Today’s Outlook:
• Dow Jones ditutup menguat pada hari Kamis (7/12/23) akibat adanya reli pada saham-saham Teknologi yang mengimbangi penurunan pada saham-saham Energi menjelang laporan Nonfarm Payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat. S&P 500 naik 0,80%, Dow Jones Industrial Average yang terdiri dari 30 saham naik 0,2%, dan Nasdaq Composite yang didominasi oleh saham-saham Teknologi mendominasi kenaikan sebesar 1,4%.
• Data pada hari Kamis menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 220.000 pada pekan lalu, sedikit naik dari 219.000 pada pekan yang berakhir 25 November. Adapun angka aktual lebih rendah dari perkiraan para ekonom di angka 222.000. Serangkaian data baru-baru ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja telah melonggar, itu lah sebabnya laporan Nonfarm Payrolls bulan November akan menjadi pusat perhatian para pelaku pasar di mana konsensus para ekonom memperkirakan adanya pertumbuhan 180.000 pekerjaan baru di bulan lalu, dengan tingkat pengangguran kemungkinan besar stabil di 3,9% ; serta Upah rata-rata per jam diperkirakan akan meningkat 0,1%.
• Para ekonom JPMorgan mengantisipasi adanya pelemahan pada data inflasi dan aktivitas ekonomi tahun 2024. Timbul pertanyaan apakah investor dan aset berisiko harus menyambut baik penurunan inflasi, yang mengarah pada peningkatan permintaan obligasi dan saham, atau apakah penurunan inflasi ini menandakan potensi resesi ekonomi. Kekhawatiran utama berasal dari guncangan suku bunga yang diamati selama 18 bulan terakhir, yang diantisipasi memiliki dampak negatif pada aktivitas ekonomi. Selain itu, perkembangan geopolitik juga menjadi tantangan yang mempengaruhi harga komoditas, inflasi, perdagangan global, dan arus keuangan. Terlepas dari faktor-faktor ini, bank mencatat bahwa valuasi aset berisiko rata-rata masih mahal. Dalam skenario perlambatan ekonomi secara bertahap, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun dapat turun menjadi 3,75% selama tahun depan, dengan kemungkinan penurunan lebih lanjut jika ekonomi memasuki resesi.
• Harga Minyak turun pada perdagangan hari Kamis ke posisi terendah 6 bulan, karena para investor cemas akan lesunya permintaan energi di Amerika Serikat dan China sementara output dari AS tetap mendekati rekor tertinggi. Minyak mentah berjangka Brent (London) turun menjadi $74,05 per barel, sementara Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun ke level $69,34. Kedua harga acuan Minyak global ini mencatat harga terendah sejak akhir Juni, sebuah sinyal yang menunjukkan para trader percaya bahwa mungkin pasar saat ini over supply. Produksi AS tetap berada di dekat rekor tertinggi lebih dari 13 juta barel per hari, seperti dilaporkan data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu. Stok bensin AS naik 5,4 juta barel minggu lalu menjadi 223,6 juta barel, kata EIA, lebih dari empat kali lipat kenaikan 1 juta barel yang diperkirakan. Kekhawatiran mengenai ekonomi China juga membatasi kenaikan harga minyak.
• Data bea cukai China menunjukkan bahwa Impor minyak mentah di bulan November turun 9% dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator-indikator ekonomi yang lemah, dan melambatnya pesanan dari para penyuling independent pun turut melemahkan permintaan. Sementara total Impor China turun secara bulanan, Ekspor tumbuh di bulan November untuk pertama kalinya dalam 6bulan terakhir, menunjukkan bahwa peningkatan arus perdagangan global mungkin telah membantu sektor manufaktur China.
• Jerman masih mencatat Industrial Production yang lemah di bulan Okt., tak heran GDP kuartal 3 Eurozone kembali terjerembab di wilayah resesi, mengikuti jejak Q1. Hari ini data ekonomi penting yang akan dipantau para investor Asia & Eropa adalah GDP Q3 Jepang dan German CPI (Nov) yang diprediksi mampu semakin melandai ke level 3.2% yoy, mendingin dari posisi 3.8% di bulan sebelumnya.
• Cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD 138,1 miliar di bulan November dari USD 133,1 miliar di bulan sebelumnya, menandai level tertinggi sejak bulan Mei. Kenaikan ini didorong oleh penerbitan sukuk global oleh Pemerintah, penarikan pinjaman luar negeri, dan penerimaan pembayaran pajak dan jasa. Bank sentral menekankan bahwa cadangan devisa, yang setara dengan pembiayaan impor selama 6,1 bulan tetap cukup untuk menjaga stabilitas keuangan dan mendukung perekonomian secara keseluruhan.
• IHSG mencatatkan posisi Closing tertinggi sejakakhir Sept 2022, memantapkan bullish wave yang tengah terjadi mendekati masa window dressing akhir tahun. NHKSI RESEARCH melihat masih ada peluang untuk IHSG lanjutkan Uptrend ini sampai menembus Resistance titik tertinggi sebelumnya 7150, dan bahkan tidak tertutup kemungkinan memperpanjang Target Akhir Tahun IHSG di bilangan 7350, walau batasan konservatif kami tetap di sekitar 7130-7150.
Company News
• BUMI: Incar Volume 80 Juta Ton Batubara
• AKRA: Kembangkan Jaringan Gas di KEK JIIPE
• ESSA: Proyek Amonia Biru Capai USD150 Juta
Domestic & Global News
• Hore! Cadangan Devisa RI Naik Jadi USD 138,1 Miliar pada November 2023
• Tesla Berencana Investasi di Thailand, Indonesia Disalip Lagi?
Download full report HERE.