Today’s Outlook:
· S&P500 dan Nasdaq catatkan penurunan pada perdagangan Kamis (07/09/23) terseret pelemahan saham Apple dan aksi jual besar-besaran pada saham-saham teknologi berbasis chip, dipicu oleh kekhawatiran larangan produk iPhone di China ; sementara jatuhnya angka klaim pengangguran kembali munculkan kekhawatiran tentang arah suku bunga dan pengendalian Inflasi AS. Bloomberg melaporkan bahwa China berencana untuk memperluas larangan produk iPhone di seluruh perusahaan negara, setelah menetapkan larangan pemakaian pada pegawai pemerintah.

· Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan klaim pengangguran jatuh ke angka 216 ribu (dari perkiraan 234 ribu ) untuk pekan yang berakhir 2 September (pun  lebih rendah dari pekan sebelumnya 229 ribu) , merupakan level terendah sejak Februari. Di sisi lain, para investor khawatir ini akan membuat Federal Reserve melanjutkan kebijakan suku bunga ketatnya, dengan demikian menekan pasar saham. Selain itu, Unit Labor Costs di kuartal 2 / 2023 juga bertumbuh lebih tinggi dari perkiraan pada 2.2% qoq. Membaca data ekonomi tersebut, para investor semakin gelisah menunggu pembacaan Inflasi AS bulan Agustus, yang dijadwalkan pekan depan. Beberapa menit sebelum market tutup, New York Fed President John Williams berkomentar bahwa The Fed sangat bergantung kepada data-data ekonomi untuk menentukan keputusan apakah kebijakan moneter ketat ini harus dilanjutkan.

· Market Eropa : Inggris laporkan Indeks Harga Perumahan Halifax pada bulan Agustus keluar di angka minus baik secara bulanan maupun tahunan, menunjukkan tren pelemahan masih membayangi pasar perumahan Inggris. Sementara itu, German Industrial Production (Juli) minus 0.8%, di mana kontraksi ini di atas estimasi , menandakan nilai output yang diproduksi oleh pabrikan, tambang, maupun utilities dari negara ekonomi terbesar di Eropa ini belum mampu juga bangkit di bulan ketiganya. Hari ini para investor di Jerman akan fokuskan perhatian mereka pada data Inflasi (Agus.) di mana diperkirakan mampu melandai tipis ke angka 6.1% yoy, dari 6.2% bulan sebelumnya.

· Market Asia : China merilis data pertumbuhan negatif Ekspor & Impor China di bulan Agustus, walau penurunannya sudah mulai melambat dari bulan sebelumnya. Alhasil, karena Ekspor China jatuh 8.8% dan Impor-nya juga merosot 7.3%, China hanya mampu bukukan Trade Balance USD 68.36 miliar, tak mampu penuhi ekspektasi & juga lebih rendah dari bulan sebelumnya. Pagi ini Jepang telah laporkan GDP 2Q23 yang tumbuh 4.8% yoy, di bawah perkiraan 6.0%, namun jelas lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 3.2%.

· Indonesia : Cadangan Devisa bulan Agustus turun sedikit ke angka USD 137.1 miliar (setara dengan pembiayaan impor selama 6 bulanan & di atas standar internasional), dari USD 137.7 miliar bulan sebelumnya ; disebabkan adanya pembayaran utang luar negeri pemerintah dan terpakai dalam usaha untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Hari ini akan dipantau Indeks Keyakinan Konsumen (Agus.) di mana bulan Juli dirilis pada level 123.5.

· Komoditas : Harga Crude Oil mundur sejenak dari titik tertinggi 10 bulan setelah publikasi lemahnya data ekonomi China di atas ; walau persediaan minyak mentah AS pada pekan yang berakhir 1 September dirilis anjlok 6.307 juta barrel, lebih tinggi dari prediksi minus 2.064 juta barrel saja. Harga minyak mentah dunia melemah  untuk pertama kalinya dalam 10 hari perdagangan rally. Baik WTI maupun Brent turun hampir 1% ; namun secara mingguan WTI masih terbilang menanjak naik 1.5%, lanjutkan bullish 7.2% pekan lalu.

Corporate News
Adhi Properti (ADCP) Sandang Rating idBBB Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idBBB Adhi Commuter Properti (ADCP). Rating itu juga berlaku untuk obligasi masih beredar. Outlook untuk peringkat perusahaan tersebut stabil. Peringkat tersebut mencerminkan dukungan kuat dari Adhi Karya (ADHI) sebagai induk perusahaan, captive market dari pengguna jasa Light Rail Transit (LRT), dan kualitas aset baik. (Emiten News)

Domestic Issue
Penerbitan Surat Berharga Negara Ritel Ditarget IDR 150 Triliun, Ini Strategi Mencapainya Kementerian Keuangan menargetkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel tahun ini bisa mencapai IDR 130 Triliun – IDR 150 Triliun meningkat dibandingkan tahun lalu. Direktur Surat Utang Negara Kemenkeu Deni Ridwan mengatakan SBN ritel maupun Sukuk Negara Ritel (RS) merupakan produk investasi yang dikeluarkan pemerintah sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat. Dia mengatakan, investor SBN ritel ini cenderung mengalami peningkatan, apalagi setelah dipasarkan melalui platform online pada 2018. Deni memaparkan, capaian penjualan SBN ritel pada 2022 untuk pertama kalinya tembus IDR 107 triliun. Sedangkan tahun ini sudah mencapai lebih dari 50% dari target. (Bisnis)
.

Recommendation
US10YT perlahan tapi pasti semakin stabil di atas MA10 & MA20, menempatkan range yield 4.227% – 4.198% sebagai Support terdekat saat ini. Swing bullish diperkirakan berlanjut untuk kembali Uji Resistance dari titik tertinggi sebelumnya yaitu yield 4.366%, sebelum menuju Resistance upper channel di sekitar yield  4.490% – 4.50%. ADVISE : Average Up accordingly.

ID10YT langsung melesat ke level High yield 6.606% begitu lolos dari Resistance MA10 & MA20, menjadikan range yield : 6.479% – 6.457% sebagai Support terdekat saat ini. ADVISE : Average Up accordingly. TARGET yield : 6.70% – 6.748%.

Download full report HERE.