Indeks saham utama AS ditutup solid di teritori positif pada perdagangan Rabu (12/07/23), dipimpin oleh Nasdaq dengan penguatan 1% setelah data ekonomi menunjukkan Inflasi mampu kembali melandai sehingga CPI Juni tercatat tumbuh dengan laju terlambat selama 2 tahun atau sejak Maret 2021. Secara bulanan, US  CPI (Juni) naik 0.2% setelah tumbuh 0.1% pada bulan Mei, namun secara tahunan, US CPI kini melaju di level 3% YoY, dibanding 4% bulan Mei. Adapun data tersebut menggarisbawahi ekspektasi bahwa Federal Reserve tidak perlu menaikkan suku bunga lagi setelah 25bps yang telah direncanakan pada FOMC Meeting bulan Juli ini. Namun yang masih jadi pertimbangan adalah posisi Core CPI (Juni) yang masih berada di level 4.8% YoY (walau berhasil mendingin dari bulan Mei di 5.3%); namun masih 2x lebih tinggi dari target 2% Federal Reserve. Ini pastinya masih akan jadi bahan perdebatan ke depan terkait kelanjutan kebijakan moneter ketat dari The Fed. Sentimen lain yang menggerakan pasar adalah S&P500 banks index yang merangkak naik 0.6%; di mana para pelaku pasar menantikan rilis kinerja dari bank-bank besar seperti JPMorgan Chase pada hari Jumat yang akan memulai musim laporan keuangan 2Q23. Para investor juga tengah mencerna berita bahwa perjalanan Menteri Keuangan AS Janet Yellen ke China telah meningkatkan harapan Beijing bahwa tarif impor barang China dapat dikurangi. Malam nanti AS akan kembali mengambil perhatian para pelaku pasar di mana data Initial Jobless Claims mingguan dan PPI (Juni) akan kembali jadi sorotan. Di sisi lain, Dollar drop ke titik terendah dalam lebih dari 1 tahun dan US Treasury anjlok sebagai imbas dari rilis data Inflasi AS yang telah mendingin. Dollar Index turun ke level 100,54, terendah sejak April 2022, dan terakhir turun 1% pada 100,55, di jalur persentase kerugian harian terbesar sejak awal Februari. Dari belahan timur dunia, Korea Selatan melaporkan Unemployment Rate (Juni) bertumbuh di tingkat 2.6% (vs 2.5% on May). Pagi ini pun mereka telah melaporkan Export & Import Price Index (Juni) yang semakin drop di bawah perkiraan. Menyusul hari ini bank sentral Korea Selatan akan menentukan keputusan terkait suku bunga yang sedianya tetap ditahan flat pada 3.5%. Sementara Jepang melaporkan Core Machine Orders (Mei) yang anjlok tajam di luar dugaan baik secara tahunan maupun bulanan. Tak heran, angka PPI (Juni) mereka pun meleset di bawah ekspektasi, bahkan masih terjadi deflasi secara bulanan 0.2% MoM (Mengikuti -0.7% pada bulan Mei). Adapun Indonesia juga melaporkan Retail Sales (Mei) yang melemah cukup signifikan yang mana pertumbuhannya malah minus 4.5% YoY, dibanding bulan April yang masih positif 1.5%. Aura perlambatan ekonomi tampaknya mulai semakin terasa di benua Asia. Yang akan menjadi sorotan adalah angka Export & Imports China (Juni) di mana ekspor diharapkan mulai meningkat ke 0.5% YoY, sedangkan impor diprediksi malah semakin melambat pada – 6.1% YoY. Secara keseluruhan, data tersebut akan menyimpulkan Trade Balance China yang diharapkan mampu menambah pundi-pundinya menjadi USD93.9 miliar, bertumbuh dibanding bulan sebelumnya pada USD65.81 miliar. Sementara dari benua Eropa, Inggris akan melaporkan GDP (Mei) dimana pertumbuhan bulanan malah diprediksi tumbuh minus 0.4% dibanding 0.2% pada April. Situasi pertumbuhan negatif juga telah diprediksi masih menghantui Industrial & Manufacturing Production Inggris pada bulan Mei yang laporannya segera dirilis siang ini, beserta Trade Balance (Mei). French CPI (Juni) menyusul kemudian di mana mereka berharap mampu jinakkan Inflasi ke level 4.5% YoY dari 5.1% di bulan Mei. Bicara mengenai komoditas, persediaan minyak AS kali ini ternyata masih berlebih jauh di atas perkiraan, kemungkinan berpotensi menekan harga Crude Oil yang kini tengah merangkak naik ke USD75.83 / barrel, namun kemungkinan tersebut sepertinya telah tertutup oleh sentimen pemangkasan produksi yang telah diumumkan sebelumnya oleh OPEC+.

Menimbang sentimen yang bergulir di market, NHKSI RESEARCH memperkirakan bullish IHSG akan mampu berlanjut seiring telah keluarnya lebih banyak kejelasan tentang situasi Inflasi AS & gambaran trend suku bunga ke depannya. Para investor/trader diperkenankan memanfaatkan sentimen positif ini demi meraih profit yang optimal dengan menambah posisi pembelian di bursa; mengekor langkah Foreign Net Buy kemarin yang tercatat sebesar IDR545.23 miliar.

Download full report HERE.