Pasar SBN merespon negatif inflasi AS menembus 9%. FFR Futures mendukung kenaikan suku bunga 100 Bps akhir Juli, guna meredam Headline Inflation atau CPI Juni yang mencapai 1,3% MoM (Vs. Mei 1,0% MoM) dan 9,1% YoY (Vs. Mei 8,6% YoY). Inflasi Juni didorong lonjakan harga BBM dan gas alam, yang masing-masing naik 11,2% MoM dan 8,2% MoM. Kenaikan juga terjadi pada inflasi inti, dengan CPI Ex. Food and Energy yang mencapai 0,7% MoM (Vs. Mei 0,6% MoM) dan 5,9% YoY (Vs. Mei 6,0% YoY). Hal ini memicu pertanyaan seberapa parah dampak Hawkish agresif the Fed pada potensi resesi ekonomi AS, dan kembali mendorong minat safe haven UST10Y dan USD. FR0091 pimpin kenaikan yield kemarin, naik lebih dari 12 Bps ke level 7,34%.

Corporate Bonds
Protelindo Bakal Terbitkan Obligasi IDR 1 Triliun. PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2022 senilai IDR 1 triliun, merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan III dengan total nilai IDR 5 triliun. Protelindo menawarkan tiga seri obligasi pada penerbitan tahap pertama ini. Seri A memiliki tenor 370-hari, Seri B bertenor 3-tahun, serta Seri C bertenor 5-tahun. (Kontan)

Domestic Issue
Pajak Karbon Tetap Berlaku di Tahun Ini. Pemerintah telah dua kali menunda penerapan pajak karbon (carbon tax), terakhir penerapan pajak karbon yang sedianya diterapkan pada Juli tahun 2022 kembali ditunda. Penundaan ini menjadi yang kedua kalinya pada tahun 2022. Sejatinya, pajak karbon bakal diterapkan pada April 2022. Namun, kebijakan itu ditunda dan rencananya bakal berlaku pada Juli 2022. Sayangnya, kebijakan ini kembali tertunda. Menteri Keuangan memastikan bahwa penerapan pajak karbon bakal tetap dilakukan pada tahun ini dengan menargetkan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU). (Kontan)

Recommendation
Ekspektasi kenaikan surplus Trade Balance dan pertumbuhan ekspor menjadi katalis positif. Trade Balance Indonesia Juni diproyeksikan surplus +USD3,5Miliar (Vs. Mei +USD2,9Miliar); Ekspor Juni diproyeksikan tumbuh +30,3% YoY (Vs. Mei +27% YoY), seiring nilai tukar rupiah stabil terdepresiasi di kisaran level IDR15.000/USD. Di sisi lain, investor tetap perkembangan isu BI 7DRRR Juli yang berdasarkan survei data Bloomberg tetap bertahan di level 3,50%.

Download full report HERE.