Ketiga indeks utama AS membukukan kenaikan di atas 1% di posisi tertinggi 14 bulan, seiring para investor menyikapi data ekonomi yang mendukung pemikiran bahwa US Federal Reserve sudah hampir mengakhiri trend naik suku bunga acuan yang agresif. Yield obligasi negara juga agak tergelincir didukung oleh data ekonomi yang menunjukkan inflasi yang menjinak, dengan demikian mengurangi kekhawatiran akan kemungkinan naik suku bunga ke depannya dan mengantar saham-saham teknologi raksasa seperti Apple and Microsoft ke titik rekor tertinggi. FYI, sepanjang 2023 ini S&P500 sudah merangkak naik 15% sedangkan Nasdaq menguat sekitar 32%, didukung oleh tanda-tanda ekonomi yang kuat, laporan kinerja perusahaan di atas ekspektasi, dan potensi trend naik suku bunga acuan AS segera berakhir. Data ekonomi melaporkan US Retail Sales secara tak terduga naik di bulan May seiring para konsumen meningkatkan belanja atas berbagai barang termasuk kendaraan. Initial Jobless Claims rilis di angka 262 ribu, lebih tinggi dari perkiraan para ekonom di 249 ribu. Harga barang impor turun di bulan Mei dan penurunan tahunannya adalah yang terdalam selama 3 tahun. Saat ini para pelaku pasar melihat 67% kemungkinan naiknya suku bunga sebesar 25 bps pada FOMC Meeting bulan Juli, diikuti dengan potensi pemotongan suku bunga di bulan Desember, seperti dilansir dari CME Group Fedwatch Tool. Dari benua Eropa, European Central Bank menaikkan suku bunga untuk ke delapan kali berturut-turut, sesuai ekspektasi sebesar 25 bps membawa posisi deposit rate di 3.5% dan borrowing cost di tingkat 4%. ECB juga memberi sinyal masih ada potensi kenaikan selanjutnya dalam rangka memerangi inflasi Eurozone yang masih bertengger di level 7%, untuk turun ke level target ECB di 2%. Adapun laporan Inflasi (Mei) Eurozone menjadi perhatian pasar sore nanti jam 16.00 WIB dengan konsensus melandai ke 6.1%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada Mei 2023 sebesar USD 440 juta. Itu merupakan capaian surplus selama 37 bulan berturut-turut, namun besarannya paling rendah sejak Mei 2020. Adapun surplus ini merosot dari USD 2,90 miliar pada bulan yang sama tahun 2022, jauh di bawah konsensus pasar USD 3,02 miliar. Walau demikian, Ekspor & Impor menorehkan rapor positif dengan naik signifikan di atas ekspektasi, masing-masing sebesar 1% dan 14.35% yoy. Naiknya ekspor sebagian besar bersumber dari ekspor nonmigas sebesar +1.9% yoy (vs -30% yoy di Apr23), sedangkan peningkatan impor bersumber dari semua jenis barang terutama impor barang modal dan barang konsumsi sebesar +60% dan +36,5% yoy (vs -7% dan -18% yoy di Apr23). Fakta ini mengindikasikan adanya peningkatan aktifitas ekonomi domestik dan optimisme iklim usaha yang lebih tinggi ke depannya. Menimbang sentimen yang bergulir di pasar, NHKSI RESEARCH memperkirakan IHSG masih punya potensi untuk menutup penghujung pekan ini dengan notasi bullish (atau setidaknya Sideways) menguji Resistance penentu 6735-6765. Saran Average Up accordingly masih paling bijak untuk diterapkan.
Download full report HERE.