Today’s Outlook:

INDIKATOR EKONOMI : Para pelaku pasar mempertimbangkan data yang menunjukkan aktivitas manufaktur AS telah melambat untuk bulan kedua berturut-turut ketika secara di luar dugaan ternyata jatuh lebih dalam dari perkiraan pada bulan May, sehingga meningkatkan kekhawatiran melemahnya pertumbuhan ekonomi. Para investor melihat kemungkinan 59% bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan September, naik dari sekitar 53% sebelum data ISM Manufacturing PMI dirilis, demikian dilansir dari CME FedWatch Tool. YIELD US TREASURY tenor 10 tahun turun ke level terendah dalam dua minggu menyusul data manufaktur yang lesu. Fokus minggu ini adalah sejumlah data ketenagakerjaan yang akan dimulai hari ini (nanti malam jam 21:00WIB) dalam bentuk JOLTs JOB OPENINGS yang meramalkan terciptanya lowongan pekerjaan sebanyak 8.4 juta di bulan April, sedikit turun dibanding bulan sebelumnya 8.488 juta. Data NONFARM PAYROLLS bulan Mei yang akan dirilis akhir pekan ini, merupakan titik kulminasi yang mana akan memberikan lebih banyak isyarat pada pasar tenaga kerja – salah satu pertimbangan penting lainnya bagi The Fed dalam memangkas suku bunga. Bank sentral AS akan mengadakan FOMC MEETING minggu depan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil.

MARKET ASIA & EROPA : Fokus atas PMI Manufacturing juga tengah terjadi di benua Asia, khususnya KOREA SELATAN, JEPANG, dan CHINA, serta tak terkecuali INDONESIA ; di mana mereka semua berhasil pertahankan pertumbuhan sektor manufaktur di ranah ekspansif. Sementara itu di benua Eropa, setidaknya JERMAN & EUROZONE masih belum mampu menyebrang ke area ekspansif ( atas level 50) walau terlihat mulai ada pertumbuhan ; sementara INGGRIS yang lebih dahulu mendorong S&P Global UK Manufacturing PMI mereka masuk wilayah ekspansif pada level 51.2, cukup in-line sesuai ekspektasi. Adapun pagi ini Korea Selatan telah mengumumkan tingkat CPI (May) yang melandai ke level 2.7% yoy , dari 2.9% di periode sebelumnya. Bicara mengenai CPI, Indonesia melaporkan tidak adanya Inflasi di bulan Mei, yang ada justru deflasi secara bulanan. IHK di bulan May justru deflasi 0.03% mom (merupakan deflasi pertama sejak August 2023), lebih rendah dibanding konsensus inflasi Bloomberg pada angka 0.07% ; apalagi dari April yang bukukan inflasi sebesar 0.25%. Secara tahunan, laju Inflasi May 2024 ini tercatat 2.84% yoy , di bawah April yang sebesar 3% yoy ; pun di bawah konsensus Bloomberg 2.97%. Pada kesempatan yang sama , Kepala BPS mengumumkan bahwa Indonesia diperkirakan masih dalam masa panen padi di bulan May. Kebijakan relaksasi harga acuan dan eceran yang dikenakan di bulan April masih berlaku hingga 31 Mei untuk beberapa komoditas seperti gula pasir, jagung, daging ayam, telur ayam, dan beras.

KOMODITAS : Sepanjang May, harga EMAS di pasar LME naik 0.62% mencapai USD 2351 / troy ounce. Sementara itu, harga MINYAK turun tajam pada hari Senin ke titik terendah 4bulan, karena keputusan OPEC dan sekutunya untuk memperpanjang pengurangan produksi hingga tahun 2025, tetapi juga menghentikan pemotongan secara bertahap yang dimulai akhir tahun ini memicu kekhawatiran mengenai surplus pasokan di tengah demand global yang masih lesu. Futures US WTI anjlok 3,6% menjadi USD 74,22 / barel, sementara futures BRENT yang berakhir pada bulan Agustus drop 3,4% menjadi USD 78,36 / barel. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, memutuskan untuk memperpanjang pemangkasan produksi sekitar 5,86 juta barel per hari hingga tahun 2025 ; dibagi menjadi pemotongan sebesar 3,6 juta barel per hari hingga akhir tahun 2025 dan pengurangan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari yang akan diperpanjang selama 3bulan hingga akhir September tahun ini . Pemangkasan sukarela ini kemudian akan dihapuskan secara bertahap mulai Oktober hingga September 2025. Hal inilah yang ditakutkan para trader akan kembali memunculkan supply berlebih di tengah ekonomi dunia dan demand global atas energi yang masih lesu. Sebaliknya, analis komoditas lain berpikir bahwa gerakan OPEC+ ini tidak serta merta akan membuat harga Minyak bearish karena biar bagaimanapun OPEC+ masih memiliki fleksibilitas penuh terkait kebijakan yang ditetapkannya. Tanda -tanda melemahnya demand global memang membebani harga Minyak dalam beberapa bulan terakhir, dengan fokus pada data konsumsi bahan bakar AS. Pemerintah AS akan merilis perkiraan stok dan permintaan minyak pada hari Rabu, yang akan menunjukkan berapa banyak bensin yang dikonsumsi sekitar akhir pekan Memorial Day, awal musim mengemudi di AS. KONFLIK TIMUR TENGAH : Seorang asisten perdana menteri Israel mengkonfirmasi pada hari Minggu bahwa Israel telah menerima kerangka kesepakatan untuk meredakan perang Gaza, meskipun pihak Israel menyebutnya sebagai kesepakatan yang “cacat”.

