Today’s Outlook:
Wall Street ditutup luluh lantak di teritori negatif pada perdagangan hari Rabu (02/08/23), dengan S&P500 dan Nasdaq Composite turun untuk hari kedua berturut turut dipicu aksi profit-taking para investor dari rally lima bulan, sehari setelah lembaga pemeringkat Fitch memangkas peringkat kredit pemerintah AS. Fitch menurunkan peringkat Amerika Serikat menjadi AA+ dari AAA pada Selasa malam, seraya menyatakan perkiraan penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan serta meningkatnya utang pemerintah. Fitch adalah agensi besar kedua yang memotong peringkat negara ini setelah Standard & Poor’s pada tahun 2011 mengeliminasi AS dari negara berperingkat triple-A. Di sisi lain, beberapa pialang besar mengatakan penurunan peringkat sedianya tidak mungkin menghasilkan hambatan yang berarti di pasar keuangan AS, mengingat ekonomi sekarang lebih kuat daripada saat S&P menurunkan peringkatnya pada 2011. Dengan pasar memasuki Agustus yang memang bulan lambat secara musiman, penurunan peringkat Fitch menawarkan peluang bagi investor untuk beristirahat sejenak dari kegiatan trading/pasar. Sementara itu, laporan ADP Nonfarm Employment Change (Juli) menunjukkan penerimaan tenaga kerja di sektor swasta meningkat cukup jauh dari yang diperkirakan pada bulan Juli menjadi 324 ribu (versus forecast 189 ribu). Meskipun laporan pekerjaan swasta lebih panas dari perkiraan, beberapa ekonom percaya bahwa pasar tenaga kerja melambat sebagai efek dari trend naik suku bunga Federal Reserve. Di satu sisi, ketahanan pasar tenaga kerja yang berkelanjutan dapat melindungi ekonomi dari resesi. Meskipun masih ada ketakutan akan resesi, perusahaan Amerika terus menunjukkan kinerja yang baik. Hampir 80% dari emiten S&P500 telah melaporkan pendapatan di atas ekspektasi analis, seperti dilansir data Refinitiv ; yang juga menyatakan bahwa hal ini menempatkan 2Q23 di jalur tingkat pendapatan tertinggi sejak kuartal ketiga tahun 2021. Para investor pasar modal Indonesia juga ditengarai tengah mencerna rilis data ekonomi Inflasi dan S&P Global Indonesia Manufacturing PMI yang naik ke level 53.3 di bulan Juli, dari 52.5 di bulan Juni ; merupakan pertumbuhan ekspansif 23 bulan berturut-turut pada aktifitas pabrikan. Sore menjelang malam nanti, dunia akan menyorot keputusan suku bunga dari Bank of England yang diperkirakan akan naik 25bps ke level 5.25%. Malam harinya , para pelaku pasar akan memusatkan perhatian pada data US Initial Jobless Claims, S&P Global Composite (Juli), Factory Orders (Juni), serta US ISM Non-Manufacturing PMI (Juli).

Corporate News
Konversi Obligasi Jadi Saham – IFC Resmi Jadi Pemegang Saham Adi Sarana IFC (The International Finance Corporation), institusi keuangan internasional anggota dari Bank Dunia telah resmi menjadi pemegang saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), melalui konversi obligasi konversi menjadi saham. IFC menggunakan haknya untuk mengubah obligasi konversi tersebut menjadi 97,443,900 lembar, atau setara dengan 2.64% dari total saham ASSA. Direktur Utama ASSA, Prodjo Sunarjanto dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, masuknya IFC diyakini akan memperkuat citra ASSA sebagai perusahaan yang kredibel baik di mata para mitra bisnis maupun investor publik. Selain itu, lanjutnya, perseroan optimis akan dapat meraih peningkatan laba dua digit pada akhir tahun ini dibandingkan laba tahun 2022. Optimisme tersebut muncul seiring keberhasilan langkah efisiensi perusahaan sehingga mendorong perbaikan operasional anak usaha logistik dan kurir ekspress Anteraja pada kuartal dua 2023 ini jika dibandingkan kuartal empat 2022. (Neraca)

Domestic Issue
Sri Mulyani Beberkan Surat Utang RI Diburu Investor Menteri Keuangan Republik Indonesia (Menkeu RI) Sri Mulyani Indrawati membeberkan tingginya minat investor atas Surat Berharga Negara (SBN), salah satunya terlihat dari tren penguatan hingga akhir Juli. Sri Mulyani menyebut penguatan yield SBN didukung oleh dua hal yakni inflasi yang relatif rendah dan kebijakan penerbitan utang RI. Lebih lanjut Sri Mulyani mengungkapkan bahwa laju inflasi Indonesia saat ini terkendali dan relatif rendah dibanding kondisi inflasi global yang sangat tinggi. Adapun terkait kebijakan penerbitan utang, SMI menyebut pemerintah saat ini telah mengurangi target penerbitan surat berharga negara seiring dengan kinerja APBN yang surplus, “Kinerja perekonomian kita yang baik dan dasar keuangan stabil dan kondusif membuat investor terutama investor asing memiliki confidence membeli pasar di SBN yang mencapai Rp 91,86 triliun YTD,” terang Sri Mulyani. Sri Mulyani membeberkan kondisi ini merupakan prestasi yang membanggakan, mengingat investor masih terus menyerbu SBN di tengah volatilitas pasar keuangan global dan kenaikan suku bunga acuan AS (Federal Fund Rate/FFR). (CNBC Indonesia)

Recommendation
Uptrend US10YT hampir lalui Resistance dari level previous High 4.094%. ADVISE : tunggu confirm break out sebelum Average Up. TARGET : yield 4.243% – 4.338%.

ID10YT lolos Resistance MA50, menempatkan yield 6.303% sebagai Support terdekat saat ini . ADVISE : Average Up accordingly. TARGET : yield 6.384%.

Download full report HERE.