Regional markets bergerak cukup volatile selama 3 sesi pada saat pasar Indonesia menikmati libur Nyepi & hari puasa pertama, seiring berbagai sentimen yang bergulir; antara lain : keputusan Federal Reserve untuk menaikkan Fed Fund Rate 25bps (sesuai ekspektasi) ke tingkat 5% dan mengisyaratkan (setidaknya) satu lagi kenaikan tahun ini, serta mengesampingkan kemungkinan adanya pemotongan rate pada tahun ini. Adapun Menteri Keuangan AS Janet Yellen berusaha meyakinkan pelaku pasar bahwa pemerintah AS akan melakukan segala daya upaya untuk memastikan keamanan deposit rakyat AS. Yield US Treasury mundur setidaknya 18bps pada obligasi tenor 2tahun; dipicu oleh optimisme pasar bahwa The Fed mungkin akan mengerem laju kenaikan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan yaitu pada FOMC Meeting selanjutnya (bulan May) ; dengan adanya 55% probabilitas dibanding 31.4% pada minggu lalu seperti didata oleh Fed Rate Monitor Tool dari Investing.com. Pivot / pemotongan rate juga diperkirakan bisa lebih cepat dari perkiraan karena guncangan yang muncul di sektor perbankan bisa membantu mendinginkan Inflasi. Sebaliknya, sampai saat ini data ekonomi AS terakhir mengatakan bahwa tekanan inflasi masih resilient terbukti dari Initial Jobless Claims keluar di angka lebih rendah dari perkiraan dan minggu sebelumnya ; sementara Building Permits dan New Home Sales (Feb.) masih bertumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Dari benua Eropa, kenaikan suku bunga serupa 25bps juga dilaksanakan oleh Bank of England, menempatkan suku bunga acuan mereka di level 4.25%. Inggris melaporkan tingkat Inflasi (Feb.) mereka masih memanas kembali ke level double digit 10.4% (lebih tinggi dari forecast 9.9% dan dari previous 10.1%). Namun demikian komentar lanjutan BOE bahwa Inflasi akan turun cepat membawa harapan kepada pasar akan masa depan kebijakan moneter ketat selama ini. German ZEW Economic Sentiment (Mar.) memang telah menunjukkan outlook 6bulan situasi usaha yang lebih kontraktif di level 13 (turun jauh dari forecast 17.1 dan angka bulan sebelumnya di 28.1). Pada siang ini akan dipantau data Retail Sales (Feb.) Inggris yang diperkirakan turun ke 0.2% dari 0.5% di bulan sebelumnya ; diikuti oleh angka Manufacturing PMI Jerman (Mar.) , PMI Inggris, PMI AS (Mar.) , serta Durable Goods Orders (Feb.) AS
Corporate News
Provident Investasi (PALM) Terbitkan Obligasi IDR 750Miliar, Ini Tujuannya PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) akan menerbitkan obligasi senilai IDR 750 miliar. Dana tersebut nantinya akan digunakan untuk membayar seluruh pokok utang beserta beban bunga sebesar USD 50 juta atau setara IDR 750 miliar (asumsi kurs IDR 15.000). Berdasarkan prospektus, PALM akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Provident Investasi Bersama Tahap I Tahun 2023 dengan jumlah pokok sebesar IDR 750 miliar. Obligasi diterbitkan dalam dua seri, yakni Seri A sebesar IDR 268 miliar dengan bunga 6,75%, serta Seri B senilai IDR 482 miliar dengan bunga 8,50%. Bunga obligasi nantinya akan dibayar setiap tiga bulan yang pembayaran pertama akan dilakukan pada 28 Juni 2023. Kemudian untuk bunga obligasi terakhir sekaligus pelunasan obligasi akan dibayarkan pada 7 April 2024. Sekitar 81% dari dana obligasi tersebut rencananya akan digunakan untuk pembayaran seluruh pokok utang beserta beban bunga yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas sebesar USD 50 juta tanggal 10 Oktober 2022. (Bisnis)
Domestic Issue
SBN Diprediksi Kebanjiran Arus Modal Asing usai The Fed Kerek Suku Bunga Yield Surat Berharga Negara (SBN) dan mata uang rupiah diprediksi akan menguat seiring dengan arus modal asing yang masuk secara signifikan usai keputusan The Fed mengerek suku bunga dan ekspektasi pasar ke depan. Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto menjelaskan Bank Indonesia akan memperhatikan selisih antara yield dari UST 2 tahun dengan SBN tenor 2 tahun ditambah dengan sentimen adanya sinyal kuat bahwa The Fed akan berhenti menaikkan suku bunga di bulan Mei mendatang. Kondisi ini, kata Rully, akan berdampak kepada arus modal asing masuk secara signifikan, yang akan berdampak kepada penguatan nilai tukar Rupiah dan penurunan yield SBN. Kemudian, Rully menyebutkan bahwa SBN tenor pendek akan lebih menarik untuk jangka pendek dan menengah. (Bisnis)
Recommendation
US10YT Kembali Uji Support ke area yield 3.368-3.321% , walau RSI positive divergence masih mengintai. Namun trend naik baru akan dimulai jika setidaknya sudah mampu tembus Resistance terdekat / MA10 di level 3.50% , kemudian menyusul Resistance dari level previous High sekitar yield 3.60-3.644%. ADVISE : Speculative = Buy ; Average Up accordingly. ID10YT mencoba mempertahankan Support MA10 & MA20 di sekitar level yield 6.9% pada trend naik jk.pendek ini. Upswing baru akan terjadi lagi apabila setidaknya sudah mampu lewati yield 6.915% , untuk selanjutnya menuju Resistance dari level previous High di bilangan yield 6.987-7.0%. ADVISE : Average Up accordingly.
Download full report HERE.