1 miliar, walau turun dari psisi bulan sebelumnya USD134.9 miliar (karena pembayaran utang LN pemerintah dan terpakai dalam usaha menstabilkan Rupiah), angka ini cukup aman setara dengan pembiayaan ekspor 5.9 bulan dan masih berada di atas standar internasional. Hari ini para pelaku pasar akan menantikan rilis indeks Keyakinan Konsumen (Okt.) sekitar jam 10.00 WIB di mana angka aktual akan berbanding posisi sebleumnya pada 121.7.
• IHSG terlihat cukup galau mendekati area Resistance jangka pendek 6900, namun demikian konsolidasi uji Support MA20 ini masih terlihat wajar. Adapun suasana lesu di market tertular dari memerahnya market Asia dan outlook ekonomi GDP 3Q23 Indonesia yang baru-baru ini dirilis ternyata lebih lemah dari perkiraan. Menanggapi posisi IHSG sekarang, NHKSI RESEARCH menyarankan para pelaku pasar untuk sedikit Wait & See menunggu penembusan level Resistance krusial tersebut, karena apabila ini terjadi maka akan lebih memuluskan jalan IHSG menuju 6950-7000 selaku barrier psikologis.  

Company News
• INDY: Serap Capex USD104,9 Juta Hingga 3Q23
• DEWA: Akan Menggelar Private Placement
• SMAR: Penjualan Turun 14,25% per 3Q23

Domestic & Global News
• BLT El Nino IDR 400.000 Kapan Cair? Menkeu Sri Mulyani Umumkan Jadwal Penyaluran ke Rekening Penerima
• Kebijakan Bunga Bank Sentral Redam Inflasi AS? Presiden The Fed Minneapolis Bicara Data

Download full report HERE.