Today’s Outlook:
Personal Consumption Expenditures (PCE) price index, yang merupakan acuan Inflasi favorit dari Federal Reserve, naik 3.3% yoy pada bulan Juli, sesuai dengan ekspektasi. Sementara Core PCE price index (yang mengecualikan harga makanan & energi yang volatile) juga naik sesuai prediksi pada tingkat 4.2% yoy di bulan yg sama. Namun di sisi lain, Consumer Spending naik 0.8% mom di bulan Juli, merupakan pertumbuhan tercepat dalam 6 bulan dan menyiratkan daya beli konsumen yang resilien. Harapan para investor / trader bahwa The Fed akan menahan suku bunga pada rapat bulan September mendatang tetap di tingkat probabilitas 88.5%, sementara mereka juga telah memperhitungkan 51% kemungkinan The Fed akan mengerem kenaikan suku bunga di bulan November, seperti dilansir oleh CME Group FedWatch tool. Para investor percaya bahwa The Fed akan selalu mengacu kepada data ekonomi dalam menentukan keputusan terkait suku bunga ini. Sementara data yang telah dirilis cukup sesuai dengan ekspektasi pasar, dengan demikian sejalan dengan tujuan trend kenaikan suku bunga yang telah dilakukan sejak 2022 lalu. Pelaku pasar saat ini akan memusatkan perhatian pada data berikut yang akan muncul Jumat ini yaitu Nonfarm Payrolls. Perlu diketahui, klaim pengangguran mingguan untuk minggu yang berakhir 26 Agustus lalu hanya keluar di angka 228 ribu, di bawah estimasi 235 ribu. Data tersebut mengikuti pertumbuhan yang lebih lambat pada ADP Nonfarm Payrolls yang sudah dirilis lebih dulu pada hari Rabu lalu, memberi sinyal melunaknya pasar tenaga kerja dan merupakan katalis positif pada market. Yield US Treasury tenor 10-tahun juga turut bereaksi dengan turun ke level 4.09%, di lain pihak memberikan dorongan naik kepada saham-saham Teknologi besar. Dari benua Asia, China merilis data Manufacturing PMI (Agus.) yang terlihat semakin bersemangat di angka 49.7, walau belum juga menyebrang ke wilayah ekspansif namun pembacaan tersebut telah lampaui ekspektasi & posisi bulan lalu di 49.3. Sayangnya Non-Manufacturing PMI China mundur ke level 51.0 (meleset dari ekspektasi dan lebih rendah dari bulan sebelumnya) ; membawa Chinese Composite PMI cukup naik 0.2 point saja ke level 51.3 di bulan Agustus. Sementara dari benua Eropa, Jerman laporkan Retail Sales di bulan Juli anjlok secara bulanan dan tahunan, tak mampu penuhi ekspektasi dan jelas tunjukkan trend turun dibanding bulan sebelumnya. Sementara tingkat pengangguran dari negara ekonomi terbesar Eropa ini tercatat pada level 5.7% di bulan Agustus, sesuai ekspektasi bahwa level tersebut membesar dari bulan sebelumnya di 5.6%. sebanyak 18 ribu pengangguran baru muncul di bulan Agustus, jauh lebih tinggi dari hanya 1000 di bulan sebelumnya. Zona Euro memberi perkiraan awal pada tingkat Inflasi bulan Agustus pada 5.3% yoy, di atas ekspektasi 5.1% ; mereka juga merilis Unemployment Rate di bulan Juli yang tak beranjak dari posisi 6.4%.

Berikut adalah beberapa data penting yang sedianya dipantau oleh para investor hari ini : Jepang telah laporkan Capital Spending 2Q23 yang anjlok ke level 4.5%yoy, dari 11% di kuartal sebelumnya. Sementara Korea Selatan telah umumkan Trade Balance (Agus.) surplus sebesar KRW 870 juta, sayangnya meleset dari ekspektasi pada KRW 1.65 miliar, dipicu oleh Ekspor & Impor yang masih terbenam pada pertumbuhan negatif walau sudah agak melambat dari bulan sebelumnya. Kedua negara tersebut di atas akan segera laporkan Manufacturing PMI di bulan Agustus, hampir berbarengan dengan Indonesia dan China merilis data yang sama. Para investor Indonesia juga akan menantikan data Inflasi bulan Agustus yang diramal akan keluar di angka 3.33% yoy, naik dari bulan Juli di 3.08%. Malam harinya, pasar saham AS akan bereaksi menyikapi rilis data Average Hourly Earnings (Agus.), Nonfarm Payrolls (Agus.), Unemployment Rate (Agus.), serta data Manufacturing PMI juga untuk bulan Agustus.

Corporate News
Bank Mandiri (BMRI) Siap Lunasi Obligasi Jatuh Tempo IDR 3 Triliun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) telah menyiapkan dana untuk pembayaran Obligasi Berkelanjutan I tahap III Tahun 2018. Rudi As Aturridha, Corporate Secretary BMRI dalam keterangan tertulisnya Rabu (30/8) mengatakan BMRI telah menyiapkan dana IDR 3 triliun untuk pembayaran pokok Obligasi Berkelanjutan I tahap III Tahun 2018. Sebagai informasi, Obligasi Berkelanjutan I tahap III Tahun 2018 ini akan jatuh tempo pada tanggal 21 September 2023. (Bareksa)

Domestic Issue
Pemerintah Patok Kupon SR019 5,95 Persen dan 6,10 Persen Pemerintah akan membuka masa penawaran Sukuk Ritel atau SR019 pada Jumat, 1 September 2023. Penerbitan SR019 akan menjadi alternatif investasi bagi investor individu yang tertarik SBN ritel mulai dari IDR 1 juta. DJPPR Kementerian Keuangan mengumumkan SR019 terdiri dari dua seri, yakni SR019T3 (tenor 3 tahun) dengan kupon 5.95% , dan SR019T5 (tenor 5 tahun) dengan kupon 6.10%. Penawaran dilakukan pada 1-20 September 2023. (Bisnis)

Recommendation
US10YT masih terbenam di bawah MA20 & MA10 menyebabkan yield 4.181% – 4.20% sebagai range Resistance terdekat saat ini. Secara jk.menengah, yield memang masih relative Uptrend di dalam pola Parallel Channel. ADVISE : HOLD ; Wait & See.

ID10YT semakin anjlok dan kini yield berada di bawah MA20, menjadikan yield 6.443% sebagai Resistance terdekat saat ini. Reaksi technical rebound mulai muncul di area Support Neckline sekitar yield 6.371%. ADVISE : BUY ON WEAKNESS.

Download full report HERE.