Today’s Outlook:
• Saham-saham AS ditutup sedikit menguat pada perdagangan Senin (06/11/23) dengan Nasdaq memimpin penguatan sebesar 0.3%, seiring para investor menunggu arahan mengenai suku bunga dari beberapa pejabat tinggi Federal Reserve yang dijadwalkan berbicara pada pekan ini, di tengah besarnya jumlah persediaan obligasi siap diluncurkan ke pasar. Pasar saham pekan lalu berpesta pora dengan persentase kenaikan mingguan terbesar dalam setahun, setelah data ketenagakerjaan AS yang lemah mengirim yield US Treasury turun di tengah harapan The Fed tidak perlu menaikkan suku bunga lagi dan malah bisa memulai pemotongan pada tahun depan. Ekspektasi pasar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tak berubah pada FOMC Meeting bulan Desember adalah sebesar 90,4%, turun dari 95,2% pada hari Jumat namun di atas 74,4% pada minggu lalu. Ekspektasi penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin telah meningkat menjadi lebih dari 50% pada rapat Mei 2024, seperti disurvey oleh FedWatch Tool CME. Harapan-harapan di atas membuat S&P 500 melonjak 5,85% minggu lalu dan Nasdaq naik tinggi 6,61%, merupakan lompatan mingguan terbesar sejak November 2022. Sementara itu, imbal hasil obligasi negara tenor 10-tahun yang menjadi acuan, walau sempat turun ke level terendah lima minggu pada hari Jumat, berbalik arah hingga mencapai level yield tertinggi 4,668% pada hari Senin, menjelang lelang US Treasury minggu ini senilai USD112 miliar untuk tenor 3 dan 10 tahun, serta 30 tahun. Sesi hijau ini menandai kenaikan 6 kali berturut-turut untuk DJIA dan S&P 500, serta kenaikan ketujuh kalinya berturut-turut untuk Nasdaq. Rekor tersebut merupakan yang terpanjang bagi S&P 500 sejak awal Juni, sejak Juli untuk Dow, dan sejak Januari untuk Nasdaq. Tidak banyak kalender data ekonomi minggu ini, yang mana akan jadi sorotan para pelaku pasar adalah angka klaim pengangguran mingguan (US Initial Jobless Claims) yang akan dirilis pada hari Kamis, serta laporan sentimen konsumen dari Universitas of Michigan yang terpandang pada hari Jumat. Bicara mengenai musim laporan keuangan perusahaan, sebanyak 403 perusahaan S&P 500 telah melaporkan laba kuartal ketiga, dengan 81,6% melampaui perkiraan analis, menurut data LSEG.
• KOMODITAS: Harga Minyak naik pada perdagangan hari Senin, rebound setelah turun tajam pada pekan lalu, seiring para trader/spekulan termovitasi oleh prospek berkurangnya pasokan, sambil tetap memperhatikan perkembangan Konflik Timur Tengah. Pada akhir pekan kemarin, para produsen utama yaitu Arab Saudi dan Rusia telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan mempertahankan pemangkasan produksi hingga akhir tahun, menjaga pasar minyak lebih ketat. Harga WTI maupun Brent merosot sekitar 6% pada pekan lalu seiring memudarnya premi risiko geopolitik, di mana sejauh ini eskalasi perang Israel-Hamas gagal meluas.
• MARKET ASIA & EROPA: Di Jepang, indeks au Jibun Bank Japan Composite PMI menunjukkan pertumbuhan aktivitas bisnis sektor swasta selama 10 bulan berturut-turut di bulan Oktober, dan aktivitas bisnis jasa pun alami pertumbuhan selama 14 bulan berturut-turut; namun keduanya melaju lebih lambat dibanding bulan September. Di sisi lain, perlambatan ekonomi nyata terasa di benua Eropa, secara Composite PMI Zona Euro dikonfirmasi sebesar 46,5 pada Oktober 2023, turun dari 47,2 pada bulan September dan terendah sejak November 2020. German Factory Orders secara tak terduga naik 0,2% mom pada bulan September, mengejutkan para analis yang memperkirakan kontraksi sebesar 1%; walau nyata jauh melandai dari posisi Agustus 1,9%, menunjukkan prospek manufaktur yang suram. S&P Global UK Construction PMI (Okt.) pun masih berjuang keluar dari wilayah kontraksi 45,6, tak mampu penuhi estimasi pada angka 46.
• Pelaku pasar kini terfokus pada data ekonomi utama dari China, yang akan dirilis hari ini yaitu Trade Balance yang mana diharapkan mampu berikan lebih banyak petunjuk mengenai permintaan komoditas dari negara tersebut. Meskipun impor minyak dan permintaan bahan bakar China tetap tinggi tahun ini, pada saat yang sama negara tersebut pun terus meningkatkan produksinya; sehingga dapat memicu penurunan impor dalam beberapa bulan mendatang. Para trader juga mengkhawatirkan penurunan permintaan bahan bakar, terutama jika kondisi perekonomian kembali memburuk. Data Inflasi China yang sedianya akan dirilis hari Kamis diharapkan dapat memberikan lebih banyak wawasan mengenai pola belanja negara importir minyak terbesar di dunia, yang sedang bergulat dengan disinflasi dalam beberapa bulan terakhir.
• INDONESIA: Nilai tukar Rupiah menguat 221 poin (+1,4%) ke level IDR 15.550/ USD, sedangkan kurs spot sore kemarin menanjak 190 poin (+1,21%) ke level IDR 15.535/USD. Kabar baik ini mengirim IHSG melonjak 1,33% ke level 6878,8 diiringi oleh beli bersih asing senilai IDR 467 miliar (RG market). Di satu sisi, pertumbuhan GDP Indonesia kuartal 3/2023 ternyata tidak sesuai harapan; hanya naik sebesar 1,60% qoq, meleset dari konsensus pasar 1,71% dan melambat tajam dari 3,86% pada Q2. Secara tahunan, perekonomian tumbuh sebesar 4,94% yoy di Triwulan ke-3 tahun 2023, lebih rendah dari perkiraan pasar 5,05%, melambat dari ekspansi 5,17% di Triwulan ke-2, menunjukkan pertumbuhan terlemah sejak triwulan ketiga tahun 2021, yang terutama disebabkan oleh penurunan ekspor, di tengah moderasi harga komoditas.
• IHSG melonjak solid ditutup pada titik tertinggi intraday, menembus Resistance MA20 setelah lebih dari sebulan lamanya terbenam di bawahnya, menjadikan level 6830 sebagai Support terdekat saat ini. IHSG hari ini diperkirakan akan lanjutkan momentum bullish ini untuk berjuang menembus Resistance berikut yaitu MA50/6900. NHKSI RESEARCH menyarankan para investor/trader untuk Average Up accordingly selepas break Resistance dengan mantap.  

Company News
• AMRT: Laba Bersih Tumbuh 25 Persen
• SIMP: Mengalami Penurunan Laba Bersih
• SCMA: Laba Bersih Terkontraksi

Domestic & Global News
• Bak Hujan Deras, Beras Impor 1,5 Juta Ton Masuk RI per Januari 2024
• China Umbar Janji Bakal Perluas Akses Pasar dan Tingkatkan Impor

Download full report HERE.