Bursa global dunia terpukul mundur dan US Dollar mulai menguat atas sejumlah mata uang dunia sejak diumumkannya data pertumbuhan pekerjaan AS yang menguat sangat di luar ekspektasi, mengindikasikan suku bunga acuan akan tetap dijaga tinggi untuk beberapa waktu lamanya demi memerangi inflasi, di tengah pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat. Adapun Italia, German, French dan Euro Zone S&P Global Construction PMI (Jan.) membuktikannya dengan menunjukkan tingkat inflasi yang masih terus bertambah di tingkat produsen. Market saat ini kembali memperkirakan FFR akan mencapai puncaknya 5.1% pada bulan Juli (sesuai prediksi The Fed sebelumnya), dan baru turun ke sekitar 4.83% pada bulan Desember. Yield pada US Treasury tenor 10 tahun mempertahankan kenaikan ke level tertinggi 4 minggu. Melansir data Refinitiv, analis memperkirakan pendapatan kuartalan perusahaan S&P500 turun 2.8% pada 4Q22. Para pelaku pasar fokus menunggu komentar Chairman Federal Reserve Jerome Powell yang dijadwalkan berbicara Selasa malam ini.

GDP Indonesia 4Q22 keluar di angka 5.01%, walau lebih rendah dari kuartal sebelumnya 5.72% namun masih lebih tinggi dari perkiraan 4.84%; sehingga secara kumulatif sepanjang 2022 perekonomian Indonesia bertumbuh 5.31%, lebih tinggi dari forecast 5.29% dan jelas lebih tinggi dari tahun 2021 di level 3.69%. Angka ini merupakan tertinggi sejak Presiden Joko Widodo memerintah selama hampir 9 tahun. Adapun Rupiah terpukul mundur ke posisi IDR15055/USD, mengakhiri Bottoming di bawah level psikologis 15000 selama 2 minggu terakhir. Sentimen beragam ini membuat IHSG hampir menguji Support MA50 di 6825 walau akhirnya masih mampu ditutup di atas MA10/6870; terbantu oleh Net Foreign Buy sebesar IDR 729.9 miliar. NHKSI RESEARCH menyarankan para investor/trader pasar modal Indonesia untuk Hold all positions, sampai IHSG mampu kembali bertengger di atas 6900 untuk terus memastikan Uptrend tetap intact.

Download full report HERE.