US Dollar mundur dari penguatannya pada perdagangan Senin (03/03/23) , diduga karena adanya kejutan pemotongan produksi minyak oleh OPEC+, seiring data ekonomi AS juga masih menunjukkan lemahnya kegiatan manufaktur & belanja konstruksi. Dollar Index yang mengukur kekuatan USD atas 6 mata uang major dunia, tampak mengalah dari Euro dengan drop 0.9% ke level 102.01. Di satu sisi, prospek naiknya biaya bahan bakar minyak menumbuhkan kekuatiran adanya tekanan inflasi tambahan , apalagi setelah mulai munculnya tanda2 melandainya harga barang & jasa; sehingga Federal Reserve tidak bisa segera meninggalkan kebijakan moneter agresif. Pelaku pasar terbagi sama rata dalam dua kubu yang memperhitungkan kenaikan suku bunga 25bps pada FOMC Meeting mendatang bulan Mei ; atau tidak menaikkan sama sekali , seperti dilansir CME Fedwatch. Data Manufacturing PMI sejumlah negara termasuk AS nampak masih berkutat di area kontraksi, namun tidak demikian bagi Jerman & Zona Eropa yang mulai menunjukkan pertumbuhan walau belum masuk ke garis wilayah ekspansi di angka 50. Adapun hari ini akan dinantikan laporan Trade Balance Jerman (Feb.), Factory Orders (Feb.), serta yang menjadi highlight of the day adalah : US JOLTs Job Openings (Feb.) yang bisa berikan gambaran bagaimana ekonomi bereaksi terhadap kenaikan suku bunga acuan so far, serta bagaimana The Fed harus melanjutkan kebijakan ini.

Dari dalam negeri, tingkat Inflasi (Mar.) turun ke 4.97% yoy dari 5.47% bulan sebelumnya ; Inflasi Inti juga mendingin ke bawah 3% (on track dengan harapan bank sentral) di angka 2.94% yoy, sukses lebih rendah dari forecast maupun previous period. Nilai tukar Rupiah masih berjaya di bawah 15K, yaitu bertahan pada IDR 14970 / USD.

Corporate News
Emiten Hartadinata Abadi Jatuh Tempo Obligasi IDR 400 M Pada Juni 2023 PT Bank Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat “idA-” untuk obligasi berkelanjutan I tahun 2020 tahap II yang diterbitkan oleh PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) senilai IDR 400 miliar yang akan jatuh tempo pada 5 Juni 2023. Pefindo dalam rilisnya menjelaskan, HRTA berencana untuk melunasi instrumen utang yang jatuh tempo menggunakan fasilitas kredit perbankan yang belum digunakan atau mencairkan persediaan logam mulia yang tercatat sebesar IDR 1.02 triliun per 30 September 2022. (Emiten News)

Domestic Issue
Lelang SBSN Digelar Hari Ini Selasa 4 April 2023, Target IDR 9 Triliun Harga surat Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari ini Selasa, (4/4/2023). Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri Surat Perbendaharaan Negara-Syariah (SPN-S) dan Project Based Sukuk (PBS) guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2023. Terdapat enam seri SBSN yang akan dilelang, di antaranya yakni SPN-S 03102023 (new issuance), PBS036 (reopening), PBS003 (reopening), PBS037 (reopening), PBS034 (reopening), dan PBS033 (reopening). Berdasarkan laman resmi DJPPR Kemenkeu, imbal hasil yang ditawarkan bervariatif mulai dari 5,37 persen hingga 6,75 persen dengan tenor tiga sampai 24 tahun. Perlu diketahui, pemerintah menetapkan target indikatif untuk lelang SBSN sebesar IDR 9 triliun. (Bisnis)

Recommendation
US10YT malah memutuskan untuk jebol Support MA10, menjadikan yield 3.485% sebagai resistance terdekat saat ini, disusul MA20 pada posisi 3.535%. Benchmark yield Obligasi negara AS tenor 10tahun ini diperkirakan akan Kembali uji Support di kisaran yield 3.368-3.321%. So far RSI masih tunjukkan positive divergence, so expect a technical rebound around Support area. ADVISE : BUY ON WEAKNESS. ID10YT perlu buktikan kemampuan menghadapi Resistance MA20, menjadikan yield 6.887% sebagai Resistance terdekat saat ini. Apabila mantap tertembus, maka akan membebaskan jalan menuju level psikologis 7.0% ataupun TARGET berikutnya di sekitar yield 7.057% / 7.189-7.202%. Sementara itu, pantau juga Support terdekat MA10 / yield 6.859%. ADVISE : Average Up accordingly.

Download full report HERE.