Wall Street ditutup di teritori negatif pada perdagangan hari Rabu (02/08/23), dengan S&P500 dan Nasdaq Composite turun untuk hari kedua berturut-turut dipicu aksi profit-taking para investor dari rally lima bulan, sehari setelah lembaga pemeringkat Fitch memangkas peringkat kredit pemerintah AS. Fitch menurunkan peringkat Amerika Serikat menjadi AA+ dari AAA pada Selasa malam, seraya menyatakan perkiraan penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan serta meningkatnya utang pemerintah. Fitch adalah agensi besar kedua yang memotong peringkat negara ini setelah Standard & Poor’s pada tahun 2011 mengeliminasi AS dari negara berperingkat triple-A. Reaksi terhadap berita tersebut membuat indeks utama terjerembab, di mana S&P 500 yang anjlok 1.38% mencatat persentase penurunan harian terbesar sejak 25 April. Ini juga merupakan sesi pertama sejak 23 Mei di mana benchmark turun lebih dari 1%. Sedangkan Nasdaq memimpin pelemahan dengan rontok 2.17%. Di sisi lain, beberapa pialang besar mengatakan penurunan peringkat sedianya tidak mungkin menghasilkan hambatan yang berarti di pasar keuangan AS, mengingat ekonomi sekarang lebih kuat daripada saat S&P menurunkan peringkatnya pada 2011. Dengan pasar memasuki Agustus yang memang bulan lambat secara musiman, penurunan peringkat Fitch menawarkan peluang bagi investor untuk beristirahat sejenak dari kegiatan trading/pasar. Indeks teknologi turun 2.6%, juga merupakan pemain terburuk dari 11 sektor utama S&P, dengan total sembilan sektor beramai-ramai menyeret indeks ke bawah. Sementara itu, laporan ADP Nonfarm Employment Change (Juli) menunjukkan penerimaan tenaga kerja di sektor swasta meningkat cukup jauh dari yang diperkirakan pada bulan Juli menjadi 324 ribu (versus forecast 189 ribu). Meskipun laporan pekerjaan swasta lebih panas dari perkiraan, beberapa ekonom percaya bahwa pasar tenaga kerja sudah melambat sebagai efek dari trend naik suku bunga Federal Reserve. Di satu sisi, ketahanan pasar tenaga kerja yang berkelanjutan juga dapat melindungi ekonomi dari resesi. Meskipun masih ada ketakutan akan resesi, perusahaan Amerika terus menunjukkan kinerja yang baik. Hampir 80% dari emiten S&P 500 telah melaporkan pendapatan di atas ekspektasi analis, seperti dilansir data Refinitiv ; yang juga menyatakan bahwa hal ini menempatkan 2Q23 di jalur tingkat pendapatan tertinggi sejak kuartal ketiga tahun 2021. Harga minyak mentah turun lebih dari 2% pada hari Rabu karena pasar melancarkan aksi ambil untung yang signifikan untuk pertama kalinya sejak rally minyak selama lima minggu ini dimulai. Yang menarik, merosotnya harga terjadi pada hari ketika Administrasi Informasi Energi AS atau EIA, melaporkan penurunan stok minyak mentah mingguan AS pada hari Rabu yang secara tak terduga drop lebih besar dari estimasi ; turun 17.049 juta barel selama pekan yang berakhir 28 Juli, dibandingkan ekspektasi penurunan yang hanya 1.367 juta dan penurunan minggu sebelumnya yang hanya 0.6 juta barel. Ada sebuah cerita yang beredar di pasar bahwa Saudi mungkin menjual secara diam-diam minyak tambahan ke PNZ, atau Partitioned Neutral Zone, wilayah yang dikelola bersama dengan Kuwait di mana wilayah ini lolos dari radar pasar yang lebih luas. Adapun US West Texas Intermediate, atau WTI, menyelesaikan perdagangan hari Rabu turun dengan 2.3%, menempatkan harga pada USD 79.49 per barel ; merupakan penurunan harga harian terbesar sejak penurunan 4.4% pada 12 Juni yang menekan WTI menjadi USD 66.80 per barel – tepat sebelum rally 5 minggu yang memberi return hampir 16% untuk bulan Juli.

Setali tiga uang, IHSG ditutup memerah minus 44.86 points/-0.65% ke level 6886.5 diiringi oleh aksi jual bersih asing IDR283.61 miliar (RG market) ; namun masih menempatkan posisi beli YTD mereka aman di IDR14.61 triliun (RG market). Para pelaku pasar ditengarai mencerna rilis data ekonomi Inflasi dan S&P Global Indonesia Manufacturing PMI yang naik ke level 53.3 di bulan Juli, dari 52.5 di bulan Juni ; merupakan pertumbuhan ekspansif 23 bulan berturut-turut pada aktifitas pabrikan. Menimbang sentimen market regional yang ada, NHKSI RESEARCH memperkirakan konsolidasi lanjutan masih akan berlaku di pasar modal Indonesia hari ini. Para investor/trader disarankan untuk pertahankan posisi HOLD; atau WAIT & SEE sambil mengurangi posisi bertahap dan menunggu IHSG mendarat di support yang solid untuk kembali menggenggam kesempatan BUY ON WEAKNESS. Sore menjelang malam nanti, dunia akan menyorot keputusan suku bunga dari Bank of England yang diperkirakan akan naik 25bps ke level 5.25%. Malam harinya, para pelaku pasar akan memusatkan perhatian pada data US Initial Jobless Claims, S&P  Global Composite (Juli), Factory Orders (Juni), serta US ISM Non-Manufacturing PMI (Juli).

Download full report HERE.