Today’s Outlook:

MARKET AS: Para investor akan fokus mengamati laporan penting US Nonfarm Payrolls pada hari Jumat ini, di mana para ekonom perkirakan ekonomi AS akan menambah 186 ribu pekerjaan baru, agak naik dari bulan sebelumnya pada 175ribu. Laporan INITIAL JOBLESS CLAIMS adalah data terbaru yang menunjukkan pelonggaran pasar tenaga kerja di mana klaim pengangguran pekan terbaru naik lebih dari yang diantisipasi yaitu sebesar 229ribu, naik dari angka pekan lalu 221ribu yang direvisi naik, pun juga lebih tinggi dari perkiraan ekonom 220ribu. Dengan demikian, hasil ini memungkinkan Federal Reserve mulai memangkas suku bunga, menyusul dua data tenaga kerja yang telah lebih dulu dirilis yaitu penciptaan lapangan kerja baru di sektor swasta dan lowongan pekerjaan; di mana keduanya pun menunjukkan pelemahan. EUROPEAN CENTRAL BANK (ECB) malah sudah terlebih dahulu melaksanakan pemotongan suku bunga pertamanya sejak 2019 pada rapat mereka kemarin, membawa turun suku bunga acuan 25bps ke level 4.25%. Selain ECB, malah bank sentral DENMARK juga menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 3,35%. Aksi bank sentral Eropa ini diharapkan akan semakin memotivasi bank sentral dunia lainnya untuk mulai memotong suku bunga, bahkan sebelum The Fed diramalkan akan melaksanakan pivot 25bps pada September tahun ini. Persentase peluang hal itu terjadi telah berada pada angka 68% saat ini, seperti dikutip dari alat survey CME FedWatch; serta market pricing-in 2 kali pemotongan suku bunga tahun ini, menurut data dari LSEG dan polling Reuters. INDIKATOR EKONOMI penting lainnya yang akan melengkapi rangkaian data tenaga kerja AS adalah UNEMPLOYMENT RATE (Mei) yang saat ini diperkirakan masih stagnan sekitar 3.9%, serta data Upah Rata-rata per jam (Mei) yang juga masih flat di level 3.9% yoy.

MARKET EROPA & ASIA: JERMAN kemarin laporkan Factory Orders mereka untuk bulan April ternyata belum mampu pulih ke pertumbuhan positif 0.6% seperti yang diharapkan, melainkan masih drop ke level -0.2% mom, walau tak sebesar pelemahan -0.8% pada bulan sebelumnya. Hari ini benua Asia akan memaparkan data yang tak kalah penting dari JEPANG: Household Spending untuk bulan April sudah mulai bertumbuh positif secara tahunan, naik 0.5% yoy dibanding -1.2% pada periode sebelumnya. Setelah tindakan memotong suku bunga kemarin, EUROZONE akan hadirkan data GDP Q1 hari ini yang diproyeksikan bertumbuh 0.4% yoy, semakin menguat dari posisi 0.1% sebelumnya. Tentunya mereka juga ingin melihat German Industrial Production mendukung ekonomi Eropa dengan pertumbuhan 0.1% mom, bangkit dari -0.4% sebulan sebelumnya. Menyusul pagi ini para pelaku pasar akan memantau data Trade Balance CHINA dan yang lebih vital adalah pertumbuhan Ekspor & Impor di bulan May , yang mana, apabila Ekspor mampu tumbuh signifikan ke level 6.0% sesuai ekspektasi (dari 1.5% pada bulan sebelumnya) akan membawa kelegaan dan angin segar pada tanda-tanda perbaikan ekonomi di sana.

