Today’s Outlook:

MARKET AS: Yield US Treasury tenor 10 tahun menyentuh titik tertinggi 4 bulan setelah data menunjukkan permintaan tenaga kerja yang kuat, dengan demikian memicu kekhawatiran Federal Reserve akan menunda pemotongan suku bunga. US Dollar juga sempat menyentuh titik tertinggi 4 bulan sebelum ditutup lebih rendah, seiring antisipasi atas pemerintah Jepang yang akan mengintervensi Yen, membatasi kekuatan Dollar atas mata uang Negeri Sakura tersebut. Dollar Index yang mengukur kekuatan USD atas 6 mata uang major dunia lainnya, tergerus 0.21%; sementara Emas mencatatkan puncak harga terbaru. Yield US Treasury sesungguhnya telah mulai naik hari Senin semenjak data manufaktur tumbuh ekspansif ke atas angka 50 untuk pertama kalinya sejak September 2022 dan PCE price  index pekan lalu pun direvisi lebih tinggi untuk bulan Januari seiring belanja masyarakat booming di bulan Februari. US10YT menyentuh yield 4.405%, terkuat sejak 28 November. Sementara obligasi negara AS tenor 2 tahun yang paling merefleksikan perkiraan suku bunga, jatuh 2.5 bps ke yield 4.693%. Dua pejabat penting bank sentral AS kembali menyuarakan tidak perlu buru-buru memangkas suku bunga apabila Inflasi masih di atas target bank sentral 2%. Alat survey CME FedWatch Tool menyatakan saat ini peluang pemotongan Fed Fund Rate di bulan Juni sebesar 62%, turun dari probabilitas 70% sepekan lalu. Data tenaga kerja akan jadi fokus pelaku pasar pekan ini, di mana laporan penting Nonfarm Payroll bulan Maret sedianya akan dirilis hari Jumat dengan perkiraan adanya 205 ribu pekerjaan baru di bulan  Maret, melambat dari 275 ribu di bulan Februari, di mana ekonomi AS diharapkan mendarat pada kondisi soft-landing (di kala Inflasi mampu melandai namun ekonomi secara keseluruhan tidak begitu terdampak negatif). Dalam rangkaian laporan tenaga kerja, hari ini giliran ADP Nonfarm Employment Change yang diperkirakan akan memberikan angka lebih tinggi di bulan Maret sebesar 148 ribu, dibanding 140 ribu pada Februari. Tak lupa akan dipantau angka PMI manufaktur dari S&P Global dan PMI service dari ISM, melengkapi statement lain dari pejabat penting The Fed berikutnya.

DATA EKONOMI AS: JOLTs Job Openings yang mendata permintaan tenaga kerja alias lowongan pekerjaan, justru naik 8000 ke angka 8.756 juta pada bulan Februari, lebih tinggi dari pembacaan Januari yang direvisi lebih rendah menjadi 8.748 juta; demikian dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS. Pelaku pasar menyikapi kenyataan bahwa ekonomi AS masih terbilang kuat di tengah trend naik suku bunga yang tampaknya punya resiko sulit turun dalam waktu dekat.

MARKET EROPA: Aktifitas manufaktur EUROZONE terkontraksi dengan laju yang semakin menukik pada bulan Maret, seiring permintaan terus melemah dan Inflasi JERMAN pun melandai. Obligasi negara Jerman tenor 10 tahun jatuh 1.2 bps ke level yield 2.398%. Hari ini akan dinantikan data Inflasi Eurozone yang lebih luas, yang akan memberi indikasi mengenai kapan European Central Bank akan memulai pemotongan suku bunga.

MARKET ASIA: Yen Jepang berbalik menguat 0.03% versus Dollar pada level 151.57 setelah sempat terdepresiasi ke 151.79. Pemerintah Jepang mulai merasa urgensi untuk intervensi Yen Jepang yang kian rontok sempat ke level 151.975/USD demi mengendalikan gerakan mata uang yang liar tersebut. Dalam pekan PMI, JEPANG dan CHINA akan laporkan Services PMI mereka hari ini.

