Wait and See jelang rilis BI 7DRR, dan pudarnya efek inflasi AS, mewarnai pasar sepekan. Data BI 7DRR yang baru rilis Kamis sore menjelang penutupan bursa, diikuti perdagangan Jumat atau akhir pekan, membuat NHKSI Research melihat investor relatif bertahan, dan berpotensi lebih banyak melakukan keputusan investasi pada perdagangan pekan ini.

Corporate Bonds
INKP: Laba 9M22 Naik 65%. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) mencetak laba bersih senilai USD647,18 juta dalam 9M22 atau naik 65,8% YoY. Penjualan tumbuh 19,63% menjadi USD2,998 miliar yang ditopang peningkatan penjualan kertas industri, tissue dan lain-lain yang meningkat 6,2% menjadi USD1,131 miliar. Walau beban pokok penjualan naik 8,18% menjadi USD1,784 miliar, namun laba kotor tetap naik 41,5% menjadi USD1,213 miliar. (Emiten News)

Domestic Issue
Neraca Pembayaran Indonesia 3Q22 Defisit USD 1,3 Miliar. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatatkan defisit USD 1,3 miliar di 3Q22. Meski defisit, NPI dinilai masih tetap kuat sehingga dapat menopang ketahanan eksternal. Tercatat, surplus transaksi berjalan sebesar USD 4,4 miliar atau 1,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Bahkan nilai transaksi berjalan tersebut lebih tinggi dari pencapaian surplus pada kuartal sebelumnya sebesar USD 4 miliar, atau 1,2% dari PDB. (Kontan)

Recommendation
Minimnya sentimen domestik pekan ini, membuat investor kembali mencerna dampak kenaikan BI 7DRR 50Bps ketiga kalinya. Adapun sentimen eksternal, China diproyeksikan kembali menahan suku bunga acuan kredit, guna mendukung pertumbuhan ekonomi, namun tanpa mendorong nilai Yuan lebih rendah. Data menunjukkan 1Y dan 5Y Loan Prime Rate China Nov., masing-masing diproyeksikan berada pada level 3,65% dan 4,30% (Vs. Okt. 3,65% dan 4,30%), berdasarkan survei Bloomberg. People’s Bank of China (PBOC) diprediksikan kembali mempertahankan suku bunga acuan kredit untuk bulan ketiga berturut-turut, menopang ekonomi yang melambat dan mengantisipasi capital outflow dari China.

Download full report HERE.