Today’s Outlook:
MARKET AS: Di tengah optimisme penurunan suku bunga tahun depan terdapat warning dari seorang pejabat The Fed terkait masih adanya kemungkinan kebijakan moneter ketat diberlakukan tahun depan.

Presiden Fed New York John Williams mengatakan kepada CNBC dalam sebuah wawancara pada hari Jumat bahwa pembahasan mengenai penurunan suku bunga masih “terlalu dini” dan bank sentral masih mungkin untuk mengetatkan kebijakan jika diperlukan. Pernyataan presiden Fed yang baru ini meredam beberapa spekulasi agresif mengenai penurunan suku bunga yang diharapkan pasar terjadi tahun depan. Tak pelak imbal hasil US Treasury bertenor 2 tahun, yang sensitif terhadap keputusan kebijakan The Fed, langsung naik 5 basis poin menjadi 4,451%, sementara imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun 2 bps menjadi 3,915%.

Dari sisi data ekonomi PMI , aktivitas manufaktur AS turun lebih dari yang diperkirakan di bulan Desember, namun aktivitas jasa, yang membentuk sebagian besar Inflasi, meningkat lebih dari yang diperkirakan. Sebelumnya pada hari Jumat, sebuah survei menunjukkan aktivitas bisnis domestik meningkat di bulan Desember di tengah meningkatnya pesanan dan permintaan pekerja, yang selanjutnya dapat membantu meredakan kekhawatiran akan adanya perlambatan tajam dalam pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat.

KOMODITAS: Harga Minyak ditutup lebih rendah pada hari Jumat, meskipun masih mencatat kenaikan mingguan pertama dalam dua bulan terbantu ekspektasi penurunan suku bunga AS tahun depan yang akan mendorong ekonomi dan demand atas Minyak mentah. Minyak mentah berjangka AS ditutup 0,2% lebih rendah pada USD 71,43 per barel dan kontrak Brent naik 0,2% menjadi USD 76,75 per barel. Sinyal dovish dari The Fed telah menjadi dukungan utama untuk pasar komoditas termasuk energi minggu ini, karena bank sentral mengisyaratkan penurunan suku bunga yang lebih dalam dari yang diperkirakan pada tahun 2024.

Badan Energi Internasional (IEA) membantu pasar pada awal pekan ini dengan sedikit menaikkan perkiraan permintaan minyak untuk tahun 2024. Namun, perkiraan permintaan IEA masih jauh lebih rendah daripada yang disarankan oleh OPEC+. Pemangkasan produksi yang mengecewakan dari kelompok kartel ini menjadi pemberat utama minyak dalam beberapa pekan terakhir, mendorong harga ke posisi terendah dalam lebih dari lima bulan terakhir. Bahkan dengan prospek permintaan yang positif untuk tahun 2024, pasar minyak mentah masih diperkirakan tidak akan kekurangan pasokan. Hal ini juga sebagian disebabkan oleh produksi AS yang kuat, dengan data terbaru menunjukkan bahwa total produksi AS tetap mendekati rekor tertinggi dalam seminggu terakhir. Persediaan AS mengalami penurunan yang lebih besar dari perkiraan, meskipun permintaan bahan bakar di negara tersebut tetap lemah, dengan persediaan bensin mengalami peningkatan yang moderat.

MARKET ASIA: China, importir minyak mentah terbesar, dalam usahanya memulihkan ekonomi berjalan dengan tidak mulus karena data menunjukkan bahwa belanja konsumen dan investasi meningkat lebih lambat dari yang diharapkan. Perjuangan yang sedang berlangsung telah memicu kekhawatiran bahwa Beijing harus meluncurkan stimulus lebih lanjut untuk menjaga perbaikan ekonominya tetap pada jalurnya.

