Today’s Outlook:
MARKET US: Yield US Treasury turun setelah data ekonomi menunjukkan permintaan tenaga kerja jatuh ke titik terendah 2 tahun. US JOLTs Job Openings mendata lowongan kerja di negara ekonomi terbesar dunia ini hanya tersedia 8.733 juta di bulan Oktober, lebih sedikit dibanding estimasi dan juga dari bulan sebelumnya di  sekitar angka 9,3 jutaan. Permintaan tenaga kerja yang lebih sedikit semakin mendorong naik peluang bank sentral AS dapat mulai memotong suku bunga pada bulan Maret, sebesar 65% naik dari 35% pekan lalu, seperti dilansir dari Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Sementara itu, aktivitas sektor jasa di AS justru meningkat di luar dugaan, semakin ke arah ekspansif pada level 52.7 di bulan November, dari posisi 51.8 pada bulan sebelumnya. In overall, S&P Global mencatat US Composite PMI untuk bulan November tetap aman di zona ekspansif 50.7, sesuai prediksi. Hari ini data ketenagakerjaan kedua akan kembali jadi sorotan, yaitu ADP Nonfarm Employment Change yang mendata pertambahan tenaga kerja di sektor swasta bukan pertanian. Survey diambil dari kurang lebih 400,000 entitas bisnis dan datanya dirilis dua hari menjelang data tenaga kerja di sektor publik/pemerintahan. Sekaligus yang akan diperhatikan adalah data Unit Labor Costs kuartal 3, yang mana sedianya diumumkan setelah AS merilis angka Trade Balance plus pertumbuhan Ekspor & Impor mereka di bulan Oktober.

MARKET ASIA: Korea Selatan menunjukkan data ekonomi yang solid & terkendali dengan terbukti berhasil melandaikan Inflasi (Nov.) ke angka 3.3% yoy, bahkan lebih rendah dari perkiraan 3.7%; sementara pertumbuhan ekonomi mampu melaju ke angka 1.4% yoy pada kuartal 3/2023, naik dari 0.9% di kuartal 2. Cadangan Devisa pun stabil di angka USD 417,08 miliar pada bulan November, bertambah USD 4,21 miliar dari bulan sebelumnya. Setali tiga uang di negara tetangga, tingkat Inflasi Jepang di Tokyo pada khususnya juga berhasil mendingin ke level 2.6% yoy di bulan November, turun dari 3.3% di bulan Oktober. Pada Inflasi Inti, Tokyo Core CPI (Nov.) juga menunjukkan pola melandai yang sama. Di lain pihak, pengendalian Inflasi sedikit harus dibayar dengan melemahnya aktivitas sektor jasa Jepang, di mana au Jibun Bank Japan Services PMI (Nov.) terdata muncul di angka 50.8, relatif masih aman di zona ekspansif walau agak sedikit turun dari 51.6 di bulan Oktober. Bicara mengenai PMI, kabar baik dari China di mana mereka umumkan pertumbuhan aktivitas sektor manufaktur & jasa sehingga secara komposit China semakin mantap menjejakkan kaki di wilayah ekspansif.

MARKET EROPA: Aktivitas bisnis yang lebih bersemangat juga ditunjukkan di sepanjang negara-negara Eropa utama seperti Jerman, Eurozone, Inggris yang serentak publikasikan angka PMI (Nov.) yang kian sumringah walau kebanyakan dari mereka belum keluar dari area kontraksi. Lebih lanjut siang ini, lebih banyak data akan dipantau para pelaku pasar: German Factory Orders (Okt.), Construction PMI (Nov.), serta Retail Sales (Okt.) dari Eurozone yang diharapkan akan mengemukakan daya beli masyarakat wilayah Eropa yang membaik.

KOMODITAS: Persediaan MINYAK mentah AS secara tak terduga meningkat minggu lalu, di mana American Petroleum Institute (API) melaporkan penambahan 594 ribu barrel pada hari Selasa, meleset dari perkiraan para ekonom pada minus 2,267 juta barrel; dengan demikian semakin menambah kekhawatiran akan potensi over supply pasokan Minyak mentah global menyusul keputusan pemangkasan produksi tambahan (sukarela) OPEC+ yang disepakati pekan lalu. Tak pelak hal ini membuat harga Minyak acuan AS, WTI ditutup turun 1.1%. Seperti diketahui, OPEC+ telah berjanji akan memotong produksi 2,2 juta barrel/hari dimulai tahun depan.

Harga EMAS sedikit naik di perdagangan Asia pada hari Selasa (05/12/23), stabil setelah mencapai rekor tertinggi di awal pekan didukung ekspektasi terhadap Federal Reserve yang semakin dovish dan peningkatan demand akan safe haven. Logam Mulia mengalami lonjakan besar pada awal perdagangan hari Senin, dengan harga spot sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa di USD 2,148.78 per ounce sebelum jatuh tajam dari puncaknya.

Corporate News
WOM Finance Targetkan Penerbitan Obligasi Tahun 2024 Mencapai IDR 2 Triliun PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) berencana akan  menerbitkan obligasi senilai IDR 2 triliun di tahun 2024. Selain itu untuk mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan pada tahun 2024, WOM Finance juga akan  memperoleh pendanaan melalui pinjaman pihak perbankan. Direktur Keuangan WOM Finance Cincin Lisa mengatakan pada tahun 2023, WOM Finance telah melakukan penerbitan obligasi melalui mekanisme Penerbitan Umum Berkelanjutan (PUB) IV Tahap 3 senilai IDR 1 triliun pada semester I-2023. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pertumbuhan bisnis WOM Finance. (Kontan)

Domestic Issue
Pemerintah Optimistis Pasar SBN Ritel pada 2024 Tetap Semarak Pemerintah memproyeksikan pasar Surat Berharga Negara (SBN) ritel di 2024 akan tetap semarak. Capaian di 2023, potensi penurunan suku bunga global, dan solidnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri menjadi pendorongnya. Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan mengatakan sepanjang tahun tahun ini pemerintah menerbitkan SBN ritel sebanyak tujuh kali. Dari enam SBN ritel yang telah  ditawarkan, pemerintah telah memperoleh dana IDR 127.4 triliun. Capaian tersebut masih berpotensi bertambah sebesar IDR 19.5 triliun dari penawaran Sukuk Tabungan seri ST011 yang baru akan ditutup pada Rabu (6/12). Adapun per Selasa (5/12) pukul 15.28 WIB, penjualan ST011 telah mencapai IDR 19.44 triliun. Dengan demikian, penerbitan SBN ritel sepanjang tahun ini melampaui target pemerintah sebesar IDR 130 triliun. Juga, jauh di atas realisasi tahun 2022 sebesar IDR 107.4 triliun. Berkaca dari hasil itu, Deni memperkirakan investasi SBN Ritel di 2024 masih semarak. Dari dalam negeri didorong kondisi perekekonomian nasional yang solid dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan tingkat inflasi yang terkendali. (Kontan

Recommendation
US10YT belum cukup kuat dalam usaha bottoming, semakin tergelincir ke bawah yield 4.20%, yang mana downtrend memang masih sangat intact. ADVISE : HOLD ; Wait & See.

ID10YT masih dalam trajectory turun seiring terciptanya New Low, menuju target bottom yield 6.465% dari pattern PARALLEL CHANNEL – uptrend yang telah patah. ADVISE : HOLD ; Wait & See.

Download full report HERE.