Today’s Outlook:
MARKET AS: Yield US Treasury benchmark tenor 10 tahun menyentuh titik tertinggi 16tahun sehari setelah Fed Chairman Jerome Powell berkomentar bahwa perjalanan memerangi Inflasi ke Target bank sentral di level 2% masih jauh. Seperti diketahui, kesimpulan rapat dua hari FOMC Meeting, menetapkan suku bunga acuan tetap di level saat ini 5.25%-5.50% (sesuai ekspektasi). Namun proyeksi ekonomi yang kuat ke depannya menunjukkan bahwa suku bunga tinggi akan tetap bertahan untuk beberapa waktu lamanya, beresiko menghilangkan potensi pemotongan suku bunga sebelum 2025. Ditambah lagi dengan rilis data Initial Jobless Claims mingguan yang ternyata drop 9% ke titik terendah dalam 8 bulan, semakin meyakinkan The Fed bahwa pasar tenaga kerja masih ketat, mendukung pertumbuhan upah, dan membuktikan bahwa ekonomi cukup resilisien untuk menghadapi suku bunga tinggi lebih lama lagi. Klaim pengangguran mingguan dirilis hanya 201ribu, lebih rendah dibanding perkiraan 225ribu dan minggu sebelumnya 221ribu.

MARKET EROPA : Pengumuman revisi Composite PMI untuk bulan Sept juga akan dirilis oleh Jerman, Euruzone, Inggris untuk menentukan apakah mereka mampu lihat perbaikan di sektor manufaktur & jasa yang masih terbenam di wilayah kontraksi. Inggris telah merilis indeks Keyakinan Konsumen paling optimis sejak awal 2022 dengan harapan ekonomi yang semakin membaik di tengah ancaman Inflasi dan pertumbuhan upah. Gfk Consumer Confidence naik untuk bulan kedua  berturut-turut ke angka -21 di bulan SEpt, dari – 25 di bulan August walaupun masih jauh lebih rendah dari rata-rata -10 yang telah berjalan sejak 1974. Data ini keluar  setelah Bank of England secara mengejutkan memutuskan untuk menahan suku bunga acuan mereka di level 5.25%, di luar ekspektasi khalayak ramai yang sudah mengantisipasi kenaikan 25bps. Lebih lanjut siang ini Inggris akan mengumumkan Retail Sales (Aug) yang diramal penurunannya sudah mulai melambat ke level -1.2% yoy ketimbang -3.2% di bulan sebelumnya.

MARKET ASIA : Pagi ini Jepang telah publikasikan National CPI di bulan Agustus yang berada di tingkat 3.2% yoy (sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya 3.3%) dan National Core CPI yang belum bergeming di angka 3.1% yoy. Sesaat lagi mereka juga akan merilis revisi au Jibun Bank Japan Manufacutinrg & Services PMI (Sept.), sebelum mengumumkan keputusan suku bunga yang sepertinya masih akan dipertahankan tetap super longgar di level negatif -0.1% seperti sejak awal tahun 2016.

INDONESIA : Bank Indonesia kembali menahan suku bunga acuan BI7DRR di level 5.75%. Tekanan besar yang dihadapi oleh nilai tukar Rupiah ditambah resiko lonjakan harga pangan dan minyak mentah dunia, mempersempit ruang bagi Bank Indonesia dalam menimbang dimulainya siklus pemangkasan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat. DPR dan pemerintah sepakat atas APBN 2024, dimana defisit ditetapkan sebesar IDR522,8 triliun atau 2,29% terhadap PDB, pendapatan negara sebesar IDR2.802,3 triliun, belanja negara IDR3.325,11 triliun, dan pembiayaan sebesar IDR522,8 triliun. Lebih lanjut, asumsi dasar ekonomi makro tahun 2024 disepakati dalam UU APBN 2024 adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi 5.2%, laju Inflasi 2.8%, nilai tukar Rupiah: IDR15.000/USD, tingkat suku bunga SBN 10 tahun 6.7%, harga minyak mentah USD82/barrel. Adapun indikator sasaran pembangunan dalam RAPBN 2024 disepakati sebagai berikut: tingkat pengangguran terbuka 5.0% – 5.7%, tingkat kemiskinan 6.5% – 7.5%.

