Today’s Outlook:
Pelaku pasar AS mencerna risalah Federal Reserve dari rapat bulan Juni lalu yang menunjukkan keinginan lebih lanjut untuk meneruskan trend naik suku bunga, membawa indeks utama saham melemah tipis di bawah 0.5%. Hampir 90% pelaku pasar telah menebak The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga pada bulan Juli, seperti dilansir dari Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Ekspektasi kembali naiknya Fed Fund Rate ini datang di saat para investor yang telah khawatirkan perlambatan ekonomi global, diperburuk oleh rilis data sektor jasa China yang melemah. Caixin Services PMI (Juni) keluar di angka 53.9, menjelaskan aktifitas jasa berekspansi pada laju terlambat dalam 5 bulan di bulan Juni, tak heran menyeret turun Chinese Composite PMI ke level 52.5, terkontraksi dari periode sebelumnya di 55.6. Kondisi ekspansi yang melemah juga melanda Services PMI Jepang di mana terdata pada angka 54.0 untuk bulan Juni, sedikit di bawah ekspektasi.
Ada satu fakta menarik dari Jepang di mana pagi ini mereka merilis Foreign Bonds Buying yang meroket ke angka JPY 1,253 triliun, jauh lebih tinggi dari periode sebelumnya di JPY 162,3milyar; menunjukkan penjualan bersih dalam jumlah besar atas instrumen investasi asing yang dilakukan oleh para residen. Sementara itu, investasi asing pada saham-saham Jepang juga terdata melonjak ke angka JPY 195milyar, berubah positif dari seminggu sebelumnya di mana terdata penjualan sebesar JPY 542.4milyar. Kedua aksi tersebut di atas mendatangkan capital inflow yang signifikan dan berpotensi membuat Yen Jepang menguat.
Situasi Composite & Services PMI yang tak bertenaga juga terlihat di benua Eropa, di mana Perancis, Jerman, Zona Euro sendiri, serta Inggris; tidak ada yang berhasil menunjukkan laporan yang ekspansif, malah beberapa di antara mereka masih terjerumus di zona kontraksi alias di bawah pembacaan 50. Walau demikian, Zona Euro sukses menekan Inflasi di kalangan produsen bulan Mei ke tingkat deflasi -1.5% YoY lebih rendah lagi dari perkiraan di -1.3%. Secara bulanan PPI ini ternyata juga turun lebih besar dari perkiraan ke tingkat -1.9%, walau laju penurunannya telah melambat dari bulan April di -3.2%. Dunia masih bergelut dengan kondisi perlambatan ekonomi global di mana AS melaporkan Factory Orders (Mei) tetap di tempat yg sama pada level 0.3% MoM, tak mampu penuhi ekspektasi di 0.8%. Giliran siang nanti Jerman akan mengumumkan German Factory Orders (Mei) yang semoga lebih baik dari AS di mana data Jerman diharapkan mampu naik ke pembacaan 1.5%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mana minus 0.4%. Tak hanya itu saja, pelaku pasar juga akan memantau data Construction PMI (Juni) dari Inggris serta Retail Sales (Mei) seantero Zona Euro.
Malam harinya ada segudang data ekonomi dari AS yaitu dimulai dari ADP Nonfarm Employment Change (Juni) yang memprediksi penambahan pekerjaan baru di sektor swasta pada bulan Juni susut menjadi 230ribu; disusul oleh publikasi US Trade Balance (Mei), Initial Jobless Claims (consensus : klaim pengangguran baru meningkat jadi 245ribu), serta S&P Global Composite PMI di mana US Services PMI pada bulan Juni jadi sorotan. Tak lupa ISM Non-Manufacturing PMI (Juni) serta satu lagi data tenaga kerja JOLTs Job Openings (Mei) yang pegang peranan penting untuk bank sentral AS tentukan langkah kebijakan moneter mereka ke depannya.
Corporate News
Adira Finance (ADMF) Tawarkan Surat Utang IDR 2 T, Bunga 5,5 – 6,25 Persen PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) atau (ADMF) berencana menerbitkan surat utang atau obligasi senilai IDR 2 triliun. Surat utang tersebut terdiri atas Obligasi Berkelanjutan VI tahap I/2023 senilai IDR 1,7 triliun, dan Sukuk Mudharabah V tahap I/2023 sebesar IDR 300 miliar. Dalam prospektus yang diterbitkan Rabu (5/7) disebutkan bahwa untuk obligasi tersebut terdiri atas seri A sebesar IDR 405 miliar dengan tenor 370 hari kalender dan bunga 5,50% per tahun. Seri B IDR 410 miliar dengan bunga 6% per tahun dan tenor tiga tahun. Seri C IDR 885 miliar dengan bunga 6,25% per tahun dan tenor lima tahun. Sementara, Sukuk Mudharabah V ADMF tahap I/2023 terdiri atas seri A sebesar IDR 64 miliar dengan tenor 370 hari kalender. Seri B IDR 141 miliar dengan jangka waktu tiga tahun. Seri C sebesar IDR 95 miliar dengan tenor lima tahun. (Emiten News)
Domestic Issue
Ekonom Sarankan Pemerintah Kurangi Porsi Penerbitan Surat Utang Negara Tahun Ini Pemerintah berencana mengurangi pembiayaan utang tahun ini sebesar IDR 289,9 triliun, atau menurun 41,6% dari target yang sebesar IDR 696,3 triliun. Untuk diketahui, pembiayaan utang pemerintah biasanya berasal dari dua sumber, yakni penerbitan surat berharga negara (SBN) atau berupa pinjaman. Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, baiknya pemerintah lebih mengutamakan porsi penerbitan SBN. Alasannya karena penerbitan SBN sifatnya lebih fleksibel. Fleksibel yang dimaksud adalah, pemerintah bisa memutuskan akan mengurangi atau menambah penerbitan SBN dengan menyesuaikan kondisi penerimaan negara. Sehingga penerimaan negara relatif cukup untuk membiayai beragam beragam belanja negara sampai akhir tahun, maka penerbitan SBN bisa dikurangi. Di sisi lain, Yusuf menilai meskipun Bank Indonesia sudah beberapa kali menahan suku bunga acuan yang sama, namun secara tren sebenarnya Indonesia berada pada tren suku bunga yang relatif tinggi apalagi jika dibandingkan dengan kondisi ketika pandemi. (Bisnis)
Recommendation
US10YT finally break resistance penentu pada yield 3.86% dan segera meluncur ke utara seiring ekspektasi naiknya suku bunga The Fed makin meluas. Yield US10YT hampir mencapai TARGET 3.97-4.0% namun sayangnya RSI tak turut mengiringi sehingga terdeteksi negative divergence; dicurigai buying momentum di dekat area resistance ini malah menurun. ADVISE: Sell on Strength; or set your Trailing Stop. Di sisi lain, ID10YT terbukti bukan investasi yang lebih baik daripada US10YT secara yield tak mampu keluar dari kutukan trend turun di dalam pola PARALLEL CHANNEL. Resistance terdekat masih adalah MA10 & MA20 pada range yield: 6.285% – 6.302%; up to 6.32% resistance upper channel . ADVISE : HOLD.
Download full report HERE.