Ketiga indeks utama Wall Street kompak ditutup melemah di atas 1% pada Jumat lalu, dipicu oleh data Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index (Jan.), yang gunanya untuk level Inflasi terukur oleh The Fed; melonjak ke level 5.4% yoy (naik 0.6% mom). Hasil ini tidaklah mengherankan karena laporan Consumer Spending (Jan.), yang mendukung 2/3 aktivitas ekonomi AS, lompat 1.8% bulan lalu (di atas ekspektasi 1.3%). Penjualan rumah baru atau New Home Sales (Jan.) juga naik ke angka 670 ribu (di atas forecast & previous number sekitar 620 ribuan). Dengan kekuatan daya beli masyarakat seperti ini, pasar melihat bahwa Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi sampai ke level puncak 5.25%- 5.5% pada bulan Juni nanti. Sementara dari belahan dunia lain, tingkat Inflasi tahunan Jepang naik ke level 4.3% (Jan.) vs 4% pada bulan sebelumnya (merupakan level tertinggi sejak Desember 1981) dipicu oleh harga komoditi impor dan lemahnya nilai tukar Yen. Ekonomi Jerman terkontraksi 0.4% pada 4Q22 (lebih buruk dari perkiraan minus 0.2%), merupakan tanda awal resesi yang muncul pertama kalinya dalam 2 tahun.

Di lain pihak, IHSG berhasil ditutup positif pada penghujung pekan lalu, didukung oleh Foreign Net Buy sebesar IDR 76.73 milyar; walau belum berhasil lalui level kritikal 6900. Kenyataan bahwa Resistance MA10 & MA20 menghalangi tepat pada titik High kemarin 6880 plus ditambah negatifnya sentimen regional market, menimbulkan kekhawatiran bahwa konsolidasi hari ini akan berlanjut kembali; setidaknya menguji Support dari level previous Low dan MA50 di range: 6825-6780. NHKSI RESEARCH menyarankan para investor/trader pasar modal Indonesia untuk tidak terburu-buru menambah posisi portfolio dan siap siaga manakala harus kembali kurangi posisi.

Download full report HERE.