KOMODITAS : Rusia sebagai salah satu pemasok utama solar ke pasar global, untuk sementara membatasi ekspor bahan bakar tersebut. Hal ini merupakan upaya untuk menstabilkan pasar bahan bakar dalam negeri setelah harga bahan bakar kendaraan melonjak. Tindakan ini juga berlaku untuk bensin, meskipun Rusia lebih sedikit mengekspornya. Langkah ini mungkin akan semakin memperburuk kelangkaan bahan bakar diesel di pasar global saat ini, setelah pembatasan produksi yang telah dilakukan oleh Arab Saudi & Rusia beresiko menghilangkan 1.3 juta barrel minyak mentah dari pasaran global setidaknya sampai akhir tahun ini. Sementara itu China dilaporkan semakin memacu impor batu bara berkualitas tinggi dari Australia & Rusia, alih-alih dari Indonesia yang batu baranya dinilai berkualitas lebih rendah meski harganya murah. Tindakan tersebut didasari pemikiran Beijing untuk mengimbangi buruknya kualitas batu bara yang ditambang dari dalam negeri mereka sendiri. Dollar Index (DXY) menyentuh level tertinggi 6 bulan, menekan minat beli komoditas berbasis dollar oleh pembeli dari negara non-AS.

Corporate News
Grup Sinar Mas Lontar Papyrus Tawarkan Obligasi IDR 1.8 Triliun, Kupon Dobel Digit Perusahaan kertas Grup Sinar Mas, PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry menawarkan obligasi IDR 1.8 triliun dalam tiga seri. Sejumlah seri memiliki kupon di atas 10%. Dalam prospektus penawaran obligasi, Lontar Papyrus akan menawarkan Obligasi Berkelanjutkan II Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry Tahap II Tahun 2023 dengan jumlah pokok IDR 1.8 triliun. Obligasi tersebut merupakan dari rencana obligasi berkelanjutan II senilai IDR 7 triliun. Sebelumnya, perusahaan sudah menerbitkan obligasi IDR 3 triliun pada tahap I. (Bisnis)

Domestic Issue
Dampak Nyata El Nino, Dana Asing di Pasar SBN Minggat IDR 17.7 Triliun Asing ramai meninggalkan pasar Surat Berharga Negara (SBN) selama dua bulan terakhir. Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan, aliran keluar (outflow) dana asing di pasar SBN domestik tercatat IDR 17.7 triliun sejak Agustus–14 September 2023. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, tekanan bagi pasar SBN tercermin dari naiknya pergerakan yield obligasi. Di bulan September ini, pergerakan yield obligasi tenor 2 tahun pun masih dalam tren kenaikan yang sejalan dengan naiknya yield pada seri-seri obligasi bertenor panjang.  ukan hanya Indonesia, kenaikan yield jangka panjang memang terjadi di kawasan Asia yang disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi bahwa inflasi akan menanjak di sebagian besar Asia. Alhasil, kenaikan ekspektasi inflasi ini berdampak pada kenaikan yield obligasi bertenor panjang di kawasan Asia. “Sumber dari meningkatnya ekspektasi inflasi berasal dari dampak El-Nino kepada suplai beras di kawasan Asia, serta tren kenaikan harga energi dalam 1 bulan belakangan,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis kemarin. (Kontan)

Recommendation
US10YT mantap menuju TARGET upper channel di sekitar 4.546%. ADVISE : let your profit run ; selama yield masih di atas MA10 = belum urgent utk jual. Support MA10 : 4.352%.

ID10YT sekali lagi mencobai area Resistance upper channel pada range : yield 6.789% – 6.85% walau sebelumnya telah muncul candle serupa Shooting Star (indikasi bearish reversal) ; sementara RSI pun masih konsisten menunjukkan negative divergence. ADVISE : SELL ON STRENGTH sekitar area resistance. Support yield : 6.748% / 6.692% / 6.685% / 6.564%.

Download full report HERE.