Corporate News
Pefindo Turunkan Peringkat Integra Indocabinet (WOOD) Jadi Negatif, Ini Sebabnya PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) dan Obligasi Berkelanjutan (SR) I menjadi idA- dari idA serta Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I menjadi idA- (sy) dari idA(sy). Pefindo dalam rilisnya Jumat (15/12) menjelaskan, Outlook peringkat Perusahaan direvisi menjadi Negatif dari stabil. Aksi pemeringkatan ini mencerminkan pandangan kami terhadap kinerja penjualan Perusahaan yang masih lemah dalam jangka pendek hingga menengah, yang disebabkan oleh penurunan permintaan di Amerika Serikat (AS), yang merupakan penyumbang yang dominan dalam pendapatan Perusahaan. Hal ini mengakibatkan panjangnya perputaran persediaan WOOD yang dapat menghambat laju deleveraging dalam jangka pendek hingga menengah. Di tengah situasi yang tidak menguntungkan ini, Perusahaan juga menghadapi peningkatan risiko pembayaran atas Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I/2021 Seri B senilai IDR 97,5 miliar dan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I/2021 Seri B senilai IDR 407,82 miliar yang keduanya akan jatuh tempo pada 14 April 2024. (Emiten News)

Domestic Issue
Realisasi Pembiayaan Utang Turun Jadi IDR 345 Triliun, Ini Kata Sri Mulyani Kementerian Keuangan melaporkan, realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang sudah mencapai IDR 345 triliun hingga 12 Desember 2023. Realisasi ini sudah mencapai 81,9% dari pagu yang ada dalam Perpres 75/2023 yang sebesar 421,2 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat, realisasi pembiayaan utang ini juga menurun 36,6% jika dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu yang sebesar IDR 544,4 triliun. Untuk diketahui, menurutnya realisasi pembiayaan utang ini sejalan dengan upaya pemerintah menurunkan penerbitan utang. Dalam Perpres 75/2023, pemerintah menurunkan target pembiayaan utang dari IDR 696,3 triliun dalam APBN 2023, menjadi IDR 421,2 triliun. Penurunan pembiayaan utang ini secara keseluruhan ada pada penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto yakni dari IDR 712,9 dalam APBN 2023, menjadi IDR 437,8 triliun dalam Perpres 75/2023. Sementara itu, target pinjaman neto tetap sama yakni IDR 16,6 triliun. Sri Mulyani merinci, realisasi penerbitan SBN sudah mencapai IDR 298,6 triliun atau mencapai 68,2% dari Perpres 75/2023. Sementara itu, realisasi pinjaman sudah melebihi target yakni IDR 46,4 triliun atau 279,2% dari pagu IDR 16,6 triliun. Bendahara keuangan negara ini menyampaikan, penurunan penerbitan SBN ini menggambarkan beberapa hal. Di antaranya, kondisi APBN dalam keadaan sehat lantaran defisit APBN jauh lebih rendah dari rancangan awal atau tahun lalu. Penurunan pembiayaan melalui SBN ini juga lanjutnya, sangat penting sebab tahun ini kondisi inflasi dan suku bunga global masih sangat tinggi. (Kontan)

Recommendation
Yield US10YT terbenam di bawah level 4.0% dengan kondisi indicator RSI diam di wilayah Oversold. Level yield 3.895% – 3.885% jadi Support terdekat saat ini, yang mana jika jebol maka tetapkan fase Bottoming ini masih gagal dan US10YT kembali meluncur turun ikuti pattern PARALLEL CHANNEL . Resistance terdekat : MA10 / yield 4.079%. ADVISE : HOLD ; WAIT & SEE.

ID10YT malah kembali balik uji Support MA10 & MA20 di sekitar 6.64%, setelah gagal menembus Resistance dari level previous High pada yield 6.75%, menunjukkan usaha technical rebound ini masih rapuh. Apabila kedua MA tsb tak mampu berperan sebagai Support maka yield ID10YT akan menguji Support berikut di kawasan 6.54%. ADVISE : HOLD ; WAIT & SEE.

Download full report HERE.