Today’s Outlook:
Market AS: Para gubernur bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuan/biaya pinjaman tidak berubah dan mengindikasikan bahwa mereka masih memperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 75 bps pada akhir tahun 2024. Para ekonom dari Goldman Sachs memperkirakan bahwa bank sentral AS akan melakukan pivot di bulan Juni, September, dan Desember untuk menggenapi ramalan 3x pemotongan suku bunga di tahun 2024. Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada Kamis pagi menambah sentimen bullish para investor. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga ternyata turun pada minggu lalu (actual: 210 ribu vs forecast 212 ribu), sementara penjualan rumah second atau Existing Home Sales di bulan Februari meningkat terbesar dalam 1 tahun (nyatanya melonjak 9.5% jauh di atas perkiraan minus 1.3%), ini merupakan tanda bahwa perekonomian tetap punya pijakan yang kuat pada kuartal pertama. Dari sudut PMI, perkiraan awal S&P Global US Composite PMI untuk bulan Maret sepertinya akan berada di level 52.2 (sesuai proyeksi), dengan sisi manufaktur yang semakin ekspansif dan sisi jasa yang sedikit terkontraksi. Data tersebut diamini oleh Philadelphia Fed Manufacturing index yang menunjukkan peningkatan di luar dugaan pada bulan Maret, menggarisbawahi perbaikan pada aktifitas manufaktur. Nanti malam para pelaku pasar akan menantikan komentar lebih lanjut dari Federal Reserve Chairman Jerome Powell.

MARKET ASIA: Inflasi Jepang di bulan Februari tumbuh sesuai ekspektasi ke level 2.8% yoy dari 2.2% di bulan sebelumnya; naik ke atas level target tahunan Bank of Japan dan menjustifikasi langkah kebijakan bank sentral Jepang baru-baru ini yang menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 17 tahun dan mengakhiri era suku bunga negatif setelah 8 tahun lamanya. Data Inflasi Jepang pagi ini melengkapi au Jibun Bank Japan Services PMI yang semakin menguat di area ekspansif; sementara Trade Balance Jepang untuk bulan Februari membukukan defisit yang lebih kecil dari ekspektasi berkat pertumbuhan Ekspor di atas perkiraan.

MARKET EROPA: sejumlah data PMI juga mewarnai pasar Eropa, di mana perkiraan awal Manufacturing PMI (Mar.) Jerman & Eurozone masih berkutat di wilayah kontraksi, namun Services PMI semakin mantap bergerak di wilayah ekspansif. Inggris juga melaporkan data PMI yang hampir sama, sebelum moment Bank of England menetapkan keputusan suku bunga acuan mereka tetap di level 5.25%. Mengakhiri pekan ini, siang nanti akan ditunggu data Retail Sales (Feb.) dari Inggris, serta German Ifo Business Climate Index (Mar.) yang akan meliput evaluasi dan ekspektasi sektor usaha di Jerman selama 6 bulan ke depan.

KOMODITAS: harga MINYAK ditutup turun pada hari Kamis, seiring makin besarnya harapan akan adanya gencatan senjata di Gaza serta menguatnya US Dollar yang membebani, walau di satu sisi prospek terbatasnya pasokan minyak mentah global masih bisa menopang harga minyak. Kedua harga minyak acuan sama-sama turun berjamaah 0.3%, membawa US WTI ke level USD 81.07/barrel dan Brent ke posisi harga USD 85.67/barrel. Reuters melaporkan bahwa AS akan mengajukan rancangan resolusi PBB pada hari Jumat yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza yang berlangsung sekitar enam minggu.

Corporate News
Wom Finance (WOMF) Siapkan Dana Lunasi Obligasi IDR 221M. PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) atau Wom Finance menyampaikan bahwa Perseroan telah menyiapkan dana untuk melunasi Obligasi Berkelanjutan IV WOM Finance Tahap III Seri A Tahun 2023. Cincin Lisa Hadi Direktur dan Corporate Secretary WOMF dalam keterangan tertulisnya Kamis (21/3) menuturkan bahwa Perseroan menyiapkan dana sebesar IDR 221 miliar untuk melunasi Obligasi yang akan jatuh tempo pada tanggal 21 April 2024. Dalam penuturannya Lisa menambahkan bahwa pelunasan Obligasi ini tidak berdampak terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha WOMF. (Emiten News)

Domestic Issue
Menakar Dampak Turunnya Suku Buka Global Terhadap Penerbitan Global Bond. Potensi menurunnya suku bunga di beberapa negara utama global seperti Amerika Serikat (AS) akan membawa kabar baik bagi Indonesia, utamanya dalam penerbitan obligasi global. Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet menilai, menurunnya suku bunga negara-negara utama global tentunya akan mempengaruhi suku bunga acuan secara umum. Sehingga untuk negara emerging market seperti Indonesia akan terbuka peluang, untuk turut menyesuaikan penurunan suku bunga acuan. Menurutnya, jika suku bunga acuan Bank Indonesia turun, maka biaya penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi lebih murah, atau imbal hasil yang diberikan menjadi lebih rendah.“Ini tentu menjadi angin segar bagi pemerintah yang ingin menerbitkan surat utang dan juga bagi swasta yang juga mencari sumber pendanaan melalui penerbitan obligasi di dalam negeri dan juga global,” tutur Yusuf kepada Kontan, Kamis kemarin (21/3). Meski begitu, Yusuf menilai, dalam menentukan kebijakan suku bunga dalam negeri, Bank Indonesia tidak hanya dinilai berdasarkan kondisi suku bunga global saja. Melainkan dengan mempertimbangkan kondisi inflasi dalam negeri. Kondisi inflasi juga, sambung Yusuf akan turut mempengaruhi rencana penerbitan surat utang pemerintah. (Kontan)

Recommendation

US10YT balik uji support MA20 pada titik Low yield 4.22% kemarin, walau saat ini yield sudah ditarik naik ke atas MA10/yield 4.246%. Menimbang semakin jelasnya prospek pemotongan suku bunga The Fed di tahun ini, yield obligasi seolah kehilangan alasan penguatan mereka untuk saat ini. ADVISE: HOLD; WAIT & SEE.

ID10YT juga seolah kehilangan motivasi yang sama, batal menembus Resistance krusial pada yield 6.663% demi membuka jalan menuju TARGET yang lebih tinggi. Support terakhir yield: 6.621%, sebelum konsolidasi berlanjut menuju Support bottom 6.57%. ADVISE: HOLD; WAIT & SEE.

Download full report HERE.