KOMODITAS : Harga MINYAK naik 2% pada hari Kamis setelah bank sentral Eropa memilih untuk menurunkan suku bunga, sehingga memicu harapan bahwa The Fed akan melakukan hal yang sama ; sementara para menteri OPEC+ meyakinkan para trader bahwa perjanjian produksi minyak terbaru dapat berubah tergantung pada pasar. Futures BRENT ditutup USD 1,46 lebih tinggi atau 1,86% pada USD 79,87 / barel. Sedangkan futures US WTI naik USD 1,48 atau 2% pada USD 75,55. Adapun biaya bahan bakar yang lebih rendah dan berkurangnya hambatan supply pasca-pandemi telah membantu menurunkan tingkat Inflasi global menjadi 2,6% di 20 negara yang menggunakan Euro, dari 10% pada akhir tahun 2022. Harga EMAS mencapai puncak dua minggu di USD 2,378 / troy ounce setelah Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengumumkan data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan. Harga spot emas diperdagangkan di USD 2,369, mencatat kenaikan 0,54% setelah bangkit dari level terendah mingguan di USD 2,320.

INDONESIA hari ini akan memperhatikan angka Cadangan Devisa (Mei).

Corporate News
Percepat Pertumbuhan, RUPS INPP Setujui Penerbitan Obligasi
PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP), akan melakukan serangkaian aksi korporasi strategis pada semester kedua tahun 2024. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Kamis (6/6/2024), menyetujui perusahaan yang bergerak di bidang komersial, perhotelan, dan penjualan properti itu, menerbitkan obligasi. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2024 itu, diputuskan juga hasil dari penerbitan obligasi itu, rencananya digunakan untuk proyek-proyek komersial, usaha perhotelan, dan inisiatif pengembangan properti. Saat ini Peringkat/Outlook Perusahaan dari Pefindo yang diperbarui pada 7 Jun 2023 adalah idBBB+ Stable. Peringkat tersebut diberikan berkat konsistensi INPP memenuhi target pendapat, baik melalui segmen recurring income dan non-recurring income serta posisi pasar yang baik dengan kualitas aset yang baik, dan merek jaringan hotel kuat. (Emiten News)

Domestic Issue
SBR013 Segera Meluncur, Simak Prediksi Pasar Obligasi
DJPPR Kemenkeu akan segera meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel Savings Bonds Ritel seri SBR013 dalam waktu dekat pada 10 Juni hingga 4 Juli 2024 (tentatif). Minat investor terhadap SBR013 pun diprediksi masih cukup tinggi, sejalan dengan pasar obligasi yang mengalami pemulihan. Direktur & Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengatakan minat tinggi terhadap SBN ritel berdasarkan pada imbal hasil yang menarik. Pasar obligasi Indonesia pun mendapatkan katalis positif dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed yang diprediksi akan memangkas suku bunga acuan tahun ini. Sejauh ini, suku bunga The Fed masih ditahan di kisaran 5,25%-5,5%. Menurut Ezra, minat terhadap SBN dipengaruhi oleh kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral AS yang akan diikuti oleh Bank Indonesia (BI). Meskipun ekspektasi pelaku pasar tentang kebijakan moneter bank sentral telah bergeser, sentimen ini akan menggerakkan pasar secara signifikan. Adapun saat ini, DJPPR Kemenkeu belum menentukan besaran kupon maupun kuota penawaran SBR013. (Bisnis)

Recommendation

Yield US10YT menunjukkan gejala pelemahan terbatas pada area Support yang diharapkan (sekitar yield 4.26%). ADVISE : antisipasi technical rebound ke arah Resistance sbb : 4.44% – 4.5%, up to 4.6% namun masih berada dalam rentang channel downtrend-nya. Harga diperkirakan akan melemah terbatas menyusul penguatan dalam yield ini. Tampaknya data terakhir ketenagakerjaan AS pekan ini (Nonfarm Payrolls) akan jadi factor krusial menentukan arah yield.

ID10YT agak sedikit terhambat memulai kembali swing naik pada yield, walau kondisi sehari sebelumnya yield telah break out menembus sejumlah Resistance dan oleh karenanya mempunyai peluang naik (jk. pendek) menuju : 6.95%- 6.99% ; up to level psikologis 7.0% yang akan jadi titik penentu. Level psikologis ini yang akan menentukan apakah sejatinya ID10YT akan kembali melaju menuju Target dari level previous High sekitar yield 7.325%. ADVISE : perhatikan break out pada yield untuk antisipasi penurunan harga obligasi.)

Download full report HERE.