Corporate News
Ekspansi Pabrik Kertas, INKP Tawarkan Obligasi Senilai USD 15 Juta
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (IDX: INKP) akan melakukan Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan I Tahap IV/2024 senilai USD 15 juta pada 12-13 Juni 2024. Rencananya, pencatatan obligasi INKP di Bursa Efek Indonesia (BEI) dilakukan pada tanggal 24 Juni 2024. Adapun Obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum obligasi berkelanjutan I INKP senilai total USD 300 juta yang terdiri atas tiga seri, yakni; Seri A, dengan jumlah pokok sebesar USD 200 ribu memiliki bunga tetap 5,75% per tahun dan jangka waktu 370 hari. Seri B senilai USD 450 ribu bertenor tiga tahun dengan bunga tetap 7,0% per tahun, dan seri C senilai USD 3,506 juta memiliki tenor lima tahun dengan bunga tetap 8,0% per tahun. Dalam prospektus tambahan rencana penawaran umum obligasi yang diumumkan kepada investor di Jakarta, Jumat (31/5/2024) disebutkan, dana hasil penerbitan obligasi setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, seluruhnya akan digunakan oleh Perseroan untuk belanja modal terkait ekspansi pembangunan pabrik kertas industri berupa pembiayaan sebagian dari pembelian equipment dan sebagian dari pekerjaan sipil. (Pasardana)

Domestic Issue
Pemerintah Segara Terbitkan SBR013, Segini Perkiraan Kuponnya
Pemerintah akan kembali menggelar penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri Savings Bond Ritel seri SBR013. Penjualan SBR013 direncanakan pada 10 Juni hingga 4 Juli 2024. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan kupon SBR013 berkisar 6,9%-7,2% untuk tenor dua tahun dan di kisaran 7%-7,3% untuk tenor empat tahun. Perkiraan itu berdasarkan pada kupon SBR di tahun lalu sebesar 6,15% (BI rate + 65bps) untuk tenor dua tahun dan 6,35% (BI rate + 85bps) untuk tenor empat tahun. “Penerbitan pada tahun lalu dilakukan sebelum BI menaikkan suku bunganya, sehingga, tingkat kupon ini akan menyesuaikan dengan tingkat suku bunga acuan di BI,” tegasnya. Namun untuk penyerapan, Josua lebih konservatif. Dia memperkirakan penjualan SBR013 berkisar IDR 10 triliun hingga IDR 15 triliun. Hal itu sejalan dengan kondisi pasar obligasi domestik yang masih dipenuhi ketidakpastian akibat sentimen dari the Fed. Meskipun seri ini merupakan seri yang non-tradeable, seri SBR masih dipengaruhi oleh sentimen pasar obligasi domestik, sejalan dengan ketidakpastian global yang masih tinggi. (Kontan)

Recommendation

US10YT berada di sekitar Support yield dari channel uptrend-nya. Resistance 3 layer Moving Average terlihat cukup alot untuk menghadang yield naik ke atas 4.5%. ADVISE : jika yield ternyata makin jatuh ke bawah 4.32% maka harga obligasi akan mulai merangkak naik ; maka baru lakukan AVERAGE UP di titik ini.

ID10YT dalam tahap konsolidasi atau uji support yield sekitar 6.90%. ADVISE : WAIT & SEE menunggu ke mana arah penembusan , jika yield telah menembus Resistance MA20 / 6.945% maka gerakan harga baru akan memulai pelemahan secara yield punya TARGET naik menuju yield 7.325%.

Download full report HERE.