KOMODITAS: Harga MINYAK Brent sempat menyentuh level USD 89/barrel untuk pertama kalinya sejak bulan Oktober (sebelum akhirnya ditutup pada angka USD 88.92/barrel), seiring munculnya ancaman baru atas persediaan minyak global dari serangan teranyar Ukraina pada fasilitas energi Russia di hari Selasa. EMAS mencapai titik rekor terbaru secara para trader memburu aset safe-haven terkait meningkatnya tensi geopolitik di wilayah Timur Tengah, seraya mengacuhkan Dollar yang masih menguat dan goyahnya peluang pemotongan suku bunga AS. Spot harga emas sempat menyentuh USD 2276.89/ounce; sementara futures emas malah lebih tinggi lagi 1.1% di angka USD 2281.8/ounce. Apresiasi harga minyak juga yerbantu oleh data persediaan minyak mentah AS yang anjlok lebih banyak dari ekspektasi, Seperti di laporkan oleh American Petroleum Institute untuk pekan yang berakhir 29 Maret, tergerus 2,3 juta barel (lebih tinggi dari perkiraan 2 juta barrel) menyusul penambahan 9.3 juta barrel di pekan sebelumnya. Hari ini giliran pemerintah AS yang akan merilis angka stok persediaan minyak mentah mingguan di mana diperkirakan akan berkurang 2 juta barrel.

Corporate News
Pegadaian Siap Lunasi Obligasi dan Sukuk Mudharabah, Totalnya IDR 2.2T Bertekad melunasi obligasi dan Sukuk Mudharabah, yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat, PT Pegadaian menyiapkan anggaran IDR 2,2 triliun. Sumber dana pelunasan dari pinjaman perbankan syariah. Kepala Divisi Treasury Pegadaian, Luh Putu Andarini dalam keterangan tertulisnya, yang dikutip, Selasa (2/4/2024), mengungkapkan, perusahaan akan melunasi dua surat utang yang segera jatuh tempo. Kedua surat utang tersebut adalah Obligasi Berkelanjutan V Pegadaian Tahap III Tahun 2023 Seri A senilai IDR 1,595 triliun yang akan jatuh tempo pada 26 Juni 2024. Lalu, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Pegadaian Tahap III Tahun 2023 Seri A senilai IDR 605 miliar yang akan jatuh tempo pada 26 Juni 2024. Jadi total kedua surat utang itu sebesar IDR 2.2 triliun. (Emiten News)

Domestic Issue
Kode Kemenkeu Kapan Peluncuran ST012, Penjualan Diprediksi IDR 20 Triliun Ditjen Pengelolaan, Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) dalam waktu dekat akan segera meluncurkan SBN ritel seri selanjutnya setelah sukuk ritel SR020, yakni sukuk tabungan ST012. Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan, pemerintah cukup optimistis bahwa minat investor ritel domestik terhadap SBN ritel selanjutnya pada tahun ini masih tinggi. Jika sesuai jadwal, maka ST012 akan meluncur pada 26 April-29 Mei 2024 (tentatif). “Untuk ST012 tentunya masih sangat optimis. Waktu peluncurannya insyaallah akhir April,” ujar Dwi kepada Bisnis, Selasa kemarin (2/4/2024). Lebih lanjut dia mengatakan, dari sisi pemerintah, perkembangan kebutuhan pembiayaan dan kondisi pasar, baik global maupun domestik yang berdampak terhadap pergerakan yield SBN, tetap menjadi faktor utama yang menjadi perhatian pemerintah. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan ST012 masih akan menarik, karena seri tersebut secara umum merupakan aset defensif bagi para investor, dengan sifatnya yang tidak dapat diperdagangkan (non-tradeable). Oleh karena itu, permintaan dari seri ini akan bergantung dari kondisi kupon serta pendapatan masyarakat. Josua mengatakan, mengingat Bank Indonesia (BI) diprediksi mulai melakukan pemotongan suku bunga, maka tingkat kupon ST012 ini dapat dikatakan menjadi seri yang atraktif bagi investor. Alhasil, permintaan dari investor berpotensi terus meningkat, sejalan dengan peningkatan awareness masyarakat terkait dengan SBN ritel. “Dari kondisi tersebut, kami perkirakan penerbitan seri ST012 ini akan mampu mencapai IDR 15 triliun hingga IDR 20 triliun,” pungkasnya. (Bisnis)

Recommendation

US10YT tengah mencobai Resistance level previous High 4.351%. Jika level ini confirm tertembus maka terbuka jalan penguatan menuju TARGET : yield 4.60% – 4.66%. ADVISE : AVERAGE UP accordingly.

ID10YT pullback sejenak ketika Low kemarin persis menyentuh MA10 / yield 6.678%. Masih ada potensi Uptrend ini berlanjut naik ke arah Resistance / TARGET berikutnya : yield 6.80% – 6.81%. ADVISE : AVERAGE UP di atas yield 6.75%.

Download full report HERE.