Pelaku pasar kebanyakan menyikapi negatif rilis data ekonomi yang menyiratkan perlambatan ekonomi AS; manakala pejabat Federal Reserve menegaskan sekali lagi bahwa laju kenaikan suku bunga AS masih akan terus berlanjut. Angka pertumbuhan tenaga kerja di sektor swasta atau ADP Nonfarm Employment Change turun tajam di angka 145ribu untuk bulan Maret, lebih rendah dari perkiraan 200ribu dan bulan sebelumnya di 261ribu. Sementara defisit Trade Balance (Feb.) membesar menjadi USD 70.5 miliar, dari bulan Jan. di USD 68.7miliar. S&P Global Composite PMI (Mar.) mencatat geliat roda dunia usaha AS harus cukup puas di ukuran 52.3, tak bisa memenuhi ekspektasi di angka 53.3, walau terlihat makin ekspansif dari bulan sebelumnya di 50.1. Tekanan inflasi seringkali berakar pada upah tenaga kerja pada sektor jasa, hal ini tercermin pada laporan ISM Non-Manufacturing PMI (Mar.) yang mencatat pertumbuhan jelas lebih kontraksi dari sebelumnya di angka 51.2, lebih rendah dari forecast maupun previous period. Menimbang tanda-tanda resesi yang semakin jelas plus guncangan di sektor perbankan belum lama ini, market memperhitungkan 61% kemungkinan The Fed memotong suku bunga pada FOMC Meeting bulan Juli, dan 57% probabilitas bank sentral akan pertahankan suku bunga tetap di range-nya saat ini 4.75% – 5%. Yield US Treasury tenor 10tahun pun mundur ke titik terendah 7bulan. Adapun harga obligasi benchmark tsb naik 8/32 menjadikan yield di posisi 3.3089% dari 3.3337% pada perdagangan Selasa. Sementara harga obligasi tenor 30tahun naik 16/32 menempatkan yield di angka 3.567% dari 3.594%. US Dollar index merangkak naik 0.32%, di kala Euro tergelincir 0.47%. Kurs rupiah di pasar spot mengakhiri keperkasaannya, ditutup di level IDR 14.932 / USD, melemah 0,22% dibanding penutupan hari sebelumnya yang berada di IDR 14.899 / USD. Alhasil, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia. Adapun harga Emas masih tak bergeming di atas tahta USD 2020/ounce, merupakan level tertinggi sejak Maret 2022.

Harga minyak berjuang untuk menentukan arah menyusul data terbaru dari persediaan minyak mingguan AS yang kembali drop lebih besar dari perkiraan, menambah kekuatiran terkait supply demand, terlebih menjelang pemotongan produksi OPEC+ yang baru diumumkan awal pekan ini. Hari ini akan dipantau data penting dari benua Asia yaitu Caixin Manufacturing PMI (Mar.) dari China, serta sederet laporan dari belahan dunia barat: Halifax House Price Index (Mar) & Construction PMI (Mar.) dari Inggris, German Industrial Production (Feb.), serta yang menjadi highlight of the day adalah angka Initial Jobless Claims AS nanti malam WIB yang diprediksi mampu tumbuh ke angka 200ribu dari pembacaan sebelumnya 198ribu.

Corporate News
Steel Pipe (ISSP) Terbitkan Obligasi dan Sukuk IDR 405 Miliar PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. (ISSP) menuntaskan penerbitan surat utang hingga IDR 405 miliar. Secara rinci, surat utang tersebut terdiri dari obligasi senilai IDR 250 miliar dan sukuk IDR 155 miliar. “Hasil penjualannya akan digunakan sebagian besar untuk refinancing karena kami masih memiliki beberapa bank yang memberikan pembiayaan kepada kami tetapi memiliki tarif tinggi. Dengan diversifikasi pembiayaan ini akan semakin menekan cost of fund,” tandas Johannes W Edward,
Corporate Secretary ISSP. (Bisnis)

Domestic Issue
Pemerintah terbitkan SUN “private placement” senilai IDR 1,7 triliun Pemerintah telah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dengan cara private placement sebesar IDR 1,7 triliun pada transaksi 31 Maret 2023. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, menjelaskan SUN yang diterbitkan tersebut memiliki jenis kupon tetap atau Fixed Rate (FR) seri FR0065 yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Kupon SUN yang diterbitkan kali ini mencapai 6,625 persen dengan imbal hasil (yield) 6,8 persen, yang akan jatuh tempo pada 15 Mei 2033. Private placement adalah metode penjualan SUN yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak, dengan ketentuan dan persyaratan SUN sesuai kesepakatan. (Antara News)

Recommendation
US10YT masih belum mampu bangkit dari Support bottom pada yield 3.30%. So far RSI masih konsisten tunjukkan positive divergence, so expect a technical rebound soon. ADVISE : Wait & See or, Buy on Weakness. ID10YT juga masih berjuang di bawah Support ketiga MA, menjadikan range yield 6.802-6.852% sebagai deretan Resistance terdekat saat ini. Konsolidasi ini bisa berlangsung sampai posisi Support berikut di posisi yield 6.717- 6.648% . ADVISE : Wait & See.

Download full report HERE.