Today’s Outlook:
• Saham-saham dunia menanjak naik pada perdagangan Kamis (28/12/23), seiring ekspektasi pemotongan suku bunga yang mendorong rally pada saham-saham AS, sementara yield US Treasury dan Dollar sedikit rebound dari posisi terendah 5bulan. Di Wall Street sendiri, DJIA dkk bukukan kenaikan tipis 0.1% – 0.2% dan semua indeks mencatatkan kemenangan selama 9minggu berturut-turut, dalam sebuah swing rally yang sangat mengesankan belakangan ini. DJI dan S&P500 sudah bisa dipastikan mengantongi kenaikan 13% dan 24% di tahun 2023 ini, di mana S&P500 tinggal 0.5% lagi mencapai titik tertinggi sebelumnya yang terjadi di Januari 2022, manakala PER saat ini berada di level 24x. Nasdaq Composite telah melonjak 44% di tahun ini, didorong oleh rebound pada saham-saham teknologi mega-cap. Lebih luas lagi, indeks saham dunia MSCI yang memantau pergerakan saham di 47 negara, naik tipis 0.08%. saham-saham Eropa agak turun sedikit pada perdagangan Kamis, namun telah berdiri tegak mendekati titik tertinggi 23bulan dan mencatatkan kenaikan 12.5% pada tahun ini. Dari Asia, MSCI indeks untuk Asia Pacific di luar Jepang juga berhasil berjaya 1.4%, didukung oleh naiknya saham-saham China sehingga mampu mendongkrak indeks tersebut terbang 7.4% di kuartal 4 ini saja.
• Sentimen yang mendasari suasana bullish global ini adalah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan dapat mulai memotong suku bunga lebih awal di tahun 2024, didukung oleh data Initial Jobless Claims pekan lalu yang bertambah 12ribu menjadi 218ribu, menandakan pasar tenaga kerja terus melonggar selama kuartal 4 ini. Market telah memperhitungkan 88% peluang pivot pertama dapat terjadi di bulan Maret 2024, menurut survey CME FedWatch, mengawali rangkaian pemotongan suku bunga dengan total 150bps tahun depan. Goldman Sachs memperkirakan akan ada 3x pemotongan suku bunga AS berturut-turut pada bulan Maret, May, and June, kemudian diikuti oleh satu penurunan tiap kuartal sampai Fed Fund Rate mencapai 3.25% – 3.5% pada Q3 tahun 2025. Dengan demikian Goldman Sachs menyatakan bahwa menurut perkiraan mereka akan ada 5x pemotongan di tahun 2024 dan 3x penurunan lagi di tahun 2025.
• Para analis melihat bahwa sebagian besar investor lebih menaruh perhatian pada ekspektasi The Fed yang lebih punya kekuatan menggerakkan mata uang dunia dibandingkan sinyal dari bank sentral lain seperti ECB. Hal ini disebabkan karena The Fed juga mempunyai dampak yang lebih besar terhadap lingkungan risiko global secara keseluruhan, yang mana saat ini aset beresiko menjadi lebih disukai, dan dengan demikian juga minat terhadap USD mulai berkurang. Tak heran US DolLar melemah terhadap Yen Jepang , setelah merosot sekitar 4,6% pada bulan ini sejauh ini. Namun, Dollar masih menguat tajam pada tahun ini karena Bank Sentral Jepang (BoJ) mempertahankan kebijakan super longgarnya. Dalam sebuah wawancara pada hari Rabu, Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan dia tidak terburu-buru untuk menghapuskan kebijakan moneter longgar tersebut karena risiko inflasi berada jauh di atas 2% dan laju percepatannya juga terbilang lambat.
• KOMODITAS: Harga MINYAK turun karena semakin banyak perusahaan pelayaran yang menyatakan siap transit di rute Laut Merah contohnya Maersk dari Denmark (walaupun Hapag Lloyd dari Jerman masih ragu untuk melintasi Laut Merah dan akan memilih jalur alternatif melalui Cape of Good Hope), sehingga mengurangi kekhawatiran akan gangguan pasokan akibat ketegangan di Timur Tengah yang terus meningkat. Di sisi lain, data dari Energy Information Administration menyatakan bahwa stok Minyak mentah AS ternyata tergerus 7.1juta barrel, jauh di atas perkiraan minus 2.7juta barrel saja ; sehingga kelangkaan Minyak di AS ini sedikit membatasi drop nya harga Minyak secara keseluruhan. Minyak mentah AS atau WTI turun sekitar 3% menjadi USD 71,90 per barel dan Brent berada di USD 78,38, turun 1,59% hari ini.
• Sementara itu, harga EMAS melemah, tertekan oleh kenaikan US Dollar dan imbal hasil Treasury setelah emas mencapai level tertinggi dalam lebih dari tiga minggu pada sesi tersebut . Walau harga emas di pasar spot turun 0,5% namun masih bertahta di level USD 2.066 per ounce.
• IHSG pun melanjutkan rally akhir tahun ke titik penutupan tertinggi terbaru di tahun ini pada level 7303, selangkah lagi menuju level all-time-high sekitar 7355-7377 yang menjadi TARGET AKHIR TAHUN lanjutan dari NHKSI RESEARCH. Sejauh ini IHSG telah berhasil menanjak 6.6% dari awal tahun. Dana asing terlihat mulai bersemangat membanjiri market Indonesia dengan angka Foreign Net Buy kemarin terdata sebesar IDR 1.06 triliun (RG market), menjumlahkan angka YTD menjadi IDR 6.54 triliun (RG market). Pada hari perdagangan terakhir 2023 ini, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa capital market global finally menikmati window dressing di tahun yang penuh tantangan ini dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik menanti di 2024.

Company News
• ITMG: Capex Naik Dua Kali Lipat di Tahun 2024
• ERAA: Injeksi Modal Anak Usaha
• CUAN: Bentuk AMP

Domestic & Global News
• Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Desember 2023 Merosot ke 51,32
• Maersk Pulihkan Jadwal Berlayar Kapal Kontainer ke Terusan Suez

Download full report HERE.