Today’s Outlook:
MARKET AS: Kabar tak mengenakkan datang dari Moodys, lembaga pemeringkat utang di mana hari Jumat lalu memangkas outlook utang AS dari stabil menjadi negatif, mengutip defisit fiskal yang besar dan menurunnya kemampuan mengatasi utang; walau tetap menegaskan kembali rating jangka panjang “Aaa”. Peringatan ini datang tepat pada waktu ancaman government shutdown kembali mengudara, di mana saat ini deadline tertanggal 17 November untuk Kongres menyepakati  perpanjangan dana operasional demi membuat roda pemerintahan tetap berputar. US CPI (Okt.) diramal melambat menjadi 0.1% mom dan 3.3% yoy, melandai dari posisi bulan sebelumnya 0.4% secara bulanan dan 3.7% secara tahunan. Jika pendinginan Inflasi ini mampu terealisir, mungkin akan sedikit memudarkan pandangan hawkish Federal Reserve Chairman Jerome Powell dan koleganya yang pekan lalu mengatakan bahwa perang melawan Inflasi mungkin belum usai dan tetap terbuka kemungkinan untuk kenaikan suku bunga. Para investor memperkirakan terdapat hampir 86% peluang The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Desember, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

MARKET ASIA : Jepang laporkan Inflasi di tingkat produsen bulan Oct terdata 0.8% yoy (lebih rendah dari forecast maupun bulan sebelumnya), serta meneruskan deflasi secara bulanan -0.4% mom . Machine Tool Orders dari Jepang kembali terdata drop 20.6% yoy, semakin anjlok dari periode sebelumnya yang sudah minus 11.2%. Di negara tetangga, China merilis data New Loans bulan Oct yang ternyata lebih besar dari perkiraan senilai CNY 738.4milyar, namun tetap tidak mengubah posisi Outstanding Loan Growth (oct) di posisi 10.9% yoy.

MARKET EROPA : Siang nanti Inggris akan publikasikan sejumlah data terkait ketenagakerjaan seperti tingkat pengangguran atau Claimant Count Change (Oct) , pertumbuhan rata2 Upah, serta Unemployment Rate bulan Sept dimana diprediksi masih relatif sama dengan bulan August di tingkat 4.2%. Sore menjelang malam , Jerman merilis ZEW Economic Sentiment untuk menjelaskan optimisme pasar memandang dunia usaha 6 bulan ke depan, diperlengkap oleh Zona Euro yang akan rilis update GDP kuartal 3 di mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat baik secara bulanan maupun tahunan.

KOMODITAS : Harga Minyak global menguat menyusul penurunan tajam pekan lalu di tengah kekhawatiran melemahnya demand global, terutama dari China, sang importer terbesar minyak bumi. Dalam laporan bulanan terbarunya mengenai supply & demand Minyak dunia, OPEC menaikkan perkiraan permintaan minyak dunia pada tahun 2023 menjadi 2,46 juta barel per hari, atau bph – naik 20.000 dari perkiraan sebelumnya. Pada tahun 2024, OPEC melihat permintaan meningkat sebesar 2,25 juta barel per hari, tidak berubah dari bulan lalu. Pertanyaannya sekarang adalah apakah anggota OPEC+, Rusia dan Arab Saudi akan terus melakukan pemangkasan produksi setelah bulan Desember. Pandangan ini tak pelak mengirim harga Minyak WTI dan Brent masing-masing naik 1.4% setelah pekan lalu keduanya rontok 3% – 4%. Sejauh ini , pandangan hawkish yang dipertahankan para pejabat The Fed menjaga US Dollar tetap tinggi, membebani sentimen pasar Minyak bagi negara—negara non-AS.

Corporate News
Refinancing Obligasi IDR 415 Miliar, Peringkat Ketrosden Triasmitra Ditegaskan idAAA(cg) PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idAAA(cg) terhadap Obligasi I Tahun 2020 Seri A PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR) senilai IDR 415 miliar yang akan jatuh tempo pada tanggal 8 Januari 2024. “KETR berencana melakukan pembiayaan kembali (refinancing) terhadap obligasi yang akan jatuh tempo tersebut menggunakan pinjaman baru dari kreditur saat ini,” tulis Pefindo dalam keterangan resminya. Pefindo memandang bahwa tingkat kemungkinan KETR memperoleh pinjaman tersebut relatif tinggi mempertimbangkan kreditur saat ini telah menyediakan pinjaman pembiayaan proyek dan KETR sedang dalam proses untuk mengubah peruntukan pinjaman pembiayaan proyek tersebut untuk menjadi pembayaran obligasi jatuh tempo. (Media Asuransi)

Domestic Issue
Jokowi Revisi APBN 2023: Target Perpajakan Naik, Penarikan Utang Turun Presiden Joko Widodo (Jokowi) merombak rincian anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023. Perombakan utamanya terjadi dari sisi penerimaan, belanja, hingga rencana penerbitan surat utang. Perubahan itu ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2022 tentang Rincian APBN 2023. Aturan mulai berlaku sejak diundangkan pada 10 November 2023. Khusus untuk rincian pembiayaan anggaran mengalami perubahan dari sisi pembiayaan utang, menjadi IDR 421.21 triliun atau turun sekitar 39.50% dari target pembiayaan utang dalam Perpres 103/2022 sebesar IDR 696.31 triliun. Penurunan target pembiayaan utang terjadi karena target penerbitan surat berharga negara (SBN) dipangkas menjadi IDR 437.83 triliun dari sebelumnya IDR 712.93 triliun. Sejalan dengan itu, pemerintah menaikkan penggunaan SAL menjadi sebesar IDR 226.88 triliun dari sebelumnya hanya ditetapkan IDR 70 triliun. Dengan diturunkannya rencana penarikan SBN dan peningkatan penggunaan SAL, target pembiayaan anggaran dalam APBN 2023 turun menjadi sebesar IDR 479.92 triliun, dari target sebelumnya sebesar IDR 598.15 triliun. (Detik Finance)

Recommendation
US10YT mencoba bertahan di atas Support MA10 & MA50 sekitar yield 4.63% – 4.61%. Ada potensi percobaan naik lebih lanjut menguji Resistance MA20 / 4.75% ; jika ternyata mogok di area situ maka disarankan SELL ON STRENGTH. ID10YT melejit menembus Resistance MA10 & MA50 dan saat ini tengah bertatap muka dengan lower channel sekaligus MA20 di sekitar yield 6.995%. Apakah imbal hasil obligasi Indonesia akan Kembali masuki wilayah psikologis 7.0% ? ADVISE : AVERAGE UP accordingly. Nearest Support : 6.87% – 6.86%.

Download full